Chereads / My Sugar Lady, Coose Me / Chapter 2 - Kosan Pertama di Jogja

Chapter 2 - Kosan Pertama di Jogja

"Apa? kamu mau merantau ke Jogja. Mau ngapain jauh-jauh kalau di Jakarta banyak pekerjaan?" tutur Bunda yang terkejut saat Bella memberitau niatnya untuk merantau ke Jogja.

"Sudahlah Bun, biarkan Bella belajar mandiri dan kita liat seberapa betah dia di sana tanpa ada kita?" sahut Yana membuat senyuaman tipis Bella terbit.

"Ya sudah, Bunda izinkan tapi kamu harus kasih kabar setalah tiba."

Dan malam itu juga Bella tersenyum lebar, ia pun spontan mengangguk dan bergegas masuk ke dalam kamar untuk mengemasi barang-barangnya. Namun, sepeninggalan Bella ketiga kakaknya hanya menatap kepergian Bella dengan tanggapan yang berbeda-beda.

"Paling seminggu minta dijemput,"

"Dia kaya nggak tau sekejam apa dunia rantau,"

"Kita tinggal lihat saja, itu urusan dia dengan hidupnya."

Di kamar, Bella telah memasukkan semua baju-bajunya kedalam koper besar, Bella tidak membawa banyak barang, gadis itu hanya membawa barang seperlunya saja. Setelah sudah, Bella merebahkan tubuh ringgkihnya di atas kasur, menatap langit dengan membawa secuil harap yang ingin kelak bisa menjadi besar.

Semoga dengan adanya pekerjaan baru Bunda tidak membedakan dirinya dengan saudara yang lain, walau gaji masih di bawah umr. Sebuah harapan yang semoga terkabul. Bella menghembuskan napasna gusar, memiringkan tubuhnya sambil memeluk guling kesayangannya.

"Selamat tinggal Jakarta semoga nanti setalah aku mengunjungimu, semuanya baik-baik saja," Bella pun memejamkan matanya sempurna, merehatkan sejenak otak yang selalu berpikir keras.

Tak terasa, Bella yang baru saja memejamkan mata. Gadis itu harus kembali bangun kala mendengar beker berdering dengan nyaring. Tepat pukul lima pagi, Bella bangun dari tidurnya, merapikan tempat tidur sebelum akhirnya masuk ke dalam kamar mandi.

Hanya butuh tiga puluh menit Bella membersihkann diri, gadis itu sudah siap dengan kemeja kotak berwarna coklat, jens hitam serta rambut hitam terkuncir layaknya ekor kuda.

Bella tersenyum melihat penampilannya yang terlihat sederhana. Setelah puas, gadis itu segera keluar sambil menarik koper miliknya. Di bawah Bunda serta yang lain sudah menunggunya, menatap Bella yang benar-benar hendak meninggalkan Jakarta.

"Kamu serius mau merantau?" tanya Aulia yang tampak tak percaya dengan adik bungsunya.

Bella menggangguk. "Iya, kak. Tadi malam Bella sudah mengirim berkas lamaran ke salah satu perusahaan di sana dan besok Bella harus interview." Tutur Bellla.

Bunda mengangguk-anggukan kepalanya. "Ya sudah, kamu hati-hati di kota orang, kalau tidak betah pulang saja,"

Jian menepuk pundak Bella dengan sengaja. "Lagian, lo kenapa cari kerja ke kota orang, padahal dari jutaan manusia ingin kerja di Jakarta,"

Bella hanya menanggapinya dengan senyuman. "Kak, Jakarta memang banyak perkantoran, tapi, jika rezeki Bella bukan di sini, tetap saja bakaan jadi pengangguran,"

"Sudahlah, jangan tahan-tahan Bella, dia juga ingin merasakan betapa kerasnya merantau. Iya, kan Bel?" Bella tersenyuum sangat tipis. Perkataan Yana mampu membuat hatinya terluka.

Tanpa sadar, gadis berusia lebih dua tahun dari Bella tengah menyakitnya dengan perkataanya sendiri.

"Ayo, Bel, ayah akan mengantarkanmu ke stasion kereta," ujar Ayah bangit dari duduknya, mengambil alih koper Bella untuk segera di masukkan ke dalam bagasi.

"Bella pamit, ya." Bella pun menyalimi satu persatu anggota keluarganya. Setelah itu segera masuk ke dalam mobil.

Bunda dan saudara-saudaranya hanya mennatap kepergian Bella dengan berbagai pandangan. Yana yang tampak acuh, Jian yang sedikit cemas akan adik bungsungnya, Aulia yang biasa saja serta Bunda yang hanya menatap kepergian anak terakhirnya begitu tak rela. Bagaimana pun, hati seorang ibu begitu khawatir akan keadaan anaknya di tambah lagi tidak ada sanak keluarga di kota Jogja.

