Chapter 5 - PENCULIKAN

"Tuan.. kami sudah menemukan orang itu, ini Alamatnya.. !!"

Anggara menerima secarik kertas bertuliskan alamat Rumah seseorang.

"Kamu yakin ini orangnya ??"

"Yakin tuan, berdasarkan Rekaman CCTV yang kami retas menunjukkan bahwa orang tersebut menuju bangsal kelas 3 tempat dimana istrinya dirawat."

"Baiklah.. sebentar lagi kita ke sana.. kalian boleh pergi, nanti saya hubungi.."

"Siap tuan !! kami Permisi.. !!" Mereka bergegas keluar dari ruangan itu.

Anggara menopang dagunya, ia sudah lama mencari orang ini tapi tak pernah berhasil. Ia penasaran dengan orang-orang yang berkaitan dengan sang paman, kekhawatirannya meningkat ketika ia sudah memiliki Zean. Anggara takut jika pamannya sedang merencanakan sesuatu untuk mencelakai keluarganya, oleh karna itu sekecil apapun hal yang menyangkut sang paman harus ia selidiki. Ia tidak ingin peristiwa yang menimpa Ayahnya dulu akan terulang kembali.

Mansion milik keluarga Adiyaksa..

"Paman yakin dia masih hidup.. ??" Hanin duduk dengan Anggun di ruang tamu. Lekuk tubuhnya tidak berubah, masih seperti dulu cantik dan memikat meski sudah melahirkan Zean. Membuat sang paman semakin Gelisah..

Hanggono langsung menghampiri wanita itu, ia duduk lebih dekat seraya merangkulnya.

"Paman.. jaga sikap paman di sini.. sebentar lagi Zean pulang.. !!" Hanin terlihat khawatir, ia takut Zean akan memergokinya dengan sang paman.

"Kenapa kamu begitu khawatir.. bukankah dia anakku juga.."

"Tapi tidak untuk sekarang, apa Paman lupa ini semua karna rencana paman..!!" Hanin mulai emosi.

"Ok.. ok.. paman mengerti, paman hanya merasa kamu sepertinya selalu menghindar dari paman. Kenapa kamu semakin jarang ke mansion paman, paman kesepian sayang..!!" ujarnya seraya mencium tangan Hanin.

"Bullshit...!! wanita paman selalu datang setiap malam.. jangan pikir aku tidak tahu.." Wanita itu merengut.

"Tapi mereka berbeda dengan mu.." Bisiknya seduktif. Hanin menahan nafas ia berusaha kuat meski telinganya sudah memerah.

Suara pintu terbuka menyadarkan keduanya, Hanin langsung merapikan rambut dan bajunya sedang laki-laki itu langsung pindah posisi.

"Paman...?? Apa kita ada janji.. ??" Anggara terkejut mendapati pamannya sedang duduk di ruang tamu dan di temani istrinya.

"S*al.. kenapa Anggara pulang seawal ini..!!" batinnya.

"Oh.. tidak.. paman hanya kangen dengan Zean ingin mengajaknya keluar, harusnya jam segini sudah datang.. bukankah begitu ??"

Anggara melihat jam ditangannya dan kemudian mengangguk.

"Kenapa paman tidak langsung menjemputnya disekolah daripada harus menunggunya di sini.."

"itu karena.. Paman.. dari ketemu klien.. yang kebetulan melewati lokasi ini dulu jadi sekalian mampir..!!" jawab sang paman gugup.

"Sepertinya Minggu-minggu ini paman sering sekali datang kemari, apa tidak ada kerjaan dikantor cabang ??" Selidik Anggara.

"Brengs*K apa maksudnya bocah ini, apa dia sudah mulai curiga..??" Batin sang paman mulai bergemuruh.

"Sudahlah Pa.. kasihan paman, beliau hanya punya kita.. mungkin beliau kesepian.. Bukan kah paman bagian dari keluarga kita juga..?!"

Hanin mencoba menenangkan sang suami, ia menghampirinya seraya mencium pipi Anggara.

"Kenapa papa pulang jam segini.. Zean juga belum tiba.." Hanin Hendak melepas dasi suaminya namun langsung di tolak.

"Tidak ma... papa justru pulang karna ingin memberitahukan pada kalian bahwa besok papa ada meeting di luar kota, jadi harus berangkat sore ini..!!"

"Oh... apa akan lama.. ?? kenapa mendadak seperti ini.. Bagaimana jika Zean sedih, selama ini papa udah jarang ada meeting di luar kota, kenapa sekarang.. ".

"Mama .. ini proyek besar, papa sudah lama ingin berkolaborasi dengan beliau tapi baru sekarang disetujui. Ayolah ma.. cuma 2 hari saja. Dari dulu-dulu juga papa sering keluar kota, bahkan hampir seminggu Mama baik-baik saja.." Anggara berusaha menenangkan sang istri. Tiba-tiba suara pintu kembali terbuka,

"Mama... Zean pulang..!!" Teriak Zean seraya berlari.

