"Te–terima... kasih..." ucap Anna gugup. Veri yang memasang wajah dingin itu mengangguk hingga menepuk lembut pucuk kepalanya beberapa kali. Menggerakkan torso agar Anna segera masuk rumah.
"Maaf... Aku terlambat," ucap Veri. Annastasia tidak mengatakan apapun lagi selain bergegas masuk ke halaman rumahnya.
"Maaf juga... Mengenai Crystal," ungkap Veri. Anna menggulirkan pandangan pada Veri yang sepertinya bersungguh-sungguh itu tengah meminta maaf padanya.
Veri benar. Bahwa semua orang sudah dewasa dan seharusnya tidak ke kanak-kanakan lagi.
"Minta maaf... Pada Crystal saja," lirih Anna. Veri mengangguk setuju sembari menatap intens Anna yang lagi-lagi menyeka pipi basahnya.
Lekas berlalu masuk ke dalam rumah kemudian mematikan semua lampu hingga mengacungkan jari telunjuk pada Novi dan Sirena yang tengah menyambutnya dengan rasa cemas di jam tiga dini hari ini.
Anna tidak boleh terpuruk dalam situasi yang menyudutkan Nam Taemin. Ia mengintip sejemang dari celah gorden yang terbuka hingga menyaksikan Veri menyalakan motornya.
"Ada apa ini? Ayah juga belum pulang," ucap Novi. Annastasia yang dengan sigap menarik ponsel adiknya kemudian bergegas lari keluar setelah melihat Veri pergi.
Ia bahkan nekat mencegat Taxi dengan tarif mahal yang lewat hanya supaya cepat sampai menuju rumah Nam Taemin. Menghubungi nomer Ayahnya yang memang tidak bisa dihubungi. Anna mencari nomer ponsel Minho.
"Minho—ya! Jemput aku dengan cepat!"
***
Buak! Buak! Uhuk! Veri menyeringai kala ia memutar pergelangan lengannya saking lama sudah tidak turun tangan sendiri untuk menghadapi pria perayu yang dengan beraninya mendekati Annastasia.
"Semalaman kamu menculik dan menyeretnya namun malah tersesat Nam Taemin?" Veri merasa geram dengan penjelasan Anna yang mengatakan bahwa ia dipaksa berjalan untuk pergi dari sekolah.
Namun adik Nam Taemin malah membawa mobilnya sampai mereka bersembunyi dan akhirnya tersesat di koridor.
Ia juga segera mengecup leher Anna tatkala Nam Taemin mendengar langkah kaki banyak orang.
"Bibirmu berani juga ya..." ucap Veri. Ia mencengkeram rahang Nam Taemin yang hanya berpasrah lemah setelah mendapat pukulan dari sekelompok manusia bodoh lantaran tidak belajar dengan benar.
Veri menelik bibir Nam Taemin yang sudah mendapat dua robekan di bawah serta satu di atas.
"Tanganmu juga menyentuh tubuh Anna? Mau kuhancurkan untukmu Nam Taemin?" tanya Veri. Nam Taemin menyeringgai hingga menampakan barisan gigi merahnya.
Menantang Veri yang bahkan tidak memberikan pukulan apapun sampai ia tidak merasakannya.
Cuih! Semua antek-antek Veri tercekat tatkala Nam Taemin memberinya sebuah penghinaan besar yang belum pernah Veri alami.
"Jangan menyentuhku, Sseulegi..."
*Sseulegi (Sampah)*
Veri tidak mengerti kata terakhir yang membuat Nam Taemin tertawa. Ia hanya tahu bahwa pria blasteran ini tengah mengejeknya hingga membuat Veri semakin geram.
Ia Memberikan pukulan penuh murka lagi pada Nam Taemin yang terkapar pasrah.
"Arghhhh!" erang Nam Taemin. Veri menginjak lengannya hingga memutar sepatu kets yang membuat Nam Taemin menggeliat kecil tatkala ia berhadapan dengan orang gila.
Kemudian berbeda lagi dengan Anna yang berjalan cepat memasuki rumah Nam Taemin.
"Anna!" lontar Crystal. Semua mata memandangnya aneh termasuk Minho yang memakai kecepatan ganda saat memacu motornya untukk menjeput Anna. Plak!
Teman-temannya termasuk pak Steven dan guru Dinda tercekat tatkala Anna menampar Bayu yang baru saja akan berbicara padanya.
"Kamu—" Anna tidak mampu mengatakan apapun untuk Bayu yang juga hanya mematung diam tatkala mendapat sambutan kasar tersebut.
Apalagi Anna yang selalu berpantangan menyentuh pria itu tiba-tiba saja menggeledah tubuhnya.
Merogoh ponsel pada saku celana seragam Bayu yang mulai paham kenapa ia mendapat hadiah tersebut. Anna baru saja akan memeras sandi ponsel Bayu sebelum sebuah panggilan membuat Anna mengangkatnya cepat.
"Arghhh!" Anna spontan melepaskan benda pipih yang mengguarkan rintihan Nam Taemin saat ia memencet tombol pengeras suara.
"Kerja bagus Bayu, kata Bos ia akan menambah upah sebagai bonusmu nanti... Awasi teman-teman Anna, termasuk Raihan yang memintamu untuk mengarahkan Nana masuk timnya."
Semua orang berfokus pada suara rintihan Nam Taemin hingga keterkejutan yang diberikan atmosfer sekitar ruang lingkup rumah Nam Taemin.
"Ya..." sahut Bayu. Bersamaan dengan matinya sambungan telepon anak buah Veri. Nana memberikan sebuah pukulan untuk penghianatan tersebut.
