Di ruang tengah mereka pun kembali berdebat, saling tarik satu sama lain untuk mengambil alih pakaian itu dengan cara apa pun.
Penghuni lain yang melihat berdebatan antara mereka berdua kini mulai mencoba untuk menegahi. Namun, mereka berdua tetap pada pendiriannya.
"Coba minta baik-baik, Bel." Ucap Ryu yang tahu permasalahan Bella alami.
"Bella, kamu mah aneh. Masa minta pakaian Ares?" cetus Rey yang tengah menautkan kedua tangannya di depan dada.
"Lepas nggak?!" ujar Ares tegas tapi Bella mengelengkan kepalanya.
"Udah Bel, lepasin aja. Itu pakaian Ares loh, gimana ntar kamu liat pakaian dalam si Ares?" ujar Bayu frontal membuat seisi penghuni kosan menatap ke arahnya dengan pandangan tidak biasa.
Terutama Bella, gadis itu tampak bingung. Ucapan Bayu memang ada benarnya, jika ia melihat pakaian di kantung tersebut otomatis akan ada pakaian dalam. Tapi, Bella harus bagaimana buat mengambil alih pakaian miliknya?
"Sebenarnya, kamu kenapa sih Bella, minta kantung pakaian Ares?" pertanyaan Rey membuat Bella bungkam, masa iya harus bilang jika pakaian miliknya salah naruh di ember?
"Si Bella salah naruh pakaian kotor di ember biru milik Ares,"
Bukan Bella yang menjawab melainkan Ryu. Bella pun meringis sambil menunduk saat Ares menatapnya begitu dalam, seakan-akan meminta penjelasan lebih mengenai ucapan Ryu.
"Benar Bella?" tanya Sari yang masih bingung.
"Maka dari itu, please Res, aku liat dulu pakaian kamu, ya?" ujar Bella mendongak.
"Nggak!" tegas Ares.
"Mbak, gimana nih?" cicit Bella menoleh pada Ryu yang memang berada di samping Bella.
"Res, udah biarin aja Bella liat kantung itu, dia lagi cari bajunya," tutur Ryu berharap Ares luluh.
"Nggak bisa, Mbak." Ares menghembuskan napasnya, "gini aja, biar gue aja yang liat kantung pakaian gue ntar kalau ada pakaian lo gue kasih." Imbuhnya.
Jika seperti itu yang ada Ares menemukannya! Bella pun sontak mengelangkan kepalanya sambil melebarkan matanya sempurna.
"J-jangan! Pokoknya aku sendiri aja yang ambil, ya Res? Please?"
"Sebenarnya pakaian apa yang lo taruh di ember gue?" cetus Ares sambil meneliti wajah Bella dengan saksama.
Sedangkan Bella, gadis itu mengigit bibir bawahnya. "Ini privasi, Res! Jadi, biar aku aja yang ambil,"
Seisi penghuni kosan tampak mencerna ucapan Bella. Detik berikutnya mereka tertawa kecil, kecuali Ryu dan Ares tentunya. Ryu yang memang sudah tahu permasalahan ini sedangkan Ares, pria itu malah jarang sekali untuk tertawa.
"Njir, lo kok bisa sih Bel?"
"Pantes aja lo ngotot buat mengambil alih pakaian Ares!"
"Bella, Bella, kamu ini teledor sekali,"
Sari berderhem untuk menetralisir tawanya, perempuan itu maju sambil menatap ke arah Bella dan Ares secara bergantian.
"Gini aja, kenapa nggak kalian berdua yang liat ini kantung pakaian? Toh, itu biar adil. Ares bisa ambil miliknya dan Bella bisa ambil miliknya juga? Adil, kan?" papar Sari memberikan solusi untuk permasalahan ini.
Dan solusi yang di berikan Sari pun membuat Bella dan Ares saling pandang satu sama lain. Ada benarnya juga, apa yang di katakan oleh Sari.
Di sinilah mereka berdua berada, di dalam ruangan yang sama dengan kantung pakaian ada di tengah mereka. Bella yang sebenarnya enggan masuk ke dalam ruangan ini, tapi tidak punya pilihan lain.
Ruangan bernuansa abu-abu hitam adalah kamar Ares. Bella yang tengah duduk di atas karpet berbulu sambil menatap kesal pada Ares.
"Apa lo liatin gue?" ketus Ares membuat Bella mendengkus sebal.
"Udah di buka, buruan!"
"Sabar. Lagian, salah lo sendiri main taruh pakaian lo di ember gue segala," ujar Ares sambil membuka kantung tersebut dengan mudah.
"Kalau aku tau itu ember kamu, nggak akan mungkin aku taruh di situ," papar Bella sambil menunduk, melihat pakaian yang baru saja di buka oleh Ares.
Mereka berdua tengah mencari sesuatu dalam diam, mereka berdua sepakat untuk mengambil dengan cara mengalihkan pandang ke arah lain, sedangkan tangan kanan mereka meraba untuk mengambil pakaian mereka masing-masing.
