Chereads / My Sugar Lady, Coose Me / Chapter 8 - Malam Yang Panjang Bagi Bella

Chapter 8 - Malam Yang Panjang Bagi Bella

Bella merenggut kesal dengan sikap Ares, baru saja memujinya dan mengangap sikapnya udah berubah malah semakin membuat darah tinggi kumat.

Bella duduk di atas kasur sambil bermain ponsel ketimbang memikirkan pria itu, jika pria itu tau ia sedang memikirkannya sudah pasti akan besar kepala.

Alisnya menukik tajam kala sebuah ketukan dari arah jendela membuat Bella bangkit dan tanpa ada rasa takut apapun ia membuka lebar jendela kamar.

Namun, betapa sialnya gadis itu, sosok putih pucat berambut panjang tengah duduk manis di atas pohon. Tepat di jam dua belas malam, perempuan itu mengayunkan kedua kaki dan hal yang Bella hindari pun terjadi, suara khas perempuan itu membuat Bella ingin rasanya nangis saat itu juga.

Kakinya mendadak lemas tak bisa di gerakan, suara tawa kembali terdengar membuat Bella semakin susah untuk bergerak.

Mulutnya kelu tak bisa berteriak, hanya membuka mulut lebar-lebar yang hanya menimbulkan suara serak.

Bella memejakkan matanya, air matanya runtuh, sungguh ini adalah pengalaman pertama bagi Bella. Bella merapalkan ayat kursi dalam hati dann suara itu semakin dekat membuat bulu kudug berdiri.

Tapi, mengingat orang tua jaman dulu, jika suaranya jauh berarti dekat dan jika suaranya dekat berarti jauh.

"Setan!"

Untuk kedua kalinya gadis itu berteriak tapi tidak terlalu kencang, saat tenanganya terkumpul gadis itu terbirit-birit keluar, jantuh lalu bangun lagi dan seterusnya begitu saking kalutnya pikiran.

Mata yang sudah sembab serta wajah yang tampak berantakkan. Saat kembali menatap ke depan, Bella kembali jatuh ke bawah sambil beringsut mundur.

"Lo kenapa, sih, bikin ulah mulu?" ketus Ares yang memang masih berada di luar.

Melihat Ares di depannya, gadis itu langsung berdiri bersembunyi di belakang pria itu sambil menunjuk-nunjuk ke arah depan.

"Kali ini aku liat, Res, serem banget mukanya. Aku nggak bohong, dia ketawa juga," cecar Bella ketakuta bahkan tak sadar sudah memegang lengan Ares erat.

"Lo halu mulu. Mas Bayu udah bilang, di sini nggak ada hantu," ucap Ares seraya menjauh dari Bella. Namun, Bella malah mengikutinya dari belakang.

Ares berdecak sebal, membiarkan gadis itu melakukan semaunya. Kini, mereka tengah berada di depan pintu kamar masing-masing. Bella menyeka air matanya, menyedot ingusnya sambil melirik ke arah Ares yang hendak masuk.

"Napa lo liatin gue?"

"Res, aku takut," lirih Bella sambil menatap Ares memohon, setidaknya pria itu mau tukaran tepat tidur untuk kali ini.

"Lo bukan anak kecil, Bel. Udah masuk, gue mau istirahat."

Percuma, ya percuma meminta bantuan dengan pria tersebut. Bella yang tak mungkin tidur di kamar memilih membalikkan tubuh ke arah ruang tengah, mungkin saat ini tidur di temani dengan suara televisi bisa menetralisir rasa takut.

Ares yang melihat kepergian gadis itu yang tampak pasrah. Pria itu mengusap kasar wajahnya lalu kembali menutup pintu kamarnya.

Bella baru saja duduk, ia tercengang melihat kehadiran Ares di ruang tengah, duduk di sofa single tanpa mengeluarkan suara apa pun selain memjamkan matanya.

Bella terdiam, ternyata Ares menemaninya dengan cara tak terduga. Bella pun merebahkan tubuhnya di atas sofa, meringkuk menjadikan lengan sebagai bantal, sebelum memejamkan matanya Bella menyempatkan diri melihat Ares yang masih di posisi yang sama. Bella pun turut tertidur, biarlah waktu berjalan dengan cepat untuk saat ini.

Tak berselang beberapa menit, setelah gadis itu tidur. Ares kembali mengakkan tubuhnya, menatap senjenak pada Bella sebelum akhirnya seringai miring muncul di bibirnya.

Ia mengeluarkan benda kecil seperti remot kecil, mengklik, lalu kembali memasukkan kembali remot tersebut dan Ares pun kembali memejamkan matanya.

