Chereads / Love at The End of Spring / Chapter 42 - Empat Puluh Satu

Chapter 42 - Empat Puluh Satu

Kazura berpikir ia akan melihat sebuah rumah besar, dan ia benar. Ia mengerti bagaimana dirinya di biayai selama ini. Pria yang akan ia panggil 'Ayah' itu adalah orang penting. Gerbang tradisional itu belum terbuka, tapi Kazura tahu di dalamnya tersembunyi taman-taman khas jepang dan lantai tatami.

Mata Kazura mencari plat nama yang di gantung di dekat gerbang, tetapi ia tidak menemukannya. Kenzo tidak memberinya detail apa pun tentang siapa yang akan Kazura temui. Ia hanya berkata bahwa segalanya akan di jelaskan bukan oleh dirinya.

Gerbang itu terbuka. Seorang pelayan wanita setengah baya membungkuk dengan segera ketika ia melihat Kenzo dan Kazura.

Kenzo memberikan bungkukan balik, senyum di wajahnya. Ia memberikan sapaan ramah, "Sudah lama bukan,Zeno-san."

Pelayan itu balik tersenyum. "Benar, sudah lama. Tuan Muda. Terakhir kali adalah ketika saya berhenti melayani Tuan Muda untuk ikut serta dengan Tuan Besar." Suara Zeno memudar dan melempar pandang ramah kepada Kazura. "Nona Muda juga sudah tumbuh dewasa, tapi mungkin tidak ingat pada saya, sewaktu itu, anda masih kecil, Nona..."

Kazura memberikan senyuman dan bungkukan lagi. Ia memang mengakui tidak mengingat banyak hal dari masa kecilnya sebelum pindah itu, berdua saja dengan Kenzo. Zeno tampak tidak ingin memaksa Kazura untuk mengingatnya karena sesaat kemudian ia telah mulai berjalan dan membawa mereka ke dalam, "Silakan masuk, Tuan sudah menunggu."

Ada dua pelayan yang lebih muda muncul di belakang Zeno. Mereka membawakan tas yang sedari tadi di jinjing Kazura, dan menarik koper yang di bawa Kenzo ke kamar yang telah mereka siapkan. Kazura di bawa melewati taman yang persis seperti ia bayangkan. Sesekali, bunyi air membuat dua potong bambu saling terketuk satu sama lain, kicauan burung yang entah dari mana menambah suasana sepi yang damai di sana.

Kenzo hanya berjalan lurus, seakan tidak ada satu pun yang baru untuknya. Namun, Kazura tahu. Kali itu juga adalah pertama kalinya Kenzo berada di sana. Kecanggungannya menunjukkan hal itu.

Kazura mempercepat langkahnya sehingga ia berada satu garis dengan Kenzo. Ia meremas tangan Kenzo menunjukkan bahwa ia juga sama tegangnya. Ia berada di tempat yang akan menjadi rumahnya nanti, tetapi ia merasa asing. Di tengah semua kemewahan tradisional itu, Kazura merasa sedikit takut.

Langkah mereka bertiga tiba-tiba terhenti. Ada suara pintu tertutup pelan yang membuat Kazura mendongak. Wanita di hadapannya, mungkin seumur atau sedikit lebih muda dari Kenzo, membungkuk rendah ke arah mereka menyunggingkan senyum tipis, rambutnya yang pendek sebahu bergerak mengikuti badannya. Gesturnya sopan, tapi anggun, ramah tapi segan, sesuai dengan keseluruhan kesan yang di berikannya. Tatapan matanya saat ia tegak kembali mengingatkan Kazura pada sesuatu, tapi ia tidak tahu apa itu. Di balik semua pakaiannya yang sederhana.

Tradisional, dan sopan, figurnya tinggi dan kurus. Walau tidak lebih tinggi dari Kenzo. Kazura dan Kenzo membalas bungkukan itu. Zeno meninggalkan mereka dengan sopan setelah wanita itu muncul.

Mata wanita itu mengikuti punggung Zeno yang pergi, lalu mendekat ke arah Kazura dan Kenzo. Ia telah cukup dekat ketika ia berbisik, "Perkenalkan, saya Zenitsu Naoto. Paman sedang tertidur, kondisinya agak memburuk pagi ini."