Tiga puluh menit Bella yang akhirnya mendapat barang berharganya. Namun, hanya satu yang masih tertingal. Bra warna merah miliknya belum ada. Dengan perasaan waswas tangan kanan Bella gencar meraba.
Di sisi lain, Ares termangu sejenak saat tangannya menyentuh sesuatu yang bulat. Bertepatan dengan Bella yang menoleh saat merasa Ares diam saja. Dan, iris Bella jatuh pada tangan Ares yang tampak mengawang di udara, lalu melebarkan matanya sempurna saat melihat bra miliknya tidak jauh dari Ares.
"Hiyaaa!! Ares!!" sentak Bella mengambil pakaian dalam miliknya sambil berlari keluar kamar, wajahnya sudah memerah padam tanpa Ares lihat. Sedangkan Ares, pria itu terkejut bahkan akan terjengkang ke belakang jika saja tidak ada kasur miliknya.
"Gila itu orang!" gumam Ares menatap sebal pada Bella yang berlari keluar sambil memeluk pakaian miliknya sendiri.
Pintu sebelah pun di tutup dengan kasar, wajah Bella ketara malu. Ia menghembuskan napasnya agar sedikit tenang.
"Untung dia nggak liat!" desah Bella sambil menatap pakaian miliknya.
***
Jam tengah menunjukkan pukul tiga sore, para penghuni kosan yang memiliki pasangan memilih keluar untuk bermalam minggu. Sedangkan yang jomblo menjadi penunggu kosan sambil menonton televisi.
Ares datang dengan membawa Ara ke dalam kosan, duduk bersama Bella membuat gadis itu layaknya nyamuk di samping mereka.
"Bella, kamu nggak keluar?" ujar Ara yang kini sudah duduk di sebelahnya.
"Aku nggak punya pacar."
Dari samping Bella bisa melihat jika Ares tengah tersenyum mengejek. Lalu apa salahnya menjadi jomblo? Apa harus punya pasangan biar bisa di ajak jalan saat malam minggu?
Bella kembali melanjutkan tontonannya, sedikit menjauh dari pasangan itu. Memangku kripik kentang tanpa mau melihat ke arah samping yang tengah bermesraan.
Kepala Ara yang bersandar di dada bidang Ares dan Ares tengah mengusap lembut kepala Ara dengan begitu hati-hati.
"Mas, tadi papa hubungi aku suruh mempercepat tanggal pertunangan kita," ujar Ara lesu, jemarinya memainkan kancing kemeja kotak milik Ares.
"Satu bulan, apa nggak cepat? Aku lagi mencari modal dulu, Ara. Sabar ya, aku akan hubungi Papa kamu,"
Ara menggangguk sedikit mendongak, perempuan itu menghadiahi kecupan kecil di bibr Ares lalu kembali bersandar sambil menonton televisi
Bella yang masih di sana tidak sengaja melihat adegan itu dan yang paling parahnya Ares memergoki dirinya. Malu! Ingin rassnya menghilang. Tepat saat itu, ponsel Bella berbunyi, gadis itu buru-buru menempelkan benda pipih miliknya ke telinga sambil berdiri.
"Halo, sayang? Iya aku di kosan sendirian." Seru Bella sambil menjauh dari pasangan itu.
Pasangan couple goals itu tampak menatap kepergian Bella dengan mimik wajah yang berbeda-beda.
"Bukannya Bella nggak ada pacar?" tanya Ara heran namun Ares hanya diam saja walau iris matanya menatap Bella menjauh.
Di sisi lain, Bella menjauhkan ponselnya menatap layar ponsel bergambar jam. Sebenarnya bukan sebuah pangilan melainkan alarm Bella yang menandakan pulang kerja. Dan, sialnya ia tidak mematikan Alarm saat hari libur.
Namun, ada baiknya juga ia bisa pergi dari sana. Bella pun duduk di atas kasur sambil memegang perutnya yang minta di isi.
"Cari makanan di luar aja, ah."
Bella pun bersiap-siap untuk keluar mencari makanan. Gadis itu mengangkat dres putih di depannya. Netra matanya mengarah pada lemari. Hanya kumpulan dres yang ada sedangkan jens dan baju yang sering ia pakai di jadikan baju kerja.
"Ya udahlah, aku pake dres aja."
Tidak butuh waktu lama gadis dengan setelan dres putih, rambut di gelung asal tapi menambah kesan cantik pada paras ayunya.
Bella segera keluar dan mendapati Ara dan Ares masih di ruang tengah. Mereka menoleh melihat penampilan Bella yang lain, gadis itu tampak angun dengan balutan dres.
"Wah, Bella mau kencan, ya?" ujar Ara masih menautkan lengannya pada Ares. Sedangkan Ares dan Bella saling pandang satu sama lain.
"Tentu." Kencan dengan makanan, maksudnya. Bella tersenyum simpul sambil berlalu, walau Bella tampak aneh melihat tatapan Ares yang sedari tadi menatapnya tidak biasa.