"Ya elah woy! Lu beli tomat aja kayak siput, lama bener dah..." gerutu Crystal. Nana dan Nam Taemin memang mengobrol lama sampai Jodi turun tangan mencari di tempat terdekat. Nana dan Nam Taemin sepertinya tidak menjelajah dengan benar.
"Jadi udah siap nih? Percuma dong beli," protes Nana. Usahanya menuju pasar terbuang percuma sampai beradu argumen paket lengkap dengan teriak-teriak Crystal hingga Ibu Novi terkekeh. Perhatian Nam Taehyung malah beralih pada Annastasia yang datang bersama dengan mangkuk berisi mentimun.
Pandai sekali ia berakting sebab wajahnya terlihat biasa saja, padahal Nam Taemin mengira bahwa tadi Anna berlari untuk menumpahkan semua tangisannya di kamar.
"Mey, bawa lalapannya," pinta Anna.
"Belum beres nih seperempat lagi, gimana dong?" tanya Bayu. Mereka semua sudah bergilir untuk mengerjakan laporan perpajakan, namun waktu yang telah menunjukan pukul lima sore serta terjeda acara makan-makan tentu saja akan menghabiskan banyak waktu.
"Pada pulang malam gapapa nih?" tanya Nana. Ia mengkhawatirkan dua wanita yang mengangguk itu. "Udah pada Izin belum?" tanya Bu Novi.
"Udah Bu," sahut mereka serempak. Setidaknya agak tenang juga bila mereka semua sudah meminta izin walau nanti akan pulang malam.
"Terus pulangnya gimana?" tanya Anna khawatir. Mereka memang tidak pernah sampai malam bila fokus mengerjakan tugas.
"Rempong bener, siapa yang tadi ngajak bikin nasi liwet deh ah," gerutu Crystal. Ia menyedok makanan paling besar saat menggerutu namun lapar. Semuanya malah terkekeh termasuk Nam Taemin keceplosan mencuatkan sudut bibirnya naik ketika Crystal marah-marah.
"Nanti kuantar ke sekolah bawa kendaraanmu," ucap Nam Taemin. Crystal mengacungkan jempol namun matanya berfokus pada tempe.
"Di perjalanan jangan baperin aku yah bang..." ucap Crystal. Suasana rumah Anna menjadi ramai tatkala suara sorakan teman-temannya membuat Novi geleng-geleng.
Bukan hal yang patut di perbincangkan lagi bila rumah menjadi ramai sebab... Anna selalu tertawa lepas bila bersama mereka. "Pernah makan liwet gak?" tanya Mey.
Nam Taemin menggeleng sebab ia lama di Korea. Fasih bahasa Indonesia pun itu karena dirinya sering berkunjung ke rumah Nenek walau sekarang menjadi tempat tinggalnya.
"Makan di daun?" tanya Nam Taemin. Ia membelalak tatkala melihat nasi ditaruh pada sebuah daun pisang.
"Plis deh, lu gak usah norak yang sayang," ucap Nana. Bisa-bisa ia sebal dengan tingkah darah campuran ini. Menarik Nam Taemin ke sisi Nana.
"Gue tabok yah kalau bilang jijik," ancam Nana. Bisa saja Nam Taemin nantinya ogah-ogahan makan bersama dalam satu daun.
"Ini makanan khas Sunda, namanya nasi liwet, enak lho ikan asin pakai sambal," ucap Nana. Ia berkata sembari mencubit ikan, mencolek sambal dengan tempe kemudian mengaduknya dengan nasi sampai Bu Novi yang ikut bergabung saja begernyit.
"Nih Aaaa," ucap Nana. Bayu baru saja akan angkat bicara sebab Nam Taemin seperti tertekan, namun tanpa terduga pria tersebut membuka mulutnya lebar. Menerima suapan Nana hingga mengunyahnya cepat.
"Enak?" Nam Taemin mengangguk, ia mengambil air cepat hingga lekas meminumnya. Namun semua orang terpaku bukan karena Nam Taemin merasa jijik sebab Nana lupa mencuci lengannya. Nam Taemin malah terisak pelan hingga berkedip cepat.
