Chereads / My Sea Princess / Chapter 1 - 001 - I Don't Want This Reincarnation!

My Sea Princess

Ilmalaila22
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 74.5k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - 001 - I Don't Want This Reincarnation!

Setelah aku membuka mataku, aku sama sekali tidak bisa mengenali apa pun yang ada di hadapanku. Semua interior ruangan yang dihiasi ornamen perak keemasan dan baju ala-ala kerajaan eropa yang kupakai ini membuatku merasa berada di dunia lain.

"Apa-apaan ini?" Aku menatap lembaran kertas yang ada di meja. Ada banyak huruf yang tidak aku kenali. Apakah aku memang berada di dunia lain?

Kepalaku tiba-tiba saja terasa pening. Rasanya seperti sedang naik wahana carousel. Meski begitu, tanganku tidak bisa berhenti membuka-buka laci untuk mencari apa pun yang sekiranya berguna untukku.

Hingga akhirnya aku menemukannya. Sebuah cermin kecil dengan bingkai ornamen bulan. Dari pantulan cermin itu aku dapat melihat wajah seorang laki-laki yang memiliki rambut berwarna kuning dengan retina mata berwarna biru. Sangat jelas berbeda dengan diriku yang sebenarnya.

Apa-apaan ini? Apa aku masuk ke dalam novel seperti kisah para tokoh utama di komik fantasi yang sering kubaca? Sungguh menggelikan.

Aku masih tidak bisa mempercayai apa yang aku lihat, tapi nyatanya aku dapat merasakan sakit saat aku melukai telapak tanganku sendiri dengan meremukkan kaca cermin. Darah yang menetes itu terasa perih.

Ini pasti bercanda. Aku pun bangkit dari kursi dan berjalan ke arah pintu.

Aku membanting daun pintu itu dengan sangat keras sehingga bunyi BAM-nya terdengar nyaring.

"Tuan Muda, ada apa?" seorang laki-laki berambut abu setengah berlari menghampiriku. Dia memakai setelan baju hitam putih seperti layaknya seorang pelayan di keluarga kerajaan.

"Katakan siapa namaku? Dari mana aku berasal?" tanyaku dengan suara bentakan. Aku bahkan dapat melihat pria tua itu terkejut dengan apa yang aku katakan.

"Anda adalah Damian Lagarde. Putra kedua dari empat bersaudara yang dimiliki Count Hector Lagarde," jawabnya.

Apa yang dikatakannya membuatku diam. Nama-nama itu terdengar sangat familiar bagiku. Seperti nama para tokoh jahat di dalam novel Rebirth of The Greatest Emperor yang sempat aku baca beberapa bulan lalu.

Melihat sang pelayan ini membuatku ingin mencoba untuk mengecek kebenaran dugaanku. Dia pasti adalah ketua pelayan di keluarga Count Lagarde.

"Furukawa Hiro," panggilku menebak namanya.

"Iya. Ada apa Tuan Muda?" sahutnya. Ternyata dia memanglah Hiro. Di dalam novel, dia adalah seorang kepala pelayan yang mati karena berusaha melindungi Damian saat penyerangan yang dilakukan tokoh utama. Dia sangat setia, tapi sayangnya Damian bukanlah orang yang pantas untuk mendapatkan kesetiaannya.

"Hiro." Aku menatapnya sambil membuka kedua tanganku selebar mungkin.

"Iya?"

"Tolong bunuh aku sekarang juga," pintaku yang seketika saja membuat Hiro membelalakan matanya. Dia mungkin saja menganggap aku gila karena meminta hal mengerikan seperti itu.

"Apa maksud Tuan Muda?" Hiro menatapku dengan tatapan serius.

"Aku ingin mati," kataku dengan air mata yang mulai menggenang di pelupuk mataku.

"Bukankah kau pintar bermain pedang? Tolong bunuh aku sekarang juga," kataku yang membuat Hiro semakin terkejut.

Pada dasarnya aku telah mati karena tenggelam di dasar laut. Kalau pun aku hidup di sini, aku akan berakhir dengan kematian di tangan sang tokoh utama. Jika aku bisa mati lebih cepat, untuk apa aku bersusah payah bertahan hidup di tempat ini?

Aku tahu aku sudah membaca seisi novel itu hingga tamat, tapi aku sama sekali tidak tertarik untuk menjalaninya. Apakah aku hanya perlu bermalas-malasan menikmati kekayaan keluarga Count Lagarde dan tidak perlu mengusik tokoh utama? Semua orang pasti menginginkan hal itu, tapi aku tidak.

Aku terlahir dan besar dari keluarga kaya. Hingga aku mati pun tetap berada di kapal pesiar milikku sendiri. Aku pun sudah terbiasa melihat para konglomerat berbuat sesuka hatinya. Tidak jauh berbeda dengan karakter keluarga Lagarde. Lantas, untuk apa aku hidup bila hanya untuk melakukan semua hal yang aku sendiri muak dengannya?

"Apa Tuan Muda baik-baik saja?" tanya Hiro. Beberapa orang terlihat berdatangan. Kebanyakan memakai pakaian hitam putih layaknya para pelayan dan ada juga yang berpakaian mewah. Aku dapat menebak kalau si kembar itu adalah dua adik kandung Damian.