Memang usul Bayu juga agar Nana bisa bergabung dengan komplotan Veri, namun bukan rencana mereka bahwa Nana akan masuk tim Raihan.
Sebab mereka memerlukan pengamatan di tim Henry. Keheningan melanda semuanya meski deru napas mereka terdengar kompak mengguar. Pak Steven baru saja maju sebelum lengan guru Dinda menahan raganya.
"Ini yang kumaksud... Tidak ikut campur Pak," ucap guru Dinda. Mereka sudah bersepakat akan melepaskan anak-anak dan membiarkan mereka mengatasi permasalahan rumit yang tidak mampu ditangani orang dewasa seperti mereka.
Annastasia berjongkok hingga merintih tertahan untuk Nam Taemin yang bertanggung jawab dengan baik perihal dirinya.
Dia orang baru yang menyelamatkan Anna dari amukan Veri karena menghilang dari pengawasannya.
Sedangkan teman sendiri malah menjadi pengadu paling kejam sebab Anna setiap harinya merasa tercekik untuk hal tersebut.
Ia terkekeh pelan karena rasa-rasanya ingin hilang ingatan saja di banding menerima sebuah fakta baru tersebut.
"Kamu— ah... Aku harus mengatakan apa," lirih Anna. Sama halnya dengan Minho yang mengepal erat menatap Bayu. Nana saja sampai gemetar setelah memberikan pukulan emosionalnya pada Bayu.
"Maaf Anna." Mereka semua mengusap wajah frustasi, akibat dari penghianatan yang Bayu lakukan ini, tentu saja ia merupakan penyakit dari pertemanannya.
"Kamu ingat Aldi, Bayu? Orang yang katanya pindah setelah memberiku coklat secara diam-diam ke rumah..."
"Ternyata dia terpaksa pindah setelah mendapat pukulan dari Veri," jelas Anna. Ia terkekeh sembari menyeka pipi basahnya sebab Bayu benar-benar sangat lucu.
Kenapa ia bersikap bagai orang pertama yang akan maju bila ada yang melukai Anna. Namun nyatanya, dia sendiri yang ternyata menanam pisau sejak lama.
"Dia hanya memberiku makanan Bayu... Makanan!" bentaknya. Bisa-bisanya Bayu memberitahukan hal kecil seperti itu sampai ia terkena hukuman pindah sekolah. Anna beranjak berdiri, mengepal erat kedua lengannya.
"Baiklah... Sekarang jujur padaku atau jangan harap kalian punya pengampunan. Nam Taemin benar, aku sendirian," lirih Anna. Tentu saja yang lain tidak setuju dengan lontaran yang Anna maksud barusan.
"Aku akan menyelidiki mengenai korupsi di sekolah... Angkat tangan yang ingin mundur," ucap Anna. Ia menatap bergantian temannya tersebut. Namun tidak ada satupun yang ingin meninggalkan Annastasia.
"Kenapa kau bersamaku Crystal...?" tanya Anna.
"Kenapa bertanya padaku?" ucap Crystal. Namun Anna tetap saja menanti jawaban pasti dari Crystal yang mau bertaruh. Apalagi Crystal langsung menggulirkan pandangan pada pak Steven yang mengangguk cepat.
"Aku... Ikut jadi keluargamu," ucap Crystal. Ia akan menjadi bagian dari keluarga pak Steven. Crystal yang tengah dirundung bibinya sebab ia menghabiskan banyak uang padahal warisan kedua orang tuanya itu memang miliknya.
Crystal ingin, pak Steven dan Bu Novi menjadi keluarganya. Bersama dengan Annastasia. Namun kedua orang tua Anna tidak mau sebab permasalahan anaknya saja sudah memperumit keadaan keluarga.
Oleh karena itu, Crystal sedikit bertekad untuk membantu Anna agar bisa ikut bergabung dengan keluarganya.
"Bagaimana denganmu Nana?"
"Kau tahu penyebab kenapa orang tuaku bangkrut Anna, pelakunya Ayah Veri," ucap Nana. Ia juga punya alasan kuat kenapa dirinya ingin membantu Annastasia.
Mengapa perekonomian keluarganya merosot turun hingga kedua orang tua Nana dijatuhi hukuman penjara dan terpaksa tinggal bersama neneknya.
"Mey?" lirih Anna. Satu-satunya si sempurna yang ada dalam lingkup kehidupan Annastasia. Apalagi Mey menantapnya hingga mengeluarkan bulir asin deras.
"Aku... Suruhan Raihan untuk mengawasi Crystal," ucapnya. Crystal membelalak dengan pernyataan Mey satu itu. Ternyata bukan hanya Bayu yang tengah menyakiti ketiga orang yang berada di sini.
"Baiklah... Kalian berdua boleh pergi," ucap Anna. Sebagai wanita yang selalu memimpin dalam berbagai kelompok. Bayu yang biasanya memutuskan hal tepat untuk teman-temannya itu sudah tidak berhak lagi.
Anna yang akan mengatur jalannya perjuangan tersebut. Sesuai perkataan Nam Taemin. Ia tidak boleh langsung percaya pada siapapun termasuk Crystal yang barusan berbohong.
Anna tahu jelas, wanita itu selalu merunduk dan menggesek kakinya bila sedang mencari alasan.
"Aku ikut denganmu Anna," ungkap Bayu. Annastasia menyeringgai sebab Bayu benar-benar tidak tahu malu setelah mencekiknya perlahan.
"Kau sadar apa yang sudah kau lakukan Bayu dan Mey?" keduanya merunduk menatap lantai rumah Nam Taemin dengan sesuatu yang selalu Anna lontarkan ketika ia menahan amarah.
Yaitu sebuah perkataan pahit. "Kalian bukan temanku lagi," cetus Anna.
To Be Continued...