43
Nathan berusaha keras dengan meronta hingga kursinya pun ikut bergoyang. "Kakak diamlah dan dengarkan dulu," pinta alam.
Dengan bermodal kekuatan kedua lengannya, nathan mengerang agar bisa menggerakan kedua kaki yang seketika mati rasa. Sedangkan ular hijau itu tengah bersantai menyantap jasad yang alam bunuh di belakang sana. "Kak!"
"Enggak alam, sadarlah kamu!"
"Kakak yang harus sadar!" teriak alam. Aksi berontak nathan Narendra terhenti, sebab untuk kedua kalinya alam berteriak seperti itu. Delfin bahkan tertawa dengan mulut penuhnya mendengar perdebatan kecil mereka.
Nathan Narendra berwajah lebih serius sekarang. "Alam... lepaskan!" tekan Nathan. Adiknya itu bersikukuh dengan menggeleng—gemetar, kemudian menggulirkan pandangan untuk menghindari tatapan nyalang dari kakaknya.