Rayhan mendengus pelan saat Nara tidak menggubris ucapannya. Setelah gadis itu masuk kelas, Rayhan duduk di kursi yang tadi di pakai oleh Nara dan Alvin.
Nara duduk ditempat duduknya bersama Sena.
"Kita jamkos ya? Kok dari tadi gak masuk-masuk?" Tanya Nara lalu dia melirik jam tangan nya. "Udah hampir jam delapan loh ini." lanjut nya.
"Enak dong, waktu nya fisika nih! Males gue mikir nya." ucap Nanda.
"Males fisika, males kimia, males biologi. Tapi masuk kelas IPA, mana IPA 1 lagi. IPA abal-abal banget kita ya." ucap Risna sambil tertawa dan ikuti oleh sahabatnya yang lain.
"Harusnya kita tuh masuk kelas Bahasa aja." ucap Nara terkekeh.
"Eh Lo jangan salah Ra, meskipun kelas Bahasa belajarnya juga susah tau." Ucap Tika menimpali dari bangku belakang Nanda.
"Iya sih, kayanya semua pelajaran susah deh buat kita." Kata Nara.
"Nikah aja lah." Farah berucap sambil tertawa.
"Gampang banget nikah. Ga mikirin kehidupan selanjutnya." Timpal Nanda.
"Ya nikah emang gampang ga sih? Yang susah kan kehidupan setelah nikahnya." Kata Sena.
Mereka semua tertawa pelan.
"Ekhemm... yang abis ngobrol sama ketua OSIS ganteng nih, raut wajah nya bahagia banget ya." goda Farah sambil menyenggol bahu Nara.
"Iya nih, gue doain buruan jadian ya. Biar kita bisa nge-date barengan. Di antara kita semua kan cuma lo aja yang gak punya pacar." Ucap Risna dengan sedikit menekan kata 'jadian' karena dia melihat Rayhan berjalan melewati mereka.
"Apaan sih kalian!" Ucap Nara sambil menutup wajah nya dengan kedua tangan nya.
"Ciee malu-malu." goda Tika.
Nara melepaskan tangan nya yang menutupi wajahnya.
"Gue cuma dimintain tolong sama dia. Bukan mau di deketin, kalian mah mikirnya kejauhan."
"Minta tolong apa?" Tanya Tika.
"Bikin proposal, katanya sekretaris OSIS masih izin gitu." Jawab Nara.
"Kan ada anak lain, kenapa harus Lo?" Tanya Nanda.
"Ya gue ga tau. Tiba-tiba aja dia dateng ke sini kan tadi?" Nara menatap teman-temannya.
"Ya gapapa, lagian dari awal Lo juga diajakin buat ikut OSIS kan? Tapi Lo nya ga mau, jadi mereka masih berharap sama Lo deh kayanya." Kata Sena.
"Ga tau juga. Gapapa lah, nambah-nambah temen." Kata Nara.
"Iya, ntar juga berubah jadi teman hidup kok." ucap Farah.
"Seneng banget ya, ntar cuma di baperin aja, terus di tinggalin kaya yang kemarin." ucap Nia mencibir Nara dengan sindiran pedas nya.
"Kasian banget ya, suka sama cowok, tapi gak pernah bisa deket. Sini, gue ajarin cara supaya bisa deket sama cowok-cowok ganteng." ucap Nara membalas ucapan Nia tak kalah pedas.
Nia hanya menatap Nara dengan tajam, sedangkan Nara hanya membalas dengan tersenyum miring.
"Usil mulu jadi orang." Gumam Nara menggelengkan kepalanya pelan.
¤¤¤
Jam sudah menunjukan waktu pulang. Kini semua siswa di kelas Nara sedang membereskan buku masing-masing. Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang masuk kelas, bisa di pastikan bahwa laki-laki itu tidak pernah memasuki kelas mereka.
Laki-laki itu melangkah menuju meja Nara.
"Aku bantuin biar cepat selesai." ucap nya. Alvin. Dia yang ada di kelas Nara sekarang.
"Gak usah kak, ini udah selesai kok." ucap Nara.
"Udah ya, kalo gitu kita pulang sekarang." ajak Alvin.
"Guys, gue duluan ya." pamit Nara pada sahabatnya. Mereka hanya mengangguk.
"Sialan!" Maki seseorang dalam hati.
¤¤¤
"Di kerjain di rumah aku gak papa kan?" Tanya Alvin di tengah perjalanan mereka.