***

Tepat saat adzan berkumandang, Bella mengerjapkan matanya beberapa kali, gadis itu tercengang saat sebuah selimut ada di tubuhnya. Gadis itu duduk sambil mengerjapkan matanya, ia menoleh ke arah sofa single yang kini sudah kosong. Bella mengedaran pandanganya ke sekeliling.

"Itu orang kemana? Apa dia juga yang ngasih selimut ini?" Banyak pertanyaan yang ingin ia lontarkan pada pria itu.

"Bel, lo kenapa tidur di sofa? Lo mah, bikin satu penghuni khawatir, mana lo tidur nggak pake selimut lagi," cecar Sari yang datang secara tiba-tiba dari arah dapur.

Perempuan itu duduk di sebelah Bella sambil meneliti wajah Bella. "Wajah lo kenapa kek bingung gitu?"

"Teh Sari liat Ares?"

Sari menukikkan alisnya tajam. "Ares? gue nggak liat Ares kok, paling masih molor. Bel, lo mah aneh, bangun-bangun cari Aress, ngigo?"

Belum juga menjawab pertanyaan Sari, seruan seseorang membuat mereka menoleh ke sumber suara. "Yang, kamu mah tega, masa ngasih selimut ke Bella, kan jadinya aku dingin," cetus Rey yang datang-datang tubuhnya di lilit sarung hingga kepala.

Sari berdecak sebal. "Lagian kamu kebo. Udah sana mandi," usir Sari sambil mendorong tunangannya ke arah dapur.

Di sisi lain, Bella termangu akan ucpan Rey barusan. Ternyata Aress tak sebaik yang di kira, bahkan Bella yakin jika pria itu meninggalkanya sendirian di ruang tengah setelah ia tertidur pulas.

Tak terasa Bella mencebik sebal akan Ares. Gadis itu memilih bangun dari duduk dan memilih menuju kamar sekadar mengambil alat mandi.

Hanya butuh tiga menit, Bella sudah keluar dari kamar sambil membawa handuk dan perlengkapan mandi. Tepat pada saat itu ia kembali berpapasan dengan Ares yang hendak masuk ke dalam kamar.

Bella tak menujukkan ekspresi apa pun pada Ares selain datar dan sebisa mungkin mengabaikan kehadiaran pria tersebut. Sedangkan Ares yang berjalan bersebrangan dengan gadis itu hanya mengangkat bahu acuh ketika mendapat tatapan tak suka dari Bella.

"Bel, lo kalau mau mandi duluan aja, gue mau bikin teh dulu buat Rey," seru Sari yang tengah berkutat di depan kompor. Bella hanya mengangguk sambil berjalan masuk ke dalam kamar mandi.

Ryu yang sudah lengkap dengan setelan baju kantor tengah berdiri di samping Sari, perempuan itu pun tengah membuatkan sarapan untuk suami tercinta, Bayu.

"Mbak dengar, Bella tidur di sofa kok bisa?" Sari mengidikkan bahunya tak tahu.

"Gue aja ngga tau, Mbak. Gue keluar dari kamar liat ruang tengah nyala, ternyata Bella lagi tidur mana pules benget lagi. Gue nggak tega banguninny jadi gue ambil selimut buat dia. Dan pas gue mau ke toilet, tumben si Ares bangun pagi," beber Sari menjelaskan semuanya. Sari sebenarnya ingin menceritakan tentang hal itu pada Bella tapi, menggingat Ares dan Bella masih belum akrab membuat perempuan itu tak menjelaskannya.

"Kayaknya dia begadang lagi, Sari. Mbak tuh bingung sama Ares. Setiap ngerok malam, pasti berakhir begadang." Ryu mendesah lelah, sebagai mantan mahasiawi spikolog membuat Ryu tau akan sifat Ares yang seperti itu.

"Paling dia lagi banyak masalah. Sudalah, dia juga audah besar pasti bisa ngatasi masalahnya sendiri," papar Sari membuat Ryu mengangguk.

Sudah pukul set tujuh pagi, Bella yang tengah berada di ruang tamu sambil memasang sepatu melihat kedatangan Ara.

Perempuan itu tersenyum pada Bella sebelum akhirnya masuk menemui Ares tentunya. Dan, dugaan Bella tepat saat melihat dua sijoli tengah berjalan dengan Ara mengelayut manja di lengan Ares.

"Bella, kita duluan, ya." Ucap Ara ramah.

"Iya." Bella terpaksa tersenyum begitu ramah pada pasangan itu.