Chereads / Raga Cerita Caca / Chapter 1 - Chapter 21

Raga Cerita Caca

Piano_Dell
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 18k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Chapter 21

"Raga! Apa maksud lo ambil first kiss gue!"

"Pokonya gue gak terima! Lo harus balikin!"

Flasback …. Saat dikeramaian tadi, Raga sengaja mengecup Caca agar semua orang tahu kalau dia sangat menyayangi Caca dan menjadikan Caca miliknya.

"Saat ini gue kasih tahu lo semua, gue Raga akan tetap jadi milik Caca sampai kapanpun. Dan siapapun yang berani macam macam sama temen temen gue, apalagi sama Caca? Gue pastiin orang itu gue habisin!"

Flasback Of.

"Apapun caranya, lo harus balikin first kiss gue!"

"Pokoknya gue gak terima Raga!"

"Gue udah susah-susah ngejaganya, eh lo dengan mudahnya cium gue di depan banyak orang!"

"Pokoknya gue gak mau tahu, balikin first kiss gue!"

"Itu buat suami gue kelak, bukan buat lo. tapi kalo lo jadi suami gue sih gapapa, tapi kalo misalnya engga gimana?"

"First kiss ku di ambil oleh sahabat ku sendiri. Kan gak lucu Raga!"

"Pokoknya gue gak mau tau, lo harus balikin first kiss gue. Apapun caranya, gak mau tau!"

Cup.

Tiba-tiba bibir dingin Raga kembali menempel di bibir Caca, membuat Caca melotot tak terima.

"Udah, udah gue kembaliin tuh," Katanya, lalu kembali memainkan handphonenya.

Dada Caca naik turun menahan emosi. Berani-beraninya lelaki di depannya ini menciumnya secara tak tahu malu, lalu kembali melakukan aktivitas seolah-olah tidak melakukan apapun.

"RAGA! ENGGA GITU CARA CARANYA!" Teriak Caca.

Raga menyimpan handphonenya, lalu menatap Caca sepenuhnya.

"Ya terus gimana?" Tanya Raga.

"Ya gak tau! Tapi bukan Berarti lo cium gue lagi yang artinya lo kembaliin!" Kesal Caca.

"Lo aja gak tau, gimana gue?"

Kata yang di ucapkan Raga, menurutnya itu sangat-sangat menyebalkan. Kenapa lelaki di depannya tidak bertanggung jawab sekali.

"Pokoknya lo kembaliin atau gue bilangin bunda!" Ancam Caca.

"Ya gimana caranya Caca." Bingung Raga.

"Makanya, kalo gak bisa ngembaliin jangan sok-sokan cium anak orang di depan umum!"

"Iya iya, gue minta maaf" Kata Raga.

"Maaf aja gak cukup!" Ujar gadis itu ketus.

"Ya terus lo maunya gimana?" Tanya Raga sabar.

"Nikahin gue lah. Orang first kiss gue cuman buat suami gue nanti!"

"Iya iya, gue nikahin lo nanti. Kalo gak lupa,"

"Rag—"

"Iya iya, gue bakal nikahin lo. Gue pasti tanggung jawab sama nih atas SATU CIUMAN," Sela Raga, menekankan kata satu ciuman.

Ia hanya mencium, tetapi kenapa sudah seperti membuntingi anak orang.

Caca tersenyum, lalu memeluk Raga "Ini nih, baru temen gue yang bertanggung jawab,"

"Bocah prik" Gumam Raga.

Caca mendongak menatap Raga "Kalo misalnya lo punya pacar sebelum kita nikah. Awas aja sampe lo lupain gue terus nikahin tuh orang. Gue banting lo!"

"Kalo misalnya gue gak sengaja lupain lo gimana?" Tanya Raga.

"Gue banting lo, supaya lo inget kembali!" Serunya.

"Tapi misalnya gue tetap lupa?" tanya Raga lagi.

"Gue banting lagi lah!" Balas Caca.

"Kalo misalnya gue tetap lupa?"

"Gue banting ceweknya!"

"Kasar benget sih, hm?" Raga menunduk, menyatukan hidungnya dengan hidung Caca.

"Terserah gue lah!"

Raga tersenyum, lalu menggesekkan hidung mereka berdua. Ciuman tadi, ia merasa kembali mengingat kejadian itu.

Memiringkan wajahnya, hendak mendekat dan memejamkan mata, tetapi..

"WOY! MAU NGAPAIN LO BERDUA!" Teriak Dodi, yang baru saja datang.

Raga berdecak, lalu kembali ke posisi semula. Kenapa Dodi datang di waktu yang sangat tidak tepat sekali.

"Mau ngapain lo berdua? Mesum disini? Parah lo!" Serunya heboh.

"Apaan sih lo, datang-datang heboh banget!" Ucap Caca.

"Serah gue lah!" Jawabnya, lalu membanting dirinya ke kursi.

"Kemana aja lo? Kemarin gak ke markas, tadi gak sekolah, terus susah banget di hubungin. Tumben banget," kata Caca.

"Ada urusan," balas Dodi.

"Bima sama Alzam mana?" Tambah Dodi.

"Bentar lagi mereka kesini," jawab Raga.

