Deg. Bagaikan di sambar petir di siang bolong. Jantung Nara berdetak begitu kencang. Dia diam mematung di tempat nya.
"Kenapa diem? Sakit hati lo, nerima kenyataan ini? Jadi selama ini lo udah main perasaan sama gue?" Tanya Rayhan terkekeh. Seolah tidak bersalah.
"Kasian banget sih! Perasaan nya gak terbalaskan!" Ucap Rayhan tersenyum sinis.
Nara masih diam dengan matanya yang berkaca-kaca. Dia juga mulai mendengarkan cibiran-cibiran dari siswa-siswi yang mengerumuni mereka. Memang tidak semua siswa ada disana, tapi sebagian besar dari angkatannya berada di koridor kelasnya.
Nara menggigit bibir bawahnya, dia yang cengeng, sekarang dihadapkan langsung dengan situasi seperti ini. Nara berusaha agar air matanya tidak menetes.
"Lo suka sama Tika?" Tanya Nara.
"Iya. Gue suka sama dia!" Jawab Rayhan santai.
"Lo tau dia sahabat gue Ray! Kenapa lo tega kaya gini?! Kalo emang lo suka sama Tika, gak usah deketin gue!"
"Heh! Gue gak deketin lo ya! Lo aja yang ke-geer-an." Jawab Rayhan.
"Dari awal Lo seolah deketin gue. Terus-terusan ngasih gue perhatian, baik ke gue. Ternyata semua itu palsu? Dan target sebenarnya adalah Tika, kenapa Lo ga langsung aja deket sama dia?" Tanya Nara.
"Karena gue tau Tika susah buat di dapetin, jadi jalan pintasnya gue harus deketin Lo dulu, dengan begitu, gue bisa dengan gampangnya kan deket sama dia? Karena apa? Karena dia temen Lo, otomatis kalian bakalan selalu barengan." Jawab Rayhan dengan santai.
Plak. Satu tamparan mendarat di pipi Rayhan.
"Gue nyesel udah kenal sama cowok kaya lo! Gue benci sama lo! Mulai sekarang gue ga akan pernah lagi anggap Lo orang baik. Lo jahat!" Sentak Nara lalu berlari meninggalkan Rayhan yang masih berdiri dengan memegangi pipinya.
Plak. Satu tamparan lagi mendarat di pipi Rayhan, jika tadi pipi kanan nya yang di tampar sekarang gantian pipi kirinya. Lengkap sudah penderitaan pipi Rayhan. Dan tamparan itu berasal dari Tika.
Rayhan menatap bingung pada Tika, kenapa gadis itu tiba-tiba menampar dirinya?
"Kenapa lo--"
"Lo jahat! Gue gak nyangka lo tega nyakitin Nara! Dia punya rasa sama lo dan sekarang lo tinggalin gitu aja!" Ucap Tika kesal.
"Ka, gue ngelakuin ini karena gue sayang sama lo!" Ucap Rayhan menatap Tika.
"Tapi gue gak sayang sama lo!" Ucap Tika. Dia tidak habis pikir dengan Rayhan, bisa-bisanya cowok itu menyatakan perasaannya disaat seperti ini.
Rayhan tertawa remeh.
"Lo bohong kan? Lo juga suka kan sama gue? Udahlah Ka ngaku aja! Sekarang kita jadian yuk!" Ucap Rayhan tersenyum manis.
"Gue bohong? Apa untung nya, hah? Denger baik-baik ya Ray, gue gak sayang sama lo! Sedikit pun gue gak ada rasa suka sama lo! Dan satu lagi, asal lo tau gue udah punya pacar! Dia emang gak sekolah disini, tapi gue tetep setia sama cowok gue." ucap Tika tersenyum sinis.
"Lo punya cowok? Gak mungkin! Kalo lo emang punya cowok, pasti lo selalu jalan sama cowok lo, tapi apa? Kemarin lo ngajakin gue!" Ucap y terkekeh pelan.
"Gue ngajakin lo karena cowok gue lagi gak bisa, dia lagi banyak tugas. Lo gak usah salah paham. Meskipun gue gak punya cowok, gue juga gak mungkin nerima lo, karena gue lebih mentingin persahabatan gue sama Nara, dibandingkan percintaan gue!" Ucap Tika lalu pergi meninggalkan Rayhan.
