Chapter 7 - SELAMAT

"Mai.. bagaimana.. kamu tidak apa-apa..??" Seorang bodyguard terlihat khawatir menghampiri gadis itu.

"Tidak Uncle.. terimakasih sudah membantu.."

"Hayya Maisie.. Uncle tidak bisa selamanya melindungi mu.. kamu harus segera pergi dari tempat ini sebelum laki-laki yang lebih kuat mengalahkan mu.." Gadis itu hanya tersenyum.

"Usia Mai sudah 17 tahun, jika sudah lolos ditahap ini Nuna akan membawamu ke pusat kota. Dia akan melelang mu dan menjajakan mu pada orang-orang yang mau menyewamu dengan harga yang paling tinggi." Lanjutnya lagi.

"Uncle meragukan kemampuan Mai.. ?? Mai kan hebat..!!" Lagak Mai dengan sangat percaya diri.

"Gadis bod*h..!! laki-laki disana bukan laki-laki sembarangan Mai.. mereka sudah berpengalaman semua. Punya Relasi, punya bodyguard, punya kekuasaan bahkan mereka sangat kejam. Mai mau jadi budaknya.. ??"

"Nooo..!!" Gadis itu bergidik ngeri.

Tak pernah dibayangkan sebelumnya bahwa Maisie harus menjalani hidup seperti itu, yang semula sang Nuna sangat menyayanginya dan sudah menganggapnya sebagai putri sendiri ternyata hanya untuk menjadikannya seorang wanita penghibur kelas atas. Shaqie sang Nuna mucikari mendapatkan Maisie dari seorang nelayan yang menemukannya tergeletak di tepi pantai, lebih tepatnya nelayan tersebut menjual Maisie kepada Nuna Shaqie.

Yah... Berlian ternyata selamat dari peristiwa 9 tahun yang lalu, ia Sengaja mengganti namanya dengan nama belakang Sang Mommy yakni Maisie agar tidak ada yang mengenalinya. Berlian berharap ia akan menemukan keluarganya dan melindungi keluarga tersebut serta menemukan dalang dibalik penculikan 9 tahun lalu itu. Ia diselamatkan oleh salah satu penculik yang dengan susah payah memeluk Berlian agar tidak terluka begitu parah ketika mobil melaju dengan kencang dan menabrak pembatas jalan hingga terjun ke dasar laut. Setelah mobil mulai tenang penculik tersebut mengeluarkan Berlian yang hanya mendapat beberapa luka ringan karena pecahan kaca dari pintu kemudi yang sudah ditinggalkan sang supir, sedang penculik itu sendiri tidak bisa keluar karna lukanya terlalu parah Apalagi temannya yang sudah tewas ditempat.

"Kamu bisa berenang kan ?? Berenanglah sampai keatas. Temukan apapun yang bisa membuat mu mengapung hingga dengan begitu ombak akan membawamu ke tepi pantai.." Penculik itu berpesan tatkala Berlian sudah berhasil keluar.

"Om.. tapi Lian takut.." gadis itu gemetar.

"Jangan takut.. Tuhan akan menjaga orang baik seperti mu. Jadilah wanita kuat sampai suatu saat kamu bisa melindungi diri sendiri bahkan juga orang lain, jangan lemah.. kamu pasti bisa.."

"Tapi Om.." Lian begitu sangat ketakutan.

"Berenanglah nak.. jaga ...dirimu...baik-baik, kamu.... Harus... Selamat...!!" Suara laki-laki itu sudah semakin melemah.

"Om... Om.. Oommm..." Tak mendengar balasan dari orang itu berlian langsung memberanikan diri berenang sampai keatas, dan mungkin sudah disediakan oleh sang penulis🤭 jadi dengan mudah Berlian langsung menemukan kayu besar yang membawanya sampai ke tepi pantai.

"Baiklah Mai.. pikirkan besok, rencana apalagi yang ingin kamu jalankan.. latihan 3 hari ini sudah membuat Nuna meradang. Jangan buat dia malah melakukan kekerasan terhadapmu.. Apalagi menghukum mu dengan berat."

"Seperti apa misalnya.. ??" Gadis itu masih terlihat santai.

"Praktek langsung dari seorang Gig*Lo.."

"Apa... ??" Berlian terkejut, pelatihan ringan dari sang Nuna Saja sudah membuatnya muntah-muntah apalagi praktek langsung.

Meski sudah 9 tahun ia berada ditempat ini, namun Nuna baru setahun belakangan ini memberikan pelatihan kepadanya. Diawali dengan berbagai gaya berenang, tahan nafas di air, senam kelenturan kaki sampai ke cara memakai baju yang memikat.

Sebelumya.. ketika Berlian baru beberapa hari datang ke apartemen Nuna, seperti anak kebanyakan ia pun dimasukkan ke sekolah untuk melanjutkan pendidikan formalnya bahkan sampai kejenjang Menengah Atas. Nuna sangat menyayanginya, ia selalu memenuhi kebutuhan anak tersebut dan menyembunyikannya dari para pelanggan hingga berlian tetap tinggal di apartemen bukan di tempat yang sekarang.

Namun ketika Berlian beranjak usia 16 tahun dimana gadis itu sedang dalam masa puber, Nuna justru terpikat dengan pesonanya. Paras wajahnya, lekuk tubuhnya bahkan penampilannya, Nuna seakan melihat pundi-pundi Berlian dalam tubuh gadis tersebut. Dan dari sinilah ia mulai mendidik Berlian untuk menjadi yang ia mau, namun Nuna tidak melarang Berlian untuk tetap melanjutkan pendidikannya yang Hanya tinggal satu semester lagi.

