Chereads / Serendipity : Between Us / Chapter 16 - Ticket

Chapter 16 - Ticket

"Guys, orang tajir traktiran nih," ucap Anna sewot. Teman-temannya serempak menoleh ke arah di mana Nam Taemin yang tengah kerepotan membawa banyak minuman. Belum lagi bahan untuk mereka membuat nasi liwet.

Anna malah berlari menuju kamarnya, lekas menyiapkan beberapa buku paket kemudian berlalu kembali pada semua teman-teman yang malah bengong menatap banyak minuman. "Ini punya siapa aja?" tanya Crystal.

"Pappermint punya Sirena sama mamah, Coklat mint punya aku, sisanya kalian," jelas Anna. Ia mengatur semua minuman yang dirinya pesan. Beda lagi dengan Bayu serta Mey yang sudah beranjak ke dapur.

"Udah sampai mana?" tanya Anna. Nana yang tengah serius menatap layar laptop itu teralihkan dengan rasa taro yang Anna julurkan.

"Setengah lagi," sahutnya. Mereka baru sampai pada sebuah materi perpajakan BUMN sampai Anna mengangguk sebab itu masih bagian Nana.

Lekas menghampiri Nam Taemin yang masih bingung harus mengambil minuman yang mana. Bisa saja ia malah mengambil milik Bayu.

"Yang kamu coklat mint," ucap Anna. Ia meraih satu cup kemudian menyodorkannya kepada Nam Taemin sembari dengan beberapa buku paket.

"Ini sudah kutandai beberapa, baca-baca di rumah terus—"

"Sama kamu..." potong Nam Taemin. Nana sebagai satu-satunya saksi itu mematri atensi pada Nam Taemin yang malah mengocok pelan cup Coklat Mint.

"Sekolah kan masuk jam delapan, terus pulang jam tiga... Kita jadi berangkat sekolah jam tujuh, kemudian pulang jam tujuh malam," ucapnya. Anna terpaku diam dengan jadwal yang akan menjadi rutinitas barunya.

"Terus kalau Veri ingin pulang bareng bagaimana?"

"Itukan urusanmu Anna—ssi... Eojileowo yahaneun iyu, Naega?"

*Eojileowo yahaneun iyu, Naega (Kenapa aku harus ikut pusing?)*

Perkataan Nam Taemin memang benar, mari anggap saja Anna sedang bekerja, namun... Mengabaikan Veri sama saja ia cari mati.

"Kita batalkan saja... Kukirim uangnya kemba—"

"Tidak bisa dibatalkan Anna—ssi. Kesepakatan sudah dibuat, di Korea, kamu harus menggantinya tiga kali lipat bila ingin membatalkan kesepakatan," ucapnya. Nam Taemin bahkan tidak melibat Anna yang mulai nampak bingung dan cemas.

"Ini bukan Korea Nam Taemin."

"Kau berurusan dengan orang Korea... Seonsaengnim," timpalnya. Nam Taemin menoleh ke arah Anna dengan maniknya yang mulai berkaca-kaca. Memang ia salah berurusan dengan orang kaya yang pandai menjebak.

*Seonsaengnim artinya Guru*

"Tapi bagaimana dengan Ver... Dia bisa menganggu Ayah bila ak—"

"Nae munjega aniya," potongnya lagi.

*Nae munjega aniya (Bukan urusanku)*

Annastasia semakin bingung dengan jadwal padat yang akan ia miliki. Namun juga tidak bisa dan tidak berani membuat masalah dengan Veri yang selalu ingin bersamanya.

"Baiklah, kembalikan uangnya... Namun tiga kali lipat," ucap Nam Taemin. Ia menjulurkan lengan pada Anna yang masih belingsatan. Main setuju hanya karena di iming-imingi kunjungan ke negara Korea.

"Haruskah kubilang pada Ibumu?"

"A–aniya.... Hajima," lirih Anna. Ia menahan lengan Nam Taemin yang baru saja akan beranjak berbicara pada Ibunya sebab Anna baru saja terjebak dalam permainan uang besar.

*Aniya (Tidak) Hajima (Jangan)*

"Tunggu sebentar..." lirihnya lagi. Anna beranjak hingga cepat berlari menuju kamarnya. Ia malah terisak pelan di sana sebab kehadiran Nam Taemin benar-benar membuatnya pusing. Ia mempermainkan manusia yang tengah dalam kesulitan.