"Gak papa kak." jawab Nara. Alvin mengangguk dan melajukan mobil nya menuju rumah nya.
"Kamu hampir dikenal sama anak-anak angkatan aku loh." Alvin memulai pembicaraan karena dia tau, gadis itu akan tetap diam saja, mungkin karena masih canggung.
"Masa sih kak?" Tanya Nara.
"Iya, kamu mantannya Niko kan? Anak IPS itu?" Alvin kembali bertanya.
Nara mengangguk, "Iya, cuma sebentar sih sama dia."
"Iya sebentar, tapi kalian kalo kemana-mana selalu nempel."
Nara hanya tersenyum tipis.
"Sekarang udah ada gantinya Niko?" Alvin melirik sekilas ke arah Nara.
"Belum kak. Masih sendiri. Santai aja sih aku mah." Jawab Nara.
Alvin mengangguk pelan. "Eh iya, udah bilang orang tua belum kamu, kalo ga langsung pulang?"
"Udah kok, tadi udah sempat bilang ke Mama." Jawabnya.
"Yaudah, nanti pas pulang aku anterin sekalian aku bilangin ke orang tua kamu." Ucap Alvin.
"Iya." Nara mengangguk.
¤¤¤
"Widihhh, si bos udah mulai bawa cewek nih, guys."
Baru saja Nara menginjakan kaki nya di ruang tamu rumah Alvin, sudah di sambut dengan godaan yang di lontarkan oleh seorang laki-laki berseragam abu-abu sama dengan dirinya.
"Otw, jadian kali." celetuk lelaki satu nya.
"Berisik!" Ucap Alvin kesal. "Gak usah takut sama mereka ya Ra, mereka temen-temen aku kok. Kamu emang gak pernah liat mereka ya?" Tanya Alvin.
Nara menggeleng.
"Mereka satu sekolah loh sama kita." ucap Alvin memberitahu.
"Tapi gak pernah ketemu." ucap Nara tersenyum canggung.
"Mereka emang suka bolos. Dan tempat mereka bolos tuh disini, dirumah aku. Soalnya kan kalo siang rumahnya suka kosong." ucap Alvin sambil tertawa pelan.
"Wehh, aib tuh!" Ucap teman Alvin.
"Aku tinggal ganti baju dulu ya. Kamu duduk disini dulu." ucap Alvin pada Nara. "Lo berdua jangan gangguin Nara." ucap Alvin sambil menunjuk kedua teman nya. Setelah itu dia menaiki tangga menuju kamar nya.
Kedua teman Alvin yang memang pada dasar nya jail itu, langsung duduk di sofa yang bersebrangan dengan Nara.
"Hai, nama gue Vian." ucap lelaki tampan bertubuh tinggi dengan badan kurus.
"Gue Riko." ucap lelaki bertubuh tinggi dan sedikit berisi.
"Aku Nara kak." ucap Nara.
"Kelas berapa sih, kok manggil kakak segala. Kesan nya kita tua banget gitu." ucap Vian.
"Aku kelas 11." jawab Nara.
"Gak usah manggil kakak lah, biasa aja." ucap Riko.
"Gak enak kak, gak sopan." ucap Nara.
"Dia mah masih punya sopan santun, jadi ya gitu manggil kakak. Emang lo berdua, kakek-kakek lo panggil abang." sahut Alvin yang sudah berganti pakaian dengan memakai celana jeans pendek, dan kaos hitam polos.
"Ck. Nyaut aja sih lo!" Decak Vian.
"Udah minggir deh, gue mau ngerjain proposal" ucap Alvin menyuruh kedua teman nya pergi.
"Babang jahat sama dedek, giliran ada Nara, kita di suruh pergi ya Ko." ucap Vian dengan mendramatisir.
"Iya nih." ucap Riko.
"Buruan pergi deh, sebelum nih laptop gue melayang di kepala lo." ucap Alvin kesal. Lalu kedua teman nya sudah pergi berlari menuju kamar Alvin.
"Maaf ya Ra, ada dua manusia ga jelas di rumah." ucap Alvin.
"Gak papa lah kak. Punya teman kaya mereka enak di bikin ketawa mulu." ucap Nara sambil tertawa.
Alvin terpaku saat melihat tawa lepas Nara. "Cantik." gumam nya sangat pelan.
"Bisa di mulai sekarang kak?" Tanya Nara.
"Oh, bisa kok." jawab Alvin tersenyum.