Sudah jelas dari reaksinya ia memang kekurangan sesuatu. "Makasih..." lirihnya. Nam Taemin kemudian melakukan apa yang baru saja Agus peragakan. Memakannya cepat sampai semua pun menemani dia agar tidak terasa canggung.
Apalagi Nam Taemin tidak ingat, kapan terakhir dia makan bersama keluarga. Setiap orang punya kekurangan. Seberapa sempurnanya ia terlihat dimata orang, tetap saja mereka pasti membutuhkan sesuatu. Begitulah yang terlihat dari Novi tatkala berkumpul dengan teman-teman Anna.
Ia menggulirkan pandangan pada Crystal yang selalu heboh. Anak itu juga... Kekurangan sesuatu. Novi lantas mengusap pucuk kepala Crystal sampai pemiliknya menoleh.
"Makan yang banyak, mulutmu perlu disumpal," ucap Novi. Crystal tertawa sebab Ibunya Anna ini memang pandai sekali membaur dengan anak-anak muda. Teman Sirena saja sampai betah dan tidak mau pulang. Begitupun dengan Nam Taemin yang makan dengan lahap sembari merunduk.
Ia mengangguk tatkala Bayu maupun Nana menyodorkan tempe bagiannya. "Gak percaya dia orang kaya gue mah," nyinyir Nana. Semua orang tertawa pelan sebab Nam Taemin menikmati nasi liwet tersebut. Sesekali mengusap sudut matanya.
Anna yang tengah merasa sebal pada Nam Taemin pun malah berakhir dengan terus menatapnya. Orang kaya ini menyedihkan sekali.
Setelah acara makan-makan selesai pun, semuanya mulai fokus pada tugas kelompok yang harus beres besok. Berpulang pada jam delapan malam. Mey akan di antar Bayu untuk pulang. Kemudian Crystal dan Nam Taemin mengantar Crystal untuk mengambil motornya. "Maaf ya Bu, kami merepotkan," ucap Bayu.
"Gapapa Kok, malah Ibu senang..."
"Oh ya udah, besok-besok di sini lagi." Bletak! Nana mendapat satu jitakan dari Crystal. Pria itu mengaduh hingga semua tertawa sebab mereka ribut bahkan sebelum pulang.
"Mengobrolah dengan Ibumu... Besok kujemput untuk menghemat waktu," ucap Nam Taemin. Hanya Nana dan Anna yang mengerti apa maksud dari pria tersebut. Di mana ia membungkuk pada Bu Novi yang bingung harus melakukan apa. Nam Taemin lekas berlalu menuju mobilnya.
"Dia kenapa?" tanya Mey heran.
"Alah, puber kali, jadinya labil," sahut Nana. Tidak ada yang benar dari seorang Nana yang terus membuat orang ingin memukul kepalanya beberapa kali. Mereka semua berpamitan kemudian keheningan menyapa lagi rumah Anna.
"Aku juga pergi Bu," ucap Anna. Bu Novi mengangguk untuk anaknya yang akan menjemput Sirena di komplek sebelah. Adiknya itu takut keluar malam padahal hanya tetanggaan.
"Kamu yakin Nam Taemin?" tanya Nana.
"Sudah kubilang aku juga ragu Nana," sahut Nam Taemin. Crystal yang berada di tempat duduk belakang itu hanya terus mengalihkan pandangan pada Nana serta Nam Taemin yang berbicara serius.
"Ini bisa membahayakan karir Ayahnya termasuk Anna dan Adiknya," ucap Nana. Nam Taemin tidak bisa fokus pada setirnya bila Nana terus membuatnya ragu.
"Pokoknya... Aku harus pulang," tekan Nam Taemin. Kim Minji membutuhkannya. Peluang sekecil apapun akan ia lakukan agar bisa secepatnya kembali ke sisi Kim Minji.
"Baiklah, tapi kau harus menyelesaikannya sampai akhir Nam Taemin... Atau aku akan membunuhmu," ancam Nana. Cara bicara pria tukang humor ini sedikit membuat Crystal merinding. Sebab ia hanya beberapa kali melihat Nana serius.
Sewaktu Veri menyiksa Annastasia, kemudian sewaktu dirinya digoda Henry. Nana bahkan pernah berkelahi dengan antek Veri satu itu hanya untuk melindungi Crystal yang enggan digodanya.