"Anna! Woy! Tomat mana!" teriak Anna. Temannya itu tertegun sebab di ruang tamu hanya ada Nam Taemin beserta Nana. "Lho, Crystal—"

"Lu kerjain sisanya, gue yang beli tomat," ucap Nana. Crystal mengangguk setuju tanpa banyak berbicara tatkala melihat raut wajah Nana yang jenaka itu mengapa menjadi sangat serius.

"Aku ikut," ucap Nam Taemin. Untung saja manusia blasteran itu mengerti tanpa perlu Nana beri kode agar dia mengikuti.

"Di mobil aja Nana biar enak," ucapnya. Anna yang tidak menyahut itu mengikuti Nam Taemin yang memasuki mobil. Berbicara Via santai agar tidak terjadi baku hantam nantinya.

Begitupun dengan Anna yang nampak tengah dilanda sebuah kekalutan. Ia menelungkupkan wajahnya pada bantal hingga membasahi benda tersebut. Pantas saja Nam Taemin langsung menawarkan jumlah besar padanya hanya untuk mengejar pelajaran.

Ia hanya menjebak Anna untuk menggandakan uangnya. Mungkin saja Nam Taemin keliru dengan rumah besar namun pernghuninya kekurangan uang. Bisa-bisanya ia memanfaatkan Anna seperti ini. Itulah akibat dari tidak boleh mempercayai orang yang baru saja ia kenal.

"Kamu harus tahu, Anna sudah seperti adikku..." ucap Nana. Mereka pada akhirnya kembali ke pasar hanya untuk membeli tomat, warung-warung terdekat kehabisan tomat yang selalu membuat Nana bingung sebab makanan itu termasuk kategori Buah atau Sayur.

"Aku tidak punya pilihan lain," sahut Nam Taemin. Agus meraih beberapa tomat dan memasukannya ke dalam plastik.

"Aku tidak tahu tujuanmu untuk apa menjauhkan Anna dan Veri. Namun... Biarkan saja mereka seperti itu sampai lulus, lagipula Anna akan terbebas setelah ia keluar dari sekolah," jelas Nana.

Ia juga mengantungi beberapa jamur kancing kesukan kakak beradik itu agar bisa dibuat sayur nanti. "Jujur ini memang bukan urusanku. Namun, dibiarkan atau ditindak lanjuti, keduanya memang buruk," ucap Nam Taemin.

Ia menyerahkan ponsel dengan video Anna yang tengah di dekap paksa oleh Veri di ruang penyiaran. "Ini... Bagaimana—"

"Bisa saja Veri melakukan lebih dari ini bila takut kehilangan Anna," lontar Nam Taemin. Manik Nana Bergetar tatkala melihat Anna yang mencoba menahan tangisnya. Ia bahkan selalu marah bila Nana tidak sengaja bersentuhan lengan dengannya.

"Jadi ini penyebab Anna menangis sewaktu di kantin?"

"Mungkin... Aku juga baru dapat Videonya sewaktu pulang tadi," sahut Nam Taemin. Ia membayar bahan makanan yang Nana bungkus sebab pria itu malah berfokus melihat Annastasia yang tidak berdaya. Veri memang kelewatan bila ia berlaku sesuka hati seperti ini.

"Jadi... Kau akan menjauhkan Anna dan Veri?" tanyanya. Nana mulai berminat untuk segera mengeluarkan temannya dari kengerian yang bahkan tidak pernah Anna ceritakan secara mendetail pada teman-temannya.

Ia tidak akan bertahan sampai lulus sekolah bila nyatanya Veri akan selalu hadir menganggu Anna. Mungkin saja setiap harinya terasa berada di dalam neraka.

"Entahlah, aku tidak tahu akan bisa..." sahut Nam Taemin. Ia pun harus penuh perhitungan saat akan mengganggu pemilik kandang di sana. Lagipula seberapa pun kerasnya Nam Taemin menghindari ini. Indonesia maupun Korea... Ia tidak bisa lari dari apapun.

"Tapi... Kenapa kau mau melakukan ini?" tanya Nana. Tentu saja jadi pertanyaan besar pula, seorang Nam Taemin yang mempunyai Kultur serta budaya berbeda ini. Bahkan bisa pula dianggap sebagai orang baru dalam kehidupan lingkup teman-temannya mendadak ingin membantu Annastasia.

Nam Taemin menatap pupil bergetar Nana yang juga mematri atensi lebih dalam padanya. Memainkan lidah dalam mulut hingga memalingkan wajah gusar.

"Dia tiketku... Agar bisa bersama Kim Minji lebih cepat. Aku harus ke Korea dalam waktu beberapa bulan ini."

To Be Continued...