"Si Alvin tumben banget ngajakin cewek kerumah ya, biasanya cuma khusus buat kita aja." Kata Riko.
Vian mengangguk, "Mungkin emang ada perlu aja kali?"
"Iya kali, si Nara cantik juga ya?"
"Iya, gue kaya pernah liat dia dimana ya?" Tanya Vian.
"Ya disekolah, kan kita satu sekolah sama dia." Jawab Riko santai.
"Bukan, gue kaya pernah liat dia dimana gitu." Kata Vian lagi.
"Ntar coba tanyain lagi, siapa tau pernah ketemu dimana gitu." Vian hanya mengangguk saja.
---
Nara merentangkan kedua tangannya untuk meregangkan otot-ototnya yang lelah karena dari tadi dia mengetik di laptop milik Alvin.
"Kalo capek istirahat dulu Ra, lagian ga terlalu terburu-buru kok." Ucap Alvin sambil memperhatikan Nara.
Nara menunjukan cengirannya. "Aku istirahat bentar ya kak."
Alvin mengangguk, "Sambil diminum itu. Maaf ya cuma ada jus jeruk aja. Bibi belum sempat belanja kayanya."
"Iya kak. Aku suka kok, air putih juga sebenarnya ga papa." Nara menunjukan senyumannya.
"Aku pesenin makanan ya? Mau makan apa?" Tanya Alvin.
"Ga usah kak, nanti kan bisa makan dirumah, mending lanjutin buat proposal aja." Tolak Nara.
"Ga boleh gitu dong Ra, makan dulu ya? Mau apa?"
"Ga usah---"
"Harus makan! Mau apa cepetan?" Tanya Alvin lagi.
Nara menghela napas pelan. "Samain aja deh kalo gitu. Aku apa aja mau kok."
"Ayam bakar mau?" Tawar Alvin.
"Boleh." Jawab Nara sambil mengangguk.
Lalu Alvin mengotak-atik ponselnya untuk memesan makanan melalui aplikasi online.
"Itu temen-temen kak Alvin, ga ditawarin?" Tanya Nara.
"Mereka mah disamain aja juga mau." Jawab Alvin tertawa pelan. Nara ikut tertawa.
Selang tiga puluh menit, makanan mereka datang. Lalu Alvin memanggil kedua temannya untuk makan bersama diruang makan.
"Wah enak nih." Ucap Vian sambil mencicipi ayam bakar miliknya.
"Belum cuci tangan Vian! Kebiasaan deh Lo!" Tegur Riko dengan memukul pelan lengan Vian.
"Ck, iya-iya ini mau cuci tangan." Vian berjalan menjauh untuk mencuci tangannya.
"Makan Ra." Perintah Alvin. Nara mengangguk, dia sedikit canggung sekarang harus satu meja dengan tiga cowok yang baru dia kenal hari ini.
Vian kembali dan langsung duduk dihadapan Nara. "Eh iya, Lo pernah jalan sama Selly ya Ra?"
"Selly siapa ya kak?" Nara balik bertanya.
"Sellyana. Seangkatan sama gue." Jawab Vian.
"Oh kak Selly. Iya dia masih sepupu sama gue kak. Lumayan deket sih, jadi sering jalan-jalan bareng." Jawab Nara.
"Makanya gue kaya ga asing pas liat Lo tadi. Kalo ga salah pernah liat pas di Resto gitu deh." Ucap Vian.
Nara hanya tersenyum dan mengangguk.
"Udah makan dulu, jangan ngobrol terus." Tegur Alvin.
Lalu mereka menikmati makanan masing-masing.
---
Pagi ini, Nara berangkat sekolah sedikit terlambat. Karena kemarin pulang dari rumah Alvin dia langsung tertidur tanpa mengganti seragamnya.
Alhasil, saat waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam dia terbangun, dan baru bisa tidur saat pukul dua pagi.
Untuk mendatangkan rasa kantuknya lagi, Nara memilih untuk menonton drama Korea, tapi bukannya mengantuk, dia malah asik menonton drama hingga dua episode. Akhirnya, tadi pagi ia terlambat bangun.
Nara sedikit berlari untuk menuju kelasnya. Nafasnya sudah tidak beraturan.
"Aduh!" Nara tak sengaja menabrak seseorang.
"Ra! Kenapa lari-lari?" Tanya Alvin, orang yang ditabrak oleh Nara tadi.
"Aku takut telat kak. Soalnya waktunya Bu Ellin. Maaf ya kak, aku duluan." Jawab Nara lalu melanjutkan larinya.
Alvin hanya menghela napas pelan. Ada-ada saja gadis itu.
Nara mengintip isi kelasnya dan ternyata guru PKN dikelasnya belum masuk.
"Gue kira Lo ga masuk." Ucap Risna menyambut kedatangan Nara.
"Gue telat bangun. Takut banget kalo Bu Ellin udah masuk." Jawab Nara. Lalu dia mengikat rambutnya. Sedikit gerah, akibat dari lari tadi.
"Belum sih, tumben juga sebenarnya. Biasanya beliau paling disiplin." Kata Sena.
Nara melihat Rayhan yang berjalan memasuki kelas. "Makanya kurang-kurangin pacaran, biar sekolah ga terlambat." Ucap Rayhan saat melewati tempat duduk Nara.
Nara hanya mengernyitkan dahinya heran. "Kenapa sih tuh orang? Ngatain siapa coba?"
"Cemburu kali, kemarin liat Lo sama kak Alvin." Kata Farah.
"Dih! Ga mungkin lah." Elak Nara.
Tak lama Bu Ellin memasuki kelas dan pembelajaran pun dimulai.