"Hha.. ternyata ada Papa dan Opa juga.."

"Hallo Zean.." Bocah itu langsung memeluk Anggara. Padahal Hanggono sudah merentangkan kedua tangannya, laki-laki itu terlihat sedih ada perasaan sakit yang menghujam relung hatinya.

"Heeyy jagoan papa.. bagaimana harimu.. ??"

Anggara langsung hanyut bercengkrama dengan buah hatinya tersebut.

"Kenza.. Lian.. ayo pulang sudah sore..!!" Teriak Intan dari kejauhan, ia memanggil kedua anaknya yang kala itu masih asyik bermain layang-layang..

Angin dipantai sore itu bertiup cukup kencang hingga layang-layang kedua bocah itu terbang dengan sangat tinggi.

"Iya Mommy sebentar..!!" Kenza balas berteriak. Sedang Intan kembali sibuk dengan sang suami yang tengah membereskan barang-barangnya.

"Ayo ka Kenza.. ulurkan lagi benangnya biar lebih tinggi.. Punya Lian juga.."

"Jangan Yan.. nanti benangnya putus, udah segitu aja.. Mommy juga udah manggil kita buat pulang." Kenza menarik layang-layang itu dan menggulungnya.

"Yah... ka Kenza, Tapi Lian masih belum mau pulang.."

"Lian.. hari sebentar lagi petang.. Kasian Mommy dan Daddy nungguin."

"Ka Kenza jahat.. Lian tidak suka..!!" Gadis itu berlari seraya menabrakkan badannya pada sang kakak hingga layang-layang miliknya terlepas dan terbang jauh terbawa Angin.

"Lian mau kemana.. sudah sore yan.. ??" Teriakan Kenza tak diindahkan gadis itu, ia tetap berlari sekencang-kencangnya.

"Lian tunggu... Kakak minta maaf.. Lian..!!"

Brukk !! Kenza terjatuh karna menabrak seseorang, ketika ia bangkit jejak Lian sudah tidak terlihat lagi.

"Lian.. Lian.. kamu dimana.. Lian.. ??" Kenza semakin panik, ia kemudian berlari ke tempat yang sepi dan ternyata ia melihat seseorang telah membopong Lian yang hendak dimasukkan kedalam Jeep.

"Hay.. mau dibawa kemana Lian.. Hay... Hay.!!"

"Ka Kenza.. tolong.. Lian takut ka... ka Kenza..!!"

Setelah Lian berhasil dimasukkan kedalam, Jeep tersebut langsung tancap gas dengan kecepatan tinggi.

Sekuat tenaga Kenza berlari mengejarnya tapi tidak berhasil, nafasnya seakan sesak dan ia pun langsung terduduk di tanah.

"BEERRRLIIIAAANNN..!!" Kenza teriak putus asa.

dr. Bryan dan Intan ikut berlari mengejar Kenza, namun sayang ia terlambat melihat penculik itu.

"Kenza.. ada apa... dimana Lian.. ??" Kenza terus menangis.. ia tak menjawab pertanyaan Daddy nya.

"Kenza katakan.. dimana adikmu.. ??" Intan ikut bertanya. Namun Kenza masih saja tak mau bersuara, hanya isakan tangis yang terdengar.

"KENZA KEANNU JAUHAR.. KATAKAN DIMANA BERLIAN.. ??" dr. Bryan sudah hilang kesabaran, ia berteriak seraya mengguncang-guncangkan tubuh bocah itu.

"Seseorang.. seseorang telah menculiknya Daddy..!!"

"Apa... ??" Intan shock dan kemudian tak sadarkan diri. dr. Bryan mendorong tubuh Kenza dan kemudian menyangga tubuh sang istri.

"Honey... honey.." dokter itu langsung menepuk nepuk pipi Intan, namun wanita itu tetap tak bangun.

"Kenza buka pintu mobil segera.." sang dokter langsung membopong istrinya menuju mobilnya diparkiran depan.

Bandara Domestik..

"Papa .. baik-baik disana.. langsung hubungi mama jika sudah sampai." Hanin seakan tak ikhlas melepas sang suami, laki-laki itu hanya mengangguk dan mencium kening sang istri.

"Papa.. jangan lama-lama pulangnya.. Zean kangen.." Bocah itu langsung menangis dalam pelukan Anggara.

"Baik sayang.. papa janji tidak akan lama, nanti papa bawakan mainan yang super canggih." Hiburnya.

"Janji.. ??" ucap Zean seketika berhenti menangis, ia melepas pelukannya dan menunjukkan jari kelingking kepada sang Ayah.

"Janji sayang ..!!" Anggara mengaitkan kelingkingnya pada kelingking bocah tersebut.

Keduanya kembali berpelukan.

"Tenang saja nak, paman akan menjaga mereka.. kamu baik-baik disana. jika terjadi sesuatu langsung hubungi paman."

Anggara mengangguk, setelah Zean sudah lebih tenang laki-laki itu segera masuk dan meninggalkan mereka.