Akibat satu botol alcohol semalam, alhasil Ashlea pingsan sampai pagi. Badannya masih terasa ngilu karena semalaman suntuk ia berbaring di lantai kamarnya, tanpa selimut tanpa bantal dan dengan pakaian minim di cuaca hujan terlebih.
Rasa sakit itu masih sama, tak mempengaruhi Ashlea sama sekali biasanya. Tapi yang Ashlea anggap aneh sebelumnya ia tak pernah tidur senyenyak ini bahkan dengan tiga botol alcohol sekalipun, terakhir kali ia tidur nyenyak saat Defansa meminjamkan tangannya sebagai bantal untuk Ashlea tidur.
Kepalanya masih berdenyut, ia pun ke kamar mandi terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam kantor. Memijat kepalanya pelan dan mencuci wajah. Ashlea memang sudah cantik, kulitnya yang kuning langsat dna bersih tak butuh make up untuk nampak cantik. Meski rambutnya hanya ditata seadanya, gadis itu tetap nampak menggoda.
"Jika kau hanya berniat memberi Devano masalah sebaiknya kau pergi sekarang."
Ashlea menatap seseorang dari cermin di depannya. Ia ingat wajah gadis ini, tapi sama sekali tak tahu namanya.
Ashlea masih bergeming, menatap dari cermin seorang gadis yang sedang mempoles diri dengan make up yang sangat kentara. Memang membuatnya cantik, tapi sama sekali tak menggoda, tidak seperti Ashlea yang tetap nampak menarik meski wajahnya tak tersentuh sedikit pun dengan make up.
"Dengarkan ucapanku, jangan membuat masalah untuk Devano. Pergilah secepatnya!"
Ashlea sama sekali tidak peduli akan itu. Setelah selesai mengeringkan wajahnya dengan sedikit tisu di toilet, ia langsung pergi tanpa peduli atau membalas perkataan wanita itu. Sebab memang tak ada sama sekali niatnya untuk menambah beban atau pun masalah orang lain, untuk apa? Buang-buang tenaga dan waktu saja.
Pintu kantor terbuka, Ashlea masuk ke sana dan tatapan orang-orang sudah aneh kepadanya. Ia tak peduli akan itu, tapi sungguh tatapan mereka sungguh membuat Ashlea terganggu. Seingat Ashlea ia tak pernah mengganggu orang lain, tapi kenapa orang-orang selalu saja suka mengganggu hidupnya.
"Apa?" Akhirnya Ashlea angkat bicara karena semua orang yang menatapnya secara diam-diam. Ashlea sampai berpikir apa dirinya masih berbau alcohol, tapi selama ini baik-baik saja, ia sudah mandi dengan baik, bahkan dengan pakaian yang selalu wangi seperti yang Defansa ajarkan kepadanya.
"Seseorang mencarimu tadi." Salah satu dari mereka bersuara. "Anak dari pemilik perusahaan."
Ah, jadi itu masalahnya. Rumit. Sekarang mereka pasti merasa Ashlea memiliki koneksi yang hebat dari tingkahnya selama ini, karena ia berteman dengan anak pemilik perusahaan? Tentu saja tidak. Siapa itu bahkan Ashlea selalu melupakan nama gadis itu.
"Dia temanmu?" Lagi-lagi pertanyaan itu Ashlea dengar, setiap orang yang meliaht Arsyi mendekati Ashlea selalu berusaha untuk menempel pula kepadanya. Itulah alasan kenapa Ashlea selalu menolak untuk berteman dengan Arsyi, selain merepotkan ia juga tak suka diganggu.
"Bukan." Ashlea menjawab seadanya. "Aku tidak berencana untuk bereman dengan siapapun." Ashlea sudah menekankan jadi semoga saja mereka mengerti dan menjauhi Ashlea. Lebih baik dijauhi daripada diganggu dengan menempeli Ashlea kemana-mana. Menyusahkan.
Arsyi. Sepertinya gadis itu tak akan berhenti. Tidak dimana pun Ashlea berada gadis itu selalu menjadi batu untuk Ashlea. Memangnya penting jabatan ayahnya, sangat tidak penting bagi Ashlea.
Baru Ashlea duduk dengan tenang, Arsyi benar-benar datangd engan suara kerasnya. Tentu saja semua orang mengenal Arsyi. Siapa yang tidak mengenal Arsyi, selain anak dari pemilik perusahaan, Arsyi juga sangat berisik, tidak tertolong.