Benar saja apa yang di katakan Raga barusan. Tak berselang lama Bima dan Alzam datang.

Bahkan Bella ikut bersama mereka.

Mata Caca dan Dodi cengo, ketika melihat wajah Bella. Wajah Bella disini sangat berbeda sekali dengan wajah Bella di sekolah yang berpenampilan Nerd.

"I—itu istri lo, Bim?" Tanya Dodi gagap.

"Iyalah, lo pikir siapa?" Jawab Bima ketus.

"Kok cantik?" Ceplos Dodi, masih dengan wajah cengo.

"Eh Dodi, istri gue emang cantik. Dan cantiknya emang khusus buat gue. Bukan buat orang lain!" Entah kenapa, rasanya sangat kesal ketika ada yang membahas kecantikan istrinya.

"Dih, nyolot amat lo! Gue kan nanya baik-baik," kesal Dodi.

"Iya. Tapi gak usah bilang istri gue cantik juga, bisa!"

Dodi memutar bola matanya malas, "Bella, mending lo ceraiin Bima, dan nikah sama gue. Ngapain Lo punya suami posesif kayak Bima."

Bima menggeram hendak maju ke depan, tetapi tangannya di cekal oleh Bella membuat dirinya tetap diam di tempat.

"Apa maksud lo?" Kata Bima tak suka.

"Udah lah, ngapain jadi ribut kayak gini sih?" Sambar Caca.

Caca tersenyum senang menatap Bella, ia mengambil tangan wanita itu lembut supaya duduk di sisinya.

"Lo gapapa kan?" Tanya Caca.

"Gak papa kok," jawab Bella, sembari tersenyum juga menatap Caca.

"Noh, Ca. Jadi cewek tuh kayak Bella. Ngomongnya aja lembut, gak kayak lo koar-koar terus!" Cibir Dodi.

"Apa maksud lo ngomong gitu?" Kini Raga yang berbicara dengan suara tajamnya.

"Yang kejebak friendzone mah diem aja," kata Dodi, Dodi memang lah manusia yang sangat-sangat menjengkelkan.

"Bim, udah bawa Bella ke rumah sakit?" Tanya Caca, Bima mengangguk mengiyakan.

"Calon ponakan gue gak papa?" Tanya Caca.

"Gapapa kok," bukan Bima yang menjawab, tetapi Bella.

"Besok, lo gak perlu sekolah. Biar kita cari dulu biang keroknya, baru lo boleh sekolah lagi. Gue takut lo sama calon ponakan gue kenapa-kenapa," gadis itu berucap sembari mengusap-ngusap perut yang sudah sedikit membuncit ini.

"Arghh, sial. Kenapa lucu banget sih? Kapan ponakan gue lahir?" Tanya Caca, menatap Bella berbinar.

"Dih, dasar bocah prik! Apa yang lucu? Lo cuman ngusap-ngusap perut Bella aja!" Timpal Dodi.

"Lagian mau ngapain lo nanyain anaknya Bella kapan lahir? Mau bantu duit lahiran lo?"

"Lebih dari itu, bukan cuman bantu duit lahiran. Gue bakal kasih calon ponakan gue, sepuluh persen saham perusahaan. Terus gue bakal kasih satu resto, buat dia entar usaha!"

Mereka semua yang ada di sana cengo, beneran apa yang di katakan gadis itu? Tetapi Caca tidak pernah berbohong soal seperti ini, Caca memang lah sangat kaya sekarang. Apalagi setelah kematian kakeknya.

"Eh, gak perlu, Ca. Aku udah di kasih tempat tidur sama satu resto sama satu toko distro aja udah cukup buat kita bertiga kelak. Jadi gak perlu kasih saham sama satu resto lagi, aku gak enak," Kata Bella.

"Apaan sih lo! Pake acara gak enak. Kita keluarga gak ada acara gak enak gak enakan. Lagian, sepuluh persen saham gak buat gue jatuh miskin kok,"

Bella Menghela nafas pelan, kenapa ia menemukan manusia sebaik ini. Padahal mereka berdua baru saja kenal beberapa waktu lalu. Kenapa Caca Sangat baik sekali kepadanya.

"Kalo gitu gue mau cepat-cepat nikah sama bikin anak banyak dan jadi pengangguran pun kayaknya enak. Misalnya gue punya lima anak aja, lima puluh persen saham lo udah jadi milik gue."

"Emang lo tau mau nikah sama siapa?" Tanya Bima sepenuhnya mengejek.

"Nah itu masalahnya, gue gak ada calon," ujar Dodi lesu.

Tetapi setelah itu, muka Dodi kembali berseri, "Nikah sama gue aja Ca, mau? Tapi perusahaan lo buat gue sepenuhnya, gimana?"

Raga yang mendengar itu berdecih. Berani-beraninya sekali Dodi mengatakan itu pas di depan wajahnya, "Dih, ganteng lo ngomong kayak gitu?"

Dodi nyengir ketika melihat tatapan tajam Raga. "Eh lupa, ada yang suka berkedok friendzone ya disini? Santai aja kali, Ga, gue gak akan rebut Caca dari lo," katanya.

Caca melirik Dodi ngeri. "Emangnya gue mau sama lo?"

"Sialan lo, Ca!"