"Selamat Bella, kamu di terima kerja di sini, mulai besok kamu bisa kerja dan harus tepat waktu."
Saat ini Bella baru saja di interview kerja di bagian cleaning servis alias ob. Bella tidak masalah mau kerja apa saja yang penting halal dan bahagianya gadis itu baru saja di terima kerja.
Sungguh, Bella amat bahagia, gadis itu pun bergegas keluar setelah di intervew, ingin sekali segera ke kosan untuk menyiapkan semuanya.
Sepanjang perjalanan gadis itu tidak henti-hentinya tersenyum, efek bahagia menular pada moodnya. Tepat diperematan jalan, Bella malihat ada penjual kue pancong keliling. Bella yang suka kue tersebut pun tak menyia-nyiakannya untuk membeli.
"Mas, pesen 10 ribu, ya!"
Bella duduk di kursi plastik setelah memesan. Gadis itu pun segera membuka ponsel saat sebuah notiv baru saja maasuk, ia tercengang jika dirinya di masukkan ke sebuah grup chat penghuni kosan.
Memang waktu malam Ryu meminta nomornya dan siang ini, perempuan itu ternyata memasukkannya ke dalam grup yang di huni lima orang, jika di tambah denganya menjadi enam orang.
"Neng, ini pesananya." Bella pun segera berdiri dan membayar kue tersebut.
"Makasih Mas,"
Bella bergegas melanjutkan perjalanannya, menenteng plastik yang berisi makanan kegemarannya. Tak butuh waktu lama gadis itu sampai di depan kosan, membuka gerbang dan melihat sebuah motor ninja berwarna full black terparkir di halaman, gadis itu segera masuk tanpa mengetuk pintu.
Namun, betapa terkejutnya Bella saat pintu terbuka menampakkan Ares dan Ara berciuman di ruang tamu, dengan gerakan spontan Bella membalikkan tubuh ke belakang. Dan hal itu juga membuat plastik yang Bella genggam terjatuh ke lantai.
Betapa sialnya ia bertemu dengan pasangan yang memandu kasih tak tahu tempat seperti mereka. Bella mengerutu sambil membuang apa yang baru saja ia lihat.
"Aish, Bella kau bodoh sekali." Gumam Bella sambil mengetuk-getuk jidatnya sendiri.
Sadar dengan kehadiran Bella, dua sijoli tersebut menjauh satu sama lain. Ares berdecak sebal sedangkan Ara tampak malu. Pria tersebut mendekati Bella yang tengah membalikkan badan, Ares pun mamungut plastik yang terjatuh di lantai.
"Lain kali kalau mau masuk ketuk dulu." Ketusnya berdiri tepat di belakang Bella membuat gadis itu spontan memutar tubuhnya.
"M-maaf."
"Nih, ambil." Ares menyerahkan plastik tersebut pada Bella.
Gadis itu segera mengambilnya serta bergegas masuk ke dalam kamar, entah mengapa yang Bella rasakan di dekat pria itu adalah sebuah ancaman yang harus ia hindari.
"Kamu sih, jadi malu tau," cebik Ara memukul lengan Ares.
"Apa, sih, dianya aja yang masuk tanpa permisi," jawab Ares santai tanpa dosa.
Sedangkan Bella langsung mengunci kamarnya, merebahkan tubuh di atas kasur sambil mencebik kesal dengan sikap Ares.
"Kenapa dia yang sewot? Seharusnya aku, sebagai warga kosan juga kenapa harus ketuk pintu. Lagian salah dia yang ciuman kok di ruang tengah, gimana kalau bukan aku yang memergoki mereka? Aisshghh, emang itu orang sejak awal memang buat darah tinggi aku kumat." Dumel Bella.
Gadis itu melirik ke arah kue pancong alias kue pukis, mengambilnya dan memakanya dengan lahap. Tak sengaja iris matanya melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul tiga sore. Bella ingin sekali mandi tapi ia malas bertemu dengan pria itu di luar.
Khuk!
Bella yang tak sadar mengerutu sambil makan membuat gadis itu tersedak, memukul-mukul dadanya dan hal tersebut tidak membantu apa-apa membuat Bella bergegas keluar kamar.
Baru saja keluar, kesialannya kembali saat tidak sengaja menabrak seseorang di depanya. Gadis itu mendongak dan wajah ketus Ares terpampang di depannya.
"Lo-" ucapan Ares terhenti kala mendengar suara aneh dari Bella.
"Ngik! M-maap." Gadis itu berlari menuju dapur untuk mengambil air, ia butuh minum untuk menghilangkan rasa tak mengenakan ini.
Betapa malunya Bella cegukkan di saat yang tak tepat. Sambil menahan rasa malu Bella terus saja berjalan menjauh dari Ares.
Ares yang masih di lorong kamar hanya menatap datar kepergian Bella, pria tersebut menoleh ke arah kiri melihat pintu kamar Bella terbuka. Sejenak menatap kamar tersebut lalu jemarinya terulur meraih gagang pintu dan menutupnya. Ares pun segera pergi dari sana.
"Akhirnya." Bella bernapas lega setelah meminum satu gelas sampai habis, gadis itu pun menyeka ujung bibirnya dengan pungung tangan.