"Hai!" Gadis itu berdiri dengan senyum ceria di depan Ashela. Tapi Ashlea masih sama, tak peduli. "Ashlea. Kau masih tidak mau menatapku, ahh kau sangat keren!"
Bagi Arsyi diamnya Ashlea-lah yang membuatnya benar-benar jatuh cinta kepada Ashlea. Bukan dari segi mencintai dalam artian aneh, hanya saja baginya Ashlea menarik untuk dijadikan teman. Selain kuat, hanya Ashlea juga yang tidak peduli pada statusnya. Ashlea hanya menganggapnya sebagai karyawan biasa, itu yang Arsyi sukai dari Ashlea.
"Ucapan selamat atas kepindahanmu dari tim desain." Arsyi menyodorkan satu buah kotak kecil, dengan bungkusan berwarna merah muda dan pita putih mengikatnya indah.
Tentu saja Ashlea tidak peduli dan hanya sibuk pada pekerjaan di depannya.
"Diam, aku anggap kau menerimanya!" Arsyi memasukkan kotak itu ke dalam laci meja Ashlea. "Aku pergi dulu, seperti biasa jika kau berubah pikiran cari aku di bawah pohon itu, Ashlea!"
Selepas kepergian Arsyi, Ashlea langsung mengambil kembali kotak itu dari lacinya dan berjalan ke tempat sampah untuk membuangnya, setelah itu ia langsung menuju ke ruangan Devano yang menjengkelkan.
"Dia membuangnya?" tanya salah satu orang heran. Jelas hadiah itu nampak mahal sekali.
"Agghhh!!!" teriak satu orang wanita langsung melemparkan kembali kado yang dipungut dari tong sampah. Kado indah dan terlihat mewah ternyata di dalamnya berisi tiga kecoa mainan. Astaga.
Yang lain hanya menahan tawa.
"Dia keren sekali." Si magang yang bernama Fani itu menatap punggung Ashlea yang hilang di balik pintu ruangan Devano. Sepertinya orang yang menyukai Ashlea akan bertambah satu lagi.
Merepotkan.
"Keluar."
"Setelah aku melaporkan ini."
Walau disuruh keluar oleh Devano yang nampak sangat sibuk dan kesal itu, Ashlea tetap menunggu duduk di kursi tanpa disuruh.
"Lanjutkan saja, aku akan menunggu."
Devano menghirup udara dengan kasar, bahkan menutu laptopnya dengan keras. "Katakan."
"Aku menyelesaikan peninjauan ini, sepertinya masalah utama bukan pada susunan naskahnya, tapi imej dari artisnya."
Devano membaca sedikit laporan perbaikan yang Ashlea susun. Ia akui Ashlea pandai menyusun laporan sehinga mudah dipahami dan nyaman dibaca.
"Produk dengan kesan lembut, tapi kau menggunakan artis yang tidak sesuai dengan imej produk."
"Di balik kertas itu, aku membuat catatan kira-kira artis yang cocok dengan imej produk."
Devano membalik kertas. Ia kira itu berisikan nama-nama artis yang direkomendasikan oleh Ashlea, ternyata hanya clue-clue.
"Artis remaja, yang sering membintangi drama teen romance? Apa ini? Kau bercanda?"
"Aku tidak pernah bercanda dalam bekerja. Aku tulis seperti itu, dan silahkan kau cari artis yang sekiranya mendekati itu. Aku tidak kenal artis. Ada pertanyaan lagi?"
Hening sebentar. Devano asih terfokus membaca beberapa bagian yang Ashlea tandai.
"Jika tidak, aku permisi."
"Tunggu."
Ashela menunggu, dengan berdiri.
"Kau akan bekerja di luar hari ini."
Hal yang Ashlea benci. Bekerja di luar. Sudah ia duga, jika berada di tim ini maka akan lebih banyak bekerja ke lapangan, berbeda dengan tim desain yang hanya berkutat pada komputer dan ide-ide yang bisa di dapat dari dalam ruangan.
"Aku tidak mau."
Devano langsung menatap kepada Ashlea.
"Lalu? Kau akan mengadu kepada temanmu itu? Dan meminta pemilik perusahaan untuk mengubah perintahku?"
Benar. Ashlea dianggap sebagai orang yang menyalahgunakan koneksi.
"Aku bukan orang yang seperti itu."
"Lalu siap-siap, kau akan bekerja di luar hari ini."
Sial. Ashlea benci harus berhubungan dengan dunia luar terlalu banyak. Namun, ia juga benci jika dituduh menyalahgunakan koneksi.