Chereads / My Sea Princess / Chapter 3 - 003 - I Will Cure You

Chapter 3 - 003 - I Will Cure You

Menjadi kaisar? Yang benar saja?! Aku tidak habis pikir dengan apa yang dikatakan oleh Hector. Sekuat apa pun dirinya, dia tidak akan pernah bisa menguasai kekaisaran. Orang yang memiliki hak itu hanyalah si tokoh utama.

Aku menghela napas. Meski badanku telah diobati, tapi aku tetap merasakan perih dan pegal di sekujur tubuhku.

Sekarang apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus menyerah dan melakukan apa yang dia inginkan? Aku tidak mau. Aku tidak ingin menjadi boneka hidup yang melakukan apa pun atas perintah orang lain.

Di dalam novel, Hector hanyalah tokoh figuran yang namanya sering disebut-sebut sebagai seorang penguasa tirani, tapi dirinya tidak punya banyak adegan. Aku tidak banyak tahu tentang khidupannya, tapi yang jelas dirinya sangat mengingatkanku pada ayahku.

Meski aku merasa kalau Hector sedikit lebih baik, tapi tidak ada jaminan kalau dia akan menjadi orang baik. Aku harus pergi dari sini, entah aku menjadi pengembara atau mati kelaparan di padang tandus, itu jauh lebih baik selama itu adalah apa yang aku pilih.

Lebih baik aku mati karena berusaha melakukan apa yang aku inginkan ketimbang mati karena melakukan apa yang orang lain inginkan. Ini hidupku, aku pun berhak memutuskan apa yang ingin aku lakukan.

Apa pun resikonya, aku akan menghadapinya. Tekadku ini semakin lama semakin berkobar. Aku pun mencoba untuk mengingat-ingat informasi dalam novel yang sekiranya berguna untukkku.

Bila aku tidak salah, penjara di wilayah Count Lagarde bentuknya menyerupai menara tinggi yang berada tepat di samping lautan. Aku hanya perlu merobohkan tembok dan berenang di lautan.

"Aku harus mencobanya." Aku memejamkan kedua mataku dan menajamkan pendengaranku. Aku harap aku bisa mendengar suara laut.

Sayangnya tidak. Aku tidak bisa mendengar suara laut. Aku bahkan tidak tahu apakah badanku ini bisa merobohkan tembok ataukah tidak. Dan satu hal lagi, bukankah lukaku akan terbuka kalau aku berenang di air? Pasti rasanya akan sangat perih sekali.

Aku memang ingin mati, tapi aku tidak suka dengan rasa sakit.

Beberapa saat aku terdiam sebelum kemudian mengambil sendok dan mulai mengikis batu bata yang menjadi dinding. Aku tidak tahu apa yang aku lakukan ini benar atau tidak, tapi aku tidak punya pilihan lain selain mencoba.

"Argh." Tanganku terkilir setelah sekian lama berusaha mengikis dinding. Aku bahkan bisa merasakan peluh bercucuran di keningku.

Aku memijat tangan kananku pelan. Meski sudah mengikis sampai 20 senti ke dalam, tapi aku masih belum menemukan ujungnya. Dinding ini sepertinya sangat tebal.

"Tuan Muda, mau aku bantu?" Sebuah suara serak terdengar. Seketika saja aku berbalik badan. Aku dapati Hiro menatapku dengan tatapan tajam di luar jeruji besi.

"A-apa yang ka-kau lakukan di sini?" tanyaku kaget. Aku sama sekali tidak mendengar suara langkah kaki, bagaimana mungkin Hiro bisa tiba-tiba ada di sini? Sehebat itu kah kemampuannya?

"Sejujurnya aku tidak suka dengan sikap Tuan Muda yang meminta kematian, tapi aku akan membantu bila Tuan Muda ingin pergi dari tempat ini."

"Omong kosong. Memangnya kau bisa membantu apa?" tanyaku sinis.

"Seperti ini." Hiro memutar jemari telunjuknya hingga memunculkan cahaya putih kecil berbentuk bola yang dikelilingi asap hitam. Dia kemudian menunjuk ke arahku. Cahaya itu pun mengenai dinding dan BAM. Hanya dalam sekejap berhasil menghancurkannya.

"Ba-bagaimana bisa?" Aku menatap reruntuhan dinding dengan tatapan tidak percaya. Bukan hanya itu, tapi dari tembok yang roboh aku bisa melihat cahaya rembulan menyinari lautan. Prediksiku rupanya tidak salah.

"Sisanya aku serahkan padamu Tuan Muda," ucap Hiro. Namun, saat aku menoleh ke arahnya, dia sudah tidak ada.

Hiro benar-benar luar biasa. Seingatku dia adalah seorang ahli pedang, tapi kenapa dia bisa menggunakan sihir juga? Sepertinya ada banyak hal yang tidak aku ketahui tentang karakter sampingan. Terlebih dari karakter sampingan yang dimiliki tokoh jahat dalam novel.

DrapDrapDrap

Aku dapat mendengar suara derap langkah penjaga yang berlarian. Mereka pasti terkejut dengan suara keras yang telah dibuat Hiro.

Ini bukan saatnya untuk aku memikirkan kekuatan Hiro, aku harus segera pergi supaya bantuan Hiro tidak menjadi sia-sia.

Kulihat gelombang ombak yang menabrak karang dan dinding menara. Tidak jauh dari sana pun ada sebuah pusaran air.

Apa aku harus benar-benar terjun ke sana? Bagaimana kalau aku membentur karang? Keraguan tiba-tiba muncul.

Aku menggelengkan kepalaku. Semakin