Mansion dr. Bryan..

"BERLIIAAANN..!!" Intan terperanjat dari tidurnya.

"Honey... mimpi Lian lagi.. ??"

dr. Bryan mengusap wajah Intan yang penuh keringat.

"Daddy.... hiks.. Mommy kangen, kapan Lian pulang.. hiks hiks..!!" Intan menangis dalam dekapan sang suami.

"Honey.. Ikhlaskan saja, Lian sudah tenang di alam sana .."

"Tidak Dad... Lian masih hidup, dia selamat .. dia selalu hadir dalam mimpi Mommy.. Daddy harus percaya..!!" Intan melepaskan dekapannya dan mengguncang-guncangkan tubuh laki-laki itu.

"Tapi harus sampai kapan kita mencari Lian mom... ini sudah 9 tahun.. polisi juga tidak bisa menemukan jejak anak kita. Tak ada yang bisa memastikan dia selamat didalam mobil yang tenggelam."

"Tapi polisi juga bilang kan.. mereka tidak menemukan jenazah supir dan Lian didalam mobil.. yang artinya masih ada kemungkinan besar dia selamat."

"Honey.. stop.. kita sudah sering bahas masalah ini, Mommy harus Move On.. ini tidak bagus untuk kesehatan mommy.."

"Daddy...!! Lian anak Mommy.. sampai kapan pun Mommy tidak akan pernah berhenti berharap dia hidup. Daddy tidak akan bisa merasakannya karna Lian bukan anak kandung Daddy..!!"

dr. Bryan terkejut dengan perkataan sang istri, ia melihat Intan dengan tatapan marah.

"Jadi selama ini Mommy menganggap Daddy apa Hhaa..?? Daddy menjaga Lian dari semenjak dalam kandungan Mommy.. menyayanginya dengan sepenuh hati. Sekarang..." dr. Bryan tak sanggup melanjutkan perkataannya, ia takut akan semakin emosi dan lebih memilih keluar dari kamar untuk menenangkan diri.

"Dad..." Intan memanggil pelan, namun laki-laki itu tetap melangkahkan kakinya.

Kenza melihat sang Daddy keluar dari kamar menuju balkon ia pun mengikutinya dari belakang.

"Mommy histeris lagi Ken.. Daddy tidak tahu harus melakukan apalagi untuk menenangkannya..!! ungkap dr. Bryan ketika keduanya duduk.

"Sabar Dad.. ini memang terlalu berat untuk Mommy yang sudah menderita Depresi. Kita hanya menunggu waktu saja.."

"Ini sudah 9 tahun Ken.. Emosi Daddy sudah mulai memuncak, bukan marah karna sikap Mommy yang tidak bisa move on... tapi Daddy justru marah pada diri Daddy sendiri yang tidak bisa membuat Mommy bahagia. Daddy gagal menjadi Suami yang baik, Daddy juga gagal menjadi orang tua..."

"Dad.. Kenza bangga memiliki Daddy, Kenza yakin Mommy juga begitu... Daddy tidak gagal.. hanya saja suratan nasib memang tidak selalu berpihak pada kita. Bukankah dulu Daddy juga sangat bersabar merawat Mommy dari Depresinya, Tolong sekarang lebih bersabar lagi padanya beliau saat ini sedang rapuh..!!"

dr. Bryan menatap wajah Kenza dengan senyum penuh kebanggaan, beliau baru menyadari kedewasaan Kenza ternyata sangat berwibawa.

"Terimakasih nak... Kamu ternyata sudah dewasa, Andai Lian memang masih hidup.. pasti dia sudah menjadi Remaja yang sangat cantik..!!" dr. Bryan mulai menitikkan air mata.

"Dad... seperti Mommy, Kenza juga percaya bahwa Lian masih hidup. Bukankah sampai saat ini Daddy masih melakukan penyelidikan.. ??" Dokter itu mengusap sudut matanya.

"Yah... Karna Daddy juga percaya Lian masih hidup. Hanya saja Daddy tidak ingin membuat Mommy semakin tertekan, hingga sebisa mungkin Daddy memberikan stimulasi terburuknya supaya Mommy tidak begitu terluka disaat kemungkinan itu benar terjadi.. karna akan fatal pada kesadarannya."

Dari balik pintu Intan mendengarkan percakapan Ayah dan anak itu, ia begitu terharu karena ternyata keduanya sangat menyayangi ia dan Lian putrinya.

"Dad..." Panggilnya,

"Maaf..." Intan melangkah pelan menghampiri sang suami. Kenza langsung keluar, ia memberikan privasi kepada kedua orangtuanya.

"Honey..." dr. Bryan langsung memeluk sang istri.

"Yan... kamu dimana.. Kakak kangen.. lihatlah orang tua kita mereka sangat menderita kehilangan mu.."

"KKAA KENZAAAA.. !!" Lian terlihat panik dalam tidurnya, ia memanggil nama Kenza sedang matanya masih terpejam.

"Kkaaa ... Hhaaaa!!" Gadis itu langsung terperanjat dan bangun, mukanya terlihat pucat sedang keringat membasahi tubuh.

"Hanya mimpi..." jam di dinding masih menunjukkan pukul 02:30. Namun ia kembali terkejut.

Tok tok tok tok... "Mai... apa kamu sudah bangun.. ??" suara ketukan dan orang berbisik terdengar dari balik jendela.