"Gapapa Gus, bisa sendiri."
"Ih, udah sayang, aku juga gapapa kok," ucap Nana. Ia menyeret Nam Taemin saat akan memasuki kelas. Membawanya ke kantin hingga menyuapi pria tersebut. Mey dan Crystal terkekeh melihat tingkah Nam Taemin yang nampak sungkan.
Kebetulan tangan kanannya yang terluka hingga mengharuskan Nam Taemin memakai lengan kiri yang tidak bisa diajak kerja sama untuk menyedok makanan. Walau kontrak yang ia buat dengan guru Dinda mulai menghantui pikirannya.
Nam Taemin tidak bisa maju maupun mundur tatkala Kim Minji menunggunya agar ia segera kembali ke Korea. Ayahnya tidak akan pernah mengizinkan dia untuk menginjakan kaki di tanah kelahiran bila tidak bisa lulus sekolah dengan baik.
Namun perkara yang tengah ia hadapi, tentu saja tidak akan mudah. Apalagi ia tertegun saat melihat Anna yang meruduk itu menghampiri temannya dengan lemah. "Crystal..." lirih Anna. Yang punya nama lantas membalikan badan melihat Anna.
Wanita itu tercekat bersama dengan Mey saat melihat Anna tengah merunduk dalam keadaan menangis tertahan. Crystal dengan cergas merengkuh Anna yang langsung menumpahkan semuanya. Bahkan anak-anak lain mulai melirik namun tidak bertanya-tanya sebab ini bukanlah hal baru bila Veri berada di sekolah.
Nana yang sedari tadi pencicilan pun nampak mengepal erat namun tidak bisa melakukan apa-apa. Ia hanya lekas berdiri kemudian menghampiri Anna Dan menepuk punggungnya pelan. "Sabar Anna..." ucapnya.
Bayu yang baru saja datang pun malah lagi-lagi menghela napas kasar dengan tatapan nyalangnya saat masuk kantin namun malah disajikan dengan suara rintihan Anna. "Hey, tenanglah..." ucap Bayu. Ia menarik bahu Resa yang tengah di dekap Crystal serta Mey.
Menangkup kedua pipi Anna yang masuh sesegukan. "Sebentar lagi... Bertahan sebentar lagi saja. Kita akan membantumu sebisa mungkin Okey?" ucapnya. Bayu menyeka kedua pipi Anna dengan jempol manisnya. Jelas dari cara bersikap pria tersebut.
Nam Taemin bisa menyimpulkan bahwa Jodi menyukai Anna. Teman-teman yang lain pun seperti tidak aneh melihat Bayu bersikap pada wanita yang malah menjelaskan soal mahram atau apalah tatkala bersentuhan tidak sengaja dengannya.
Apalagi Nana bercerita panjang lebar saat mengantarnya dari Soekarno menuju Alun-alun hanya untuk membicarakan sistem kerja sekolah mereka. Veri di rantai kekuasaan paling atas sebab ia memiliki setengah dari siswa gedung MIPA yang merupakan anak buahnya.
Ada juga beberapa anak IPS yang ikut bergabung, direkrut langsung oleh Veri hanya untuk mengawasi Annastasia yang tengah mencoba untuk mengendalikan emosinya sebab mendapat wejangan hidup dari Bayu.
"Kedepannya, apa-apa atau mau ke mana bilang dulu sama Kita, setidaknya salah satu harus mengantar dia," ucap Nana. Semuanya pun mengangguk setuju mengenai perihal satu ini. Walau Anna memang tidak menceritakan apa yang baru saja menimpannya.
Namun sudah jelas dari bagaimana ia masih sesegukan walau telah ikut bersimpuh di meja makan kantin. Anna pasti telah mengalami sesuatu yang cukup besar baginya. "Mau Bakso gak?" tawar Crystal. Anna yang tengah menyeka sudut matanya itu mengangguk. "Bayarin yah?" lirihnya.
"Gak!" ucap Crystal. Anna lantas merengek kecil berpura-pura melanjutkan tangisannya. "O–okey, gue traktir," ucap Crystal. Anna menaikan kedua sudut bibir samar karena triknya berhasil.