Rayhan sakit hati karena merasa tertolak oleh Tika, lalu dia melirik sekitar, ternyata masih ada banyak siswa yang berkumpul disana.
"Bubar!!!" Teriak Rayhan pada anak murid yang masih mengerubungi dirinya.
"Sakit bro? Udah di tinggal sama yang tulus, dan di tinggal sama yang lo suka?" Tanya Vernon dengan nada mengejek.
Rayhan melirik Vernon dengan mata tajam nya.
"Makanya Ray, mikir dulu sebelum bertindak!" Ucap Riki.
"Gue gak mau banyak omong! Inget aja, karma gak bakalan salah alamat!" Ucap Sandi.
Rayhan pergi meninggalkan ketiga sahabatnya dengan penuh emosi.
¤¤¤
"Ra, udahlah! Gak usah nangisin cowok kaya Rayhan gitu. Lo tuh cantik, masih banyak yang ngantri buat jadi pacar lo." ucap Farah. Sedari tadi dia berusaha menenangkan Nara, namun gadis itu tetap saja menangis terisak.
"Iya Ra, lo mah gak cocok nangis-nangis kaya gini." ucap Risna.
"Tika emang jahat banget sih! Gak mikirin perasaan sahabatnya banget." ucap Sena kesal.
"Gak abis pikir gue!" Ucap Nanda.
Tak lama Nia dan teman-teman nya memasuki kelas.
"Malu banget nih! Udah Geer ternyata cowok nya suka sama sahabatnya sendiri" celetuk Devi tertawa remeh.
"Iya ya, buset mana di liat banyak orang lagi." timpal Nia.
"Lo berdua gak ada kerjaan ya, selain ngebacot!" Ucap Farah ketus.
"Kenapa lo yang sewot? Gue kan gak ngomongin lo! Kenapa tuh temen lo diem aja? Gak ada rencana buat bunuh diri kan, setelah di tolak Rayhan." Ucap Nia tertawa.
Brakkk. Nara yang masih di lingkupi emosi menjadi lebih emosi mendengar omongan Nia yang tidak bermutu. Kelas yang semula ramai menjadi sangat sepi. Rayhan dan ketiga sahabatnya diam mematung di ambang pintu.
"Kalo cuma untuk dapetin cowok kaya dia." ucap Nara sambil menunjuk ke arah Rayhan. "Gue tinggal balikin telapak tangan aja, di luar sana banyak yang pengen gue jadiin pacar, tapi dengan bodohnya gue malah ngejaga hati buat cowok kaya dia. Dan lo, gak usah ikut campur urusan gue, kalo lo masih pengen ada di kelas ini, mending diem, gak usah banyak bacot!" Ucap Nara dingin sambil menatap tajam Nia.
Sedangkan Nia diam, dia tidak berani membalas ucapan Nara, selama ini Nara selalu diam saat ia mencibir, tapi sekarang ucapan Nara benar-benar terdengar tajam.
Nara kembali ke meja nya untuk mengambil tas nya, lalu dia membereskan sedikit bukunya yang berantakan.
"Ra Ra, Lo mau kemana?" Sena menahan lengan Nara. Gadis itu hanya diam. Lalu dia beranjak dari tempat duduknya.
Saat di ambang pintu, lengan nya di tahan oleh Rayhan.
"Mau kemana?" Tanya Rayhan.
"Bukan urusan lo!" Jawab Nara datar dan dingin. Setelah itu dia melepaskan cekalan tangan Rayhan di lengan nya dan dia kembali melanjutkan langkahnya untuk keluar kelas.
"Baru kali ini gue liat Nara se-marah itu, biasanya dia cuma kesel aja." Ucap Sandi.
"Wajar aja ga sih? Dia sakit hati, terus malah di kata-katain sama Nia. Malah makin-makin deh emosinya." Kata Riki.
"Lagian tuh cewek ngapain ikut campur, kaya udah paling bener aja." Sambung Sandi.
Riki menepuk bahu Rayhan pelan.
"Menurut gue, lo nanti harus minta maaf sih Ray sama Nara. Mau itu di maafin atau enggak, setidaknya Lo harus minta maaf. Dia orangnya baik bro, kalo pun nanti gabisa jadi pasangan, setidaknya kalian harus tetap temenan." Kata Riki.
Rayhan hanya diam saja. Entahlah, cowok itu seperti sedang memikirkan sesuatu.