"Kenapa, Bel?" Sapaan seseorang membuat Bella terkejut.
"Sorryy- sorry, Bel, lo jadinya kaget," ujar Sari sambil tertawa kecil. Sari mengambil pisau di dekat Bella lalu mengupas mangga yang ia bawa sedari tadi.
"Ya ampun, teh Sari ngagetin, aja." Sembur Bella menaruh kembali gelas yang ia genggam.
"Eh, lo kerja di mana?" Sari pun membuka pembicaraan dengan Bella, gadis itu menyandarkan pungung ke meja sambil memperhatikan Sari mengumpas mangga.
"Di Saka Crop, bagian cleaning servis." Gerakan mengupas Sari terhenti, perempuan itu menoleh menatap Bella tak percaya.
"Loh, kok sama, sih? Gue di devisi keuangan dan penghuni kosan ini karyawan perusahaan Saka Crop." Tutur Sari tak percsya, perempuan itu meraih piring untuk wadah.
"Kok lo melamar jadi OB! Bell, kenapa nggak jadi staf di devisi yang sama kek Mbak Ryu?"
Bella menggaruk tengkuknya, gadis itu tersenyum memperhatikan sederetan gigi putihnya. "Udah terlanjur diterima, Teh, masa melamar di devisi lain?"
"Wah, serius udah di terima?" seru Sari senang.
Bella menggangguk. "Tadi pagi di interview dan alhamdulillah di terima, besok udah mulai kerja."
"Semangat Bel, semoga betah, ya?" ucap Sari sambil mencomot mangga yang sudah di potong-potong olehnya sendiri.
"Anyway, gue liat -liat lo ada problem sama Ares?" tutur Sari sambil duduk, begitu juga dengan Bella, gadis itu duduk sambil menghembuskan napasnya berat.
"Aku sama dia nggak ada problem kok, cuman ... waktu itu aku memergoki mereka tengah ekhm di ruang tamu." Papar Bella seraya tersenyum canggung.
Sari terdiam sambil mengangguk-anggukan kepalanya. "Wajar Bel," Bella menukikkan alisnya, gadis itu bingung dengan kalimat Sari.
"Maksud gue, mereka memang kek gitu, gue aja yang udah tinggal lama sering mergoki mereka tapi dengan songong si Ares biasa aja," ujarnya seraya kembali makan buah.
"Ja-jadi, bukan aku aja? Teh Sari juga?" tanya Bella tak percaya.
"Bahkan Mba Ryu dan yang lain pun sama, kalau pulang cepet terus ada si Ares sama Ara pasti kek gitu. Lain kali pulang terlambat kalau di rumah ada mereka, gue takut lo gagal move on liat orang ciuman," cibir Sari sambil menggoda Bella.
Bella memutar bola matanya malas. "Lah, kok aku yang gagal move on?"
"Secarakan, lo jomblo, Bel. Beda kalau gue sama mbak Ryu bisa minta ke doi," canda Sari tertawa kecil, sedangkan Bella hanya mengembungkan kedua pipi chubbynya.
Bella melirik sekilas pada Sari, perempuan yang lebih tua darinya seumuran Yana, kakaknya. Begitu humble membuat Bella merasakan kasih sayang seorang kakak perempuan, yang bisa diajak curhat dan sharing. Namun, hubungan Yana denganya tak seharmonis dulu.
"Lo kenapa, Bel, kok diem?" Sari memegang pundak kanan Bella membuat lamunan gadis itu buyar.
"E-eh, iya kenapa, Teh?"
"Lo melamunin apa?"
"Nggak melamunin apa-apa kok, cuman kepikiran sama kakak aku aja." Jawab Bella mengalihkan pandanganya ke depan.
"Kakak lo perempuan, ya?" Pertanyaan Sari sontak membuat Bella menoleh ke arahnya.
"Teh Sari cenayang?"
"Bukan. Gue cuman nebak aja, eh ternyata tepat sasaran. Hubungan lo sama kakak lo nggak baik, ya? Gue bukannya sok tau, tapi dari cara pandang lo gue bisa tau,"
Bella menarik sudut bibirnya ke atas. "Ya begitulah."
"Bel," Bella pun menoleh mendapati Sari tengah menatapnya begitu intens.
"Lo boleh anggap gue kakak lo, begitu juga mbak Ryu. Karena gue juga pingin punya adik tapi secara gue anak tunggal," cetus Sari membuat kedua mata Bella sendu.
"Teh,"
Sari yang melihat kedua bola mata Bella berembun langsung merentangkan ke dua tangannya. "Sini, peluk."
Bella pun menghamburkan diri ke dalam pelukan Sari, pelukan yang tak pernah ia dapatkan dari Yana. Walau kenal hanya hitungan hari entah mengapa Bella merasa sudah mengenal Sari lama.
Bukan hanya Sari tapi penghuni kosan lainnya yang begitu welcome padanya, membuat Bella bisa merasakan apa itu kasih sayang seorang kakak. Kecuali dia, Ares.
"Lo nggak sendirian, ada gue sama yang lain, Bel." Ucap Sari menengkan Bella.