Di perjalanan, Bella membuka gandget miliknya, menscroll laman media sosial untuk mengurangi rasa jenuh selama di perjalanan. Saking asiknya bermain di dunia maya, gadis itu tidak sadar jika Ayah sudah memakirkan mobil di depan stasion kereta.

"Bel, sudah sampai, nih."

Bella tersentak sambil mengendarkan pandanganya ke sekeliling dan benar, ia sudah tiba di stasion tanah abang. Sebelum turun, Ayah memberikan beberapa petuah untuk putri bungsunya.

"Jaga kesehatamu di sana, sesekali kabari orang rumah, Bella."

"Iya, Yah, nanti Bella akan mengabari orang rumah kalau ada waktu. Yah, Bella berangkat dulu." Pria paruh baya tersebut mengangguk melepas kepergian putrinya untuk merantau ke kota orang.

Di Stasion Bella hendak mengantri tiket sambil melihat jadwal keberangkatan kereta melaui ponsel. Bellaa sampai tidak fokus jalan dan membuat gadis itu menambrak seseorang.

Bella langsung membungkukkan tubuhnya tanpa melihat siapa yang baru saja ia tabrak. Dan saat itu juga, pengumuman kereta yang ingin di naiki akan segera berangkat membuat Bella bergegas pergi, berlari sebelum ketingalan. Tanpa sadar, orang yang baru saja gadis itu tabrak menatap kepergiannya dengan pandangan tak biasa.

***

Wallcome to Jogja.

Sebuah kalimat berpampang jelas di otak Bella kai ini setelah menginjakkan kaki peertama kali di kota Joga. Senyuman tak pernah lepas dari gadis bermata rubby tersebut.

Sesekali menatap orang-orang yang tengah berlau lalang di sekitarnya. Bella melirik sekilas pada jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul set dua belas. Gadis itu menarik koper sambil memcari tempat bernaung semacam kosan atau kontrakan.

Dering ponsel membuyarkan kegiatan Bella yang tengah mencari taksi atau semacam ojeg. Gadis itu segera mengangkatnya, detik berikutnya wajah Sheena terpampang jelas di layar ponsel.

"Lo udah di Jogja?"

"Iya nih, baru saja."

"Gila, gua juga pengen ke Jogja!" serunya sambil merenggut masam.

"Aku ke jogja bukan buat liburan, She, buat kerja."

Sheena hanya tersenyum lebar sembari membenarkan duduknya. "Gue doain deh, semoga lo diterima terus bisa pulang ke Jakarta bawa duit banyak,"

"Amiin. Anyway, kamu nggak makan siang, udah waktu makan siang, lho." Wajah Sheena berubah murung. Gadis itu mendadak nangis membuat Bella heran.

"Kenapa, sih?"

"Gue nggak ada temen, woy. Sumpah, gue gedeg banget sama temen satu devisi gue. Mereka ngira gue kerja di sini lewat jalur dalam, emang bener itu mulut jahanam." Cerocos Sheena.

"Anggap mereka angin." Bella tertawa lalu gadis itu sadar jika awaktu terus berputar, ia belum menemukan kosan untuk ditingali. "She, aku tuttup dulu, aku harus cari kosan dulu sebelum kesorean."

"Lah, lo belum dapat?"

"Belum." Sheena tampak berpikir lalu gadis itu teringat akan sesuatu. "Bel, kata temen gue, kosan dekat perusahaan banyak. Coba lo ke sana."

"Oke She, thanks atas info nya."

Dan sambungan pun terputus, Bella bergegas untuk mencari kendaraan untuk mengantarkannya ke jalan Patrimura. Berjalan sedikit hingga akhirnya Bella menemukan pangkalan ojeg tanpa menunggu lama gadis itu pun ke sana.

Setelah berlama-lama di atas motor akhirnya Bella sampai di tempat tujuan, gadis itu mencari tempat ke pemukiman penduduk untuk mencari info tentang kosan atau kontrakan.

Namun, sudah setengah jam lamanya Bella berkeliling tidak ada satu kosan atau kontrakan yang kosong, semua sudah terisi. Gadis itu menyeka keringatnya sambil menghembuskan napas lelah

"Mau cari kemana lagi?" Desah Bella duduk di salah satu kursi depan warung.

"Neng lagi cari kosan, ya?" seorang ibu-ibu keluar dari warung sambil meneliti Bella yang membawa koper.

"Iya bu, tapi semuanya udah penuh."

"Memang sudah terisi semua neng." Katanya. Ibu tersebut tampak mengingat sesuatu, "sebenarnya ada satu kosan yang kosong. Neng mau?"

Bella otomatis langsunng berdiri sambil mengangguk. "Mau bu, di mana?"