"Jadi kalian akan saya bagi menjadi beberapa kelompok. Kelompok akan saya tentukan, jadi kalian tidak bisa memilih." Kata Bu Ellin.
Beberapa anak ada yang mengeluh, ada juga yang hanya pasrah.
Entah ini rezeki atau justru cobaan. Nara harus sekelompok dengan Rayhan. Jadi satu kelompok ada empat orang dan kelompok mereka berisi Nara, Farah, Sandi dan Rayhan.
"Kenapa harus sama dia sih?" Gumam Nara. Dia bukannya benci pada Rayhan, dia hanya tidak ingin berurusan dengan cowok itu lagi, meskipun mustahil karena mereka satu kelas.
Setelah menentukan kelompok, bel istirahat pun terdengar. Mereka segera pergi ke kantin untuk mengisi perut yang sudah keroncongan.
"Mau dikerjain dimana enaknya?" Tanya Farah pada Nara.
"Ngikut gue mah, dimana aja boleh." Jawab Nara.
"Di cafe sepupu gue mau ga? Disana tempatnya lumayan enak sih, nanti kita di ruangan khusus gitu, biar ga terlalu berisik." Tawar Sandi.
"Boleh aja sih San, mau dikerjain kapan?" Tanya Farah.
"Hari ini juga bisa, biar cepet selesai aja tugasnya." Jawab Sandi.
"Tapi Nara bisa ga?" Farah menatap sahabatnya.
"Bisa kok, gue udah bilang kak Alvin mau ngerjain tugas dulu, jadi proposalnya dilanjut besok aja." Jawab Nara. Farah mengangguk.
"Lo bisa ga bro?" Tanya Sandi pada Rayhan yang dari tadi hanya diam.
"Oke." Jawabnya lalu pergi meninggalkan kelas.
Nara dan Farah pun ikut keluar kelas. Sandi hanya menghela napas karena ditinggalkan sendirian.
---
Pulang sekolah, mereka langsung menuju cafe sepupu Sandi. Tempatnya memang strategis, sejuk gitu. Jadi enak kalau digunakan untuk mengerjakan tugas. Mereka bukan didalam ruangan, mereka memilih outdoor, katanya biar bisa cuci mata juga.
"Kita bagi tugas ya. Lo jangan diem aja Ray, bantuin." Kata Farah.
"Iye."
"Lo rangkum aja bagian itu, biar gue yang bagian ini. Sandi sama Farah biar bagian ngetik. Nanti gantian juga bisa deh, biar adil." Kata Nara pada Rayhan.
"Hm." Sahut Rayhan.
Mereka fokus pada tugas masing-masing, sesekali Rayhan dan Nara sempat berbincang, meskipun sedikit canggung, tapi mereka harus saling berkomunikasi untuk mengerjakan tugas kelompok ini.
"Nara?"
Nara menoleh saat namanya dipanggil. "Kak Alvin? Kok disini?" Tanya nya sambil tersenyum.
Alvin ikut tersenyum. "Iya, mau nongkrong aja. Disini udah langganan sih." Jawabnya.
Nara hanya mengangguk paham.
"Jadi ngerjain tugas disini?" Tanya Alvin.
"Iya, ini cafe punya sepupunya Sandi, dia nawarin disini, jadi yaudah, oke aja." Jawab Nara.
"Tadi berangkat sama siapa?" Tanya Alvin lagi.
"Tadi pagi apa gimana? Aku tadi pagi dianterin, terus kesini tadi nebeng sama Farah sih." Jawab Nara.
Rayhan yang mendengar percakapan mereka hanya memutar kedua bola matanya malas.
"Nanti pulangnya aku anterin ya." Tawar Alvin.
"Tapi kak---"
"Udah ga papa. Aku tungguin sampe selesai." Ucap Alvin tersenyum.
"Ck, tugas belum selesai udah mau ngajakin pulang aja. Sabar bro. Masih lama." Rayhan berkata sinis pada Alvin.
Alvin menatap Rayhan sambil mengernyitkan dahinya, dia jadi berpikir kenapa cowok ini selalu sensitif terhadap dirinya, seperti ingin marah-marah.
"Gue ga ngajakin pulang. Gue cuma mau nganterin dia pulang, nanti setelah tugasnya selesai." Jawab Alvin tenang.
"Ya sama aja. Orang kalo udah ditungguin pasti ga fokus ngerjain tugas. Pikirannya pasti ke bagi, pengen cepet-cepet pulang aja. Kalo mau pacaran nanti-nanti kan bisa, tugas lebih penting nih." Ucap Rayhan lagi.
"Kok Lo sewot sih sama gue? Kalo ada masalah selesaiin baik-baik, ga kaya gini." Alvin mulai terpancing emosi.
"Siapa yang sewot, gue biasa aja." Rayhan tersenyum miring.
"Eee, kak Alvin tunggu disana aja ya. Nanti kalo udah selesai aku samperin. Ini udah dapet setengah kok tugasnya." Nara jadi takut kalo mereka berantem disini.
Alvin menghembuskan napasnya. "Oke aku tunggu disana. Kamu semangat ngerjainnya."
Nara mengangguk.
"Ck, males banget gue. Pacaran mulu yang di utamain, tugas nih bos." Rayhan kembali bersuara.
Alvin tidak menggubris ucapan Rayhan, dia memilih untuk pergi.
"Lo kenapa sih Ray?" Nara menatap kesal ke arah Rayhan.
"Ga papa. Udah buruan, udah ditunggu tuh sama pacar Lo." Jawab Rayhan sewot.
Nara hanya diam. Lalu dia melanjutkan tugasnya. Farah dan Sandi hanya diam saja.