"Hahaha." Aku tertawa cukup keras hingga membuat semua orang menatapku aneh.

"Apa kau tuli? Aku memintamu untuk membunuhku. Kenapa kau tidak juga melakukannya?" tanyaku sembari menatap Hiro dengan tatapan nyalang tanpa ada keraguan sedikit pun.

"Tuan Muda, tolong jangan memintaku melakukan hal itu," ucap Hiro. "Aku sangat membencinya."

"Kalau begitu serahkan pedangmu padaku. Biar aku yang melakukannya sendiri," kataku sambil menengadahkan tangan kananku pada Hiro.

Hiro terdiam. Aku pun dapat mendengar semua orang berbisik membicarakan kegilaanku. Mereka tidak percaya kalau Tuan Muda Damian Lagarde yang biasanya melakukan segala hal untuk melindungi dirinya sendiri malah meminta kematian.

Tentu saja mereka tidak tahu kalau Tuan Muda Damian Lagarde yang ada di hadapan mereka ini sudah memiliki jiwa yang berbeda. Jiwa yang berasal dari dunia lain. Itulah diriku.

"Ada apa denganmu, Damian?" Sebuah suara berat nan menggelegar terdengar. Segera saja aku menoleh ke belakang dan mendapati seorang laki-laki paruh baya dengan jubah kebesarannya berjalan ke arahku.

Mata birunya terlihat nyalang dan serius. Tidak ada senyuman apa pun di wajahnya. Hanya aura mengintimidasi saja yang melingkupinya.

Dia pasti Hector Lagarde. Count dari keluarga Lagarde. Laki-laki pecinta kekuasaan yang mampu menghabisi ribuan musuh seorang diri ketika masih muda. Dia mendapatkan tahta sebagai count dengan sederet pembantaian yang pernah dilakukan olehnya.

Aku tahu, di dalam novel, dia selalu mengatur Damian agar bisa menghasut para bangsawan dan meluaskan wilayahnya. Dia membuat Damian menjadi seorang penjilat handal yang rela melakukan apa pun demi mendapatkan apa yang diinginkannya. Bahkan rela menjadi anjingnya marquise demi mendapat kucuran dana pembangunan.

"Ayah, apa kau datang ke sini untuk membunuhku?" tanyaku sambil tersenyum.

Melihatku tersenyum membuatnya semakin mengerutkan keningnya. Aku dapat melihat ekspresi tidak suka di wajahnya.

"Anak kurang ajar!" Hector mengangkat tangannya yang terkepal lalu melesatkannya ke arahku.

Aku tersenyum tanpa menghindar. Namun, lelaki paruh baya itu malah menghentikan tinjunya tepat satu senti dari hidungku.

Apa dia ragu? Kenapa? Setahuku, meski Damian banyak berkontribusi memperkuat dan meluaskan wilayah, Hector tetap memiliki banyak kebencian dan tidak suka pada Damian. Terlebih setelah Damian membuat kakak pertamanya lumpuh dan akhirnya hanya bisa menghabiskan waktu di pengasingan.

"Ada apa Ayah? Kenapa Ayah berhenti? Padahal aku sangat ingin Ayah memukulku hingga mati kehabisan darah," ujarku dengan nada riang seolah semua hal itu hanyalah permainan biasa.

"..." Hector menarik lengannya lalu menatapku dengan lekat.

"Aku tidak bercanda, Ayah. Aku ingin mati saat ini juga. Aku tidak peduli siapa pun itu yang membunuhku, tapi yang jelas aku ingin mati," ujarku tanpa keraguan sedikit pun. Perkataanku ini membuat semua orang terdiam tanpa kata.

"Berikan aku alasan kenapa kau harus mati. Aku akan mengabulkan permintaanmu kalau jawabanmu memuaskan," ujar Hector dengan tangan yang masih mengepal. Dia seolah menahan emosinya sendiri.

Aku menarik napasku dalam lalu menghembuskannya perlahan. Sepertinya tidak ada salahnya untuk jujur meski hanya sekali ini saja.

"Aku bukanlah anakmu, jiwanya tergantikan olehku tanpa sengaja," ucapku yang seketika saja membuat kening Hector mengkerut. Dia pasti menganggapku aneh dan gila, tapi memang kenyataannya begitu.

"Aku tidak ingin hidup menjadi seorang Damian Lagarde, aku pun tidak ingin hidup menjadi orang lain. Aku ingin memiliki kebebasan untuk memilih jalanku sendiri, tapi aku yakin semua orang pasti akan menghentikanku. Aku benci melakukan apa yang tidak aku inginkan." Tanpa aku sadari air mataku terjatuh dari pelupuk mataku. Aku tidak menyangka luka psikologisku selama ini bisa meledak. Bahkan meledak pada orang yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan masa laluku.

"Aku benci lautan, tapi aku juga rindu ingin bermain di sana." Kali ini aku tidak bisa menahan isakanku sendiri. Aku teringat dengan seorang temanku yang sering mengajakku bermain bersama di pantai, tapi dia mati tenggelam di laut karena ulah orang tuaku sendiri. Aku yakin watak Hector Lagarde tidak akan jauh berbeda.

BERSAMBUNG