"Kamu mau minum apa Anna, Coklat Mint?" tawar Mey. Anna lagi-lagi mengangguk walau ia menarik es teh manis Nam Taemin sampai Nana gelagapan walau pemiliknya tidak berkomentar apa-apa.
"Bayarin..." lirihnya lagi. Ia menyedot es teh manis sampai habis setengahnya saking haus. Anna pikir ini masih baru sebab penuh.
"Ih, elo yah! Cari kesempatan mulu!" tekan Mey. Anna yang menekuk bibirnya itu berkedip manja pada Mey yang baru saja menaikan volume suaranya satu oktaf. "Aku nangis nih..." ancamnya lucu. Bayu saja sampai geleng-geleng ketika tiga teman wanitanya tengah beradu argumen.
Hingga berakhir dengan Anna yang menang. Ia bahkan memeras Bayu untuk camilan lainnya. "Nana, sana pesan batagor, aku yang traktir," ucap Anna.
"Apa!" lontar Crystal, Mey dan Bayu serempak. Jelas mereka tidak terima sebab telah diperas Anna namun malah mentraktir Nana.
"Aku punya hutang batagor," ungkapnya. Anna terkekeh saat bakso datang kemudian membelalak kaget saat Nam Taemin menarik es teh manis yang ia habiskan.
"Ya! I nae kkeoya!" tekan Anna. Nam Taemin yang tengah dilanda rasa haus saat mengunyah makanan itu malah menarik kembali gelasnya walau Anna menahan es teh manis tersebut.
"Nae Kkeoya... Aku sudah meminumnya tadi," jelas Nam Taemin.
*I Nae Kkeoya (Ini milikku)*
*Nae Kkeoya (milikku)*
Anna terperangah walau Nam Taemin menanggapinya biasa saja. "Jinjja? Kenapa gak ngomong dari tadi!" ucap Anna sewot.
"Kau langsung meminumnya Anna—ssi," timpal Nam Taemin. Ia menjentrik pelan lengan Anna yang langsung tercekat dan melepaskan gelas. Di mana Nam Taemin lantas meminumnya dengan santai. Apa yang harus Anna katakan?
Apalagi selang beberapa menit, teman-teman yang tidak bisa mengatakan apa-apa itu hanya menelan saliva sebab memang Anna nafsu makannya selalu melonjak naik setelah ia menangis. Bahkan sebelum baksonya habis, ia memesan sop buah yang ditanggung Crystal nanti.
Tidak lupa dengan es krim yang menjadi tanggung jawab Mey. "Menipis nih dompet," keluh Crystal. Anna hanya tertawa kecil sebab teman-temannya ini selalu menggerutu namun tetap membayar makanan untuknya.
"Bayu, kamu udah punya rencana Anna?"
"Veri?"
"Bukan, tugas kelompok," timpalnya. Anna hampir melupakan satu itu sebab mereka akan berpresentase hari esok. Sistem kerja mereka memang selalu dadakan sebab semuanya akan langsung berpikir keras. Beda lagi bila mengerjakannya jauh-jauh hari. Mereka selalu bersantai pada akhirnya dinanti-nanti.
"Ya udah, ngerjain di mana?" tanya Crystal.
"Rumah aku aja, gak enak sama Ibu kemarin aku pulang malam. Masa sekarang pergi lagi mah," ucap Anna. Mereka semua mengangguk setuju termasuk Nana yang hanya mengacungkan jempol sebab ia tengah mengunyah batagor terakhirnya.
Nana bahkan sewot tatkala Bayu ingin mencobanya. Percakapan ringan mereka terhentikan dengan sebuah bel masuk untuk pelajaran terakhir.
"Bayar yah woy jangan lupa... Bye," pamit Anna. Ia dan Nana bertamasya riang meninggalkan temannya yang tengah mengeluarkan dompet masing-masing.
Walau ketiganya malah terpkau diam sebab Nam Taemin mengeluarkan cepat isi dompet dan memberikannya pada pengurus kantin, "Bayar semuanya," ucap Nam Taemin.
"Lho, kok jadi kamu yang bayar," ungkap Crystal.
"Tidak apa, sekalian punyaku," sahut Nam Taemin. Ketiganya terperangah tatkala memperhatikan mangkuk serta beberapa bungkus kosong camilan yang telah dihabiskan Anna. Belum lagi mereka bertiga termasuk Nana. Nam Taemin terlalu menghamburkan uangnya.
Mey serta Crystal mengumpulkan uang pada Bayu kemudian Pria itu menyerahkannya pada Nam Taemin yang baru saja menerima kembalian dari pengurus. "Aku bilang gapapa i—"
"Kita yang gak enak... Ini udah tradisi, patungan biar tidak ada yang dirugikan," ucap Bayu. Nam Taemin malah lekas berdiri sampai Bayu pun dengan cergas melakukan hal sama. Memasukan uang ke dalam saku baju seragam Nam Taemin.
"Kan kamu tetap bayar yang separuhnya lagi, makasih lho," ucap Mey. Mereka bukan menolak traktiran dari orang tajir. Namun mereka takut nantinya jadi kebiasaan kemudian hanya mengandalkan Nam Taemin untuk membayar makanan.
"Lagian patungan lebih enak, makan banyak. Bayar ringan," ucap Crystal. Wanita itu menepuk perutnya kemudian merangkul bahu Mey. Meninggalkan Nam Taemin yang masih tidak bisa untuk beradaptasi dengan lingkungan baru.
Biasanya teman-teman Nam Taemin selalu senang bila ia mentraktir mereka semua makan. "Lain kali kumpul bareng lagi, biar jatah patungan gue ringan," ucap Bayu. Ia terkekeh pada Nam Taemin yang masih mencoba untuk mencerna situasi.
Walau tiba-tiba saja Bayu malah melakukan hal sama dengan merangkul bahunya. "Ayo anak baru, aku ketua kelas tidak bisa membiarkanmu di sini sendirian. Gak lucu orang Korea tersesat di koridor sekah," ucap Bayu.
Mereka semua kembali ke kelas dengan riang, walau drama yang dibuat Anna memang sedikit menganggu hati semua orang, apalagi tatkala ia merogoh tasnya hingga tertegun kala mendapatkan sebuah coklat mint bar. "Veri tadi ke sini?"
"Iya, nyariin," ucap Bayu. Anna mengangguk dan mencoba untuk melupakan kejadian tadi. Lagian kesalah pahaman memang bisa menimbulkan sesuatu yang mengerikan. Kelas sebelas MIPA yang dipukuli teman Veri pun dilarikan ke rumah sakit setelah ia memohon dengan benar.
Walau dari kejauhan pun Jodi bisa melihat, Anna yang senang mendapat coklat mint itu mengunyahnya dengan gemetar. Ia mencoba untuk menyembunyikan ketakutannya pada Veri. "Nanti mau langsung bareng ke rumah kamu?" tawar Bayu.
Anna mengangguk setuju. Lagipula mereka akan mengerjakan tugas Veri akan mengerti. "Nam Taemin kamu gabung ke kelompok kita okey?" ajak Nana. Nam Taemin mengangguk sembari menatap Anna yang sedari tadi melirik padanya. "Mwo?"
*Mwo artinya Apa*
"Tumben," ucap Anna. Kenapa pula Nam Taemin duduk di meja sebelahnya. Ikut bergabung dengan mereka padahal dua hari kemarin ia tidak pernah ke manapun bila di dalam kelas dan hanya duduk di mejanya.
"Eih, biarin kali, dia juga mau ikut gabung," ucap Mey.
"Bukan begitu, aku hanya—" perkataan Anna terpotong tatkala guru pelajaran terakhir memasuki kelas. Di mana Nam Taemin segera menuju ke meja miliknya walau manik Anna terus mengikuti punggung Nam Taemin bahkan sampai membuat pria tersebut duduk kembali.
Nam Taemin menggerakan torso supaya Anna memandang lurus ke depan. Wanita tersebut memang pantas menjadi pemimpin. Ia selalu menyidik penuh orang yang mencurigakan serta memiliki kewaspadaan ekstra. Tentu saja itu pun menjadi sebuah teka-teki bagi Anna.
Apa yang guru Dinda bicarakan dengan Nam Taemin. Anna merasa, bahwa itu merupakan sesuatu yang besar.
To Be Continued...