Naoto menghela napas pendek, yang di lakukan juga oleh Kenzo setelah menjawab perkenalan itu. Kazura menatap Kenzo, lalu kembali pada Naoto. Kesunyian ada lagi di antara mereka, tetapi kesunyian itu membiarkan Kazura untuk memperhatikan wanita yang memanggil pria itu 'paman'.

Naoto melempar senyum pendek ketika tahu Kazura memperhatikannya, memandang Kazura lama tetapi menolak untuk melakukan hal yang sama kepada Kenzo. Satu tangannya terangkat dan menggosok lengan tangannya yang lain seakan kedinginan ketika ia berkata, " Pasti kalian lelah setelah perjalanan panjang. Apa kalian ingin segera beristirahat di kamar masing-masing?"

...Tidak ada yang lebih ku inginkan dari pada itu...

Kazura berkata dalam hati. Kenzo tampak mengerti akan hal itu dan mengatakan keinginan yang sama kepada Naoto. Naoto mengantar Kazura ke kamarnya, membuka pintu dan menunjukkan futon yang telah di gelar. Naoto siap untuk berjalan lagi menunjukkan kamar Kenzo setelah Kazura masuk ke kamar, tetapi Kenzo menggeleng dan berkata, "Terima kasih, saya akan bersama Kazura untuk sementara waktu."

Naoto tertegun, tetapi kemudian mengangguk penuh pengertian. Sebelum meninggalkan Kazura dan Kenzo berdua saja. Kazura telah masuk ke futon dan Kenzo duduk bersila di sampingnya. Kazura mengeluarkan tangannya dari balik futon, meraih milik Kenzo seraya berkata, "Kenzo... Aku ingin pulang."

Kenzo menatap balik ke arah Kazura, menangkap ketidak berdayaan dalam suara itu. Ia mengelus kepala Kazura, mendesah balik, "Kazura, kita sudah di rumah."

"Aku tidak suka di sini." Kazura berkata cepat, "Aku baru sampai, tapi aku dengan segera tidak menyukainya. Sepi, Kenzo. Bagaimana pun aku memikirkannya, aku sedang di paksa untuk tinggal di rumah orang yang tidak ku kenal."

"Ini rumah Ayah, Kazura.."

Kazura menggenggam tangan Kenzo sedikit lebih erat. Ia menutup mata, berusaha membayangkan ia sedang tertidur di kasur kamarnya, tetapi gagal. Wangi kamarnya tidak seperti itu, dan kehangatan kasurnya berbeda dengan futon yang sedang ia tiduri.

Perlahan-lahan, kesadaran Kazura menipis, ia di tarik ke dalam mimpi. Kenzo di sampingnya, terus menerus memberikan sentuhan yang menenangkan hingga Kazura benar-benar tertidur.

***

Kazura terbangun. Tinggi matahari yang dapat ia lihat lewat jendela memberitahunya beberapa jam telah terlewati, dan kini telah senja. Ia duduk di atas futon mengusap matanya. Kenzo tidak di sampingnya.

Kemudian, ia mendengarnya, suara sayup-sayup obrolan pelan. Kazura mengintip ke balik pintu kamarnya. Orang yang sedang bercakap-cakap duduk tepat di depannya, dengan kaki menghadap ke taman, mata menatap ke kolam. Perempuan dan laki-laki, mengobrol dari entah kapan, telah meninggalkan semua formalitas berlebihan yang di perlukan orang asing di dalam kata-kata mereka. Masih ada kesopanan, tetapi jauh lebih kasual dari pada percakapan pertama yang Kazura dengar sebelum tidur. Kazura hanya sedikit kaget tahu ia adalah Kenzo dan Naoto.

Kazura meringkuk di pinggir, menarik lututnya ke arah tubuhnya. Ia duduk bersandar di sana, mendengarkan dalam diam.

"Tidak stabil." Naoto berkata, tampaknya menjawab pertanyaan Kenzo. Kazura bisa menebak mereka sedang berbicara tentang pria yang akan ia panggil 'Ayah' "Aku khawatir kemarin, ia cukup kuat di bawa ke luar menghirup udara segar, tetapi pagi ini dia..."

Suaranya menghilang. Hanya ketika itu Kazura benar-benar sadar. Zenitsu Naoto melakukan segalanya yang ia lakukan karena ia peduli. Hanya orang yang peduli yang bisa terdengar sekhawatir itu.

"Ia tidak akan apa-apa." Kenzo berkata.