"Tapi... Maaf sebelumya, kurasa... Sekolah kenamaan itu sepertinya bercampur strata," ucap Nam Taemin. Ia merasa sungkan saat menanyakan hal tersebut. Walau memang ini sangat dibutuhkan untuk aksinya.
"Dulu bayaran SPP murah, belum lagi fasilitasnnya memadai, jadi kalangan berpenghasilan rendah sampai tinggi pun berminat untuk masuk ke sana," ucap Nana.
Sekolah mereka berkembang semakin cepat karena sering menggalang dana untuk membantu korban bencana. Diakui sebagai sekolah malaikat, namun semakin fasilitas bagus. Maka bayaran SPP pun semakin naik.
"Ayah Anna juga kerja jadi guru fisika, dia di kontrak untuk berapa tahun gituh... Namun pas liat anaknya digangguin anak kepala sekolah, Pak Steven dituntut ganti rugi." Crystal ikut angkat bicara saat ia paham kemana arah pembicaraan Nana dan Crystal.
"Kenapa tidak mengundurkan diri?" tanyanya
"Kan di Kontrak, jadi katanya sih harus ganti pakai uang berapa gituh kalau pak Steven tiba-tiba mengundurkan diri sebelum kontrak usai. Keluarga Anna juga kurang uang, makanya gak bisa mindahin Resa apalagi dari Swasta," jelas Crystal.
Nana begernyit sebab Crystal tahu banyak, ia juga baru mengetahui fakta satu itu... Mengenai Ayah Anna yang kehabisan uang. Pantas saja ia belum bertemu pak Steven padahal dulu sering pulang jam lima sore. Namun sampai barusan belum juga ketemu.
"Jadi dia guru les juga untuk cari uang tambahan?" tanya Nana. Crystal mengangguk membenarkan apa yang Nana katakan.
"Les ekonomi... Pak Steven kan ahli, guru Dinda juga salah satu murid pak Steven."
"Iyah?" tanya Nana dan Nam Taemin serempak. Pantas saja anaknya pintar berhitung sebab bapaknya saja jago fisika dan ekonomi. Percakapan yang berlangsung belasan menit itu tidak terasa telah membuat mereka sampai di depan gerbang sekolah.
"Mana kuncinya? Gue aja yang bawa, lu naik mobil sama Nam Taemin biar aman," ucap Nana. Beginilah kehangatan yang membuat beberapa orang iri dengan persahabatan mereka. Saling memikirkan satu sama lain.
"Tapi lu gak bawa jaket Nana," ucap Crystal.
"Pakai punyaku," sahut Nam Taemin. Ia memberikan arahan pada Crystal untuk merogoh tasnya yang ada di jok belakang. Hingga suara ponsel Crystal membuat semuanya menjadi diam.
"Veri?" tanya Crystal heran. Pangeran satu itu memang sempat meminta nomernya hanya untuk menanykan perihal Annastasia. Namun itu dulu, ia tidak menyangka bahwa Veri akan menelponnya.
"Halo?" ucap Crystal. Ia sengaja memencet tombol pengeras suara agar Nana bisa mendengarnya.
"Lu di mana? Anna bilang kerja kelompok sama lu, tapi kok masih di sekolah?" tanyanya.Crystal dan Nana begernyit tidak mengerti, walau Nam Taemin yang tersadar itu spontan merogoh saku hingga mengacungkan ponsel Anna yang ia sita sewaktu di pasar tadi. Manik mereka melebar sebab puluhan panggilan dari Veri sungguh mengerikan.
"Oh, Anna udah pulang dianterin si Nana barusan, ponselnya ketinggalan sama gue," ucap Crystal. Tidak ada sahutan lagi dari Veri sampai membuat Crystal nampak bingung.
"Terus tadi ngapain ke pasar dua kali?" tanyanya. Jantung Crystal berdebar hebat, Veri sungguh mengerikan sampai memasang sesuatu pada ponsel Anna hingga bisa ketahuan kemana saja temannya itu pergi.
"Belanja lah, beli buah," jelas Crystal. Bisa-bisanya Nam Taemin membawa ponsel Anna.
"Yodah, minta nomer Nana, gue mau ngomong bentar sama Anna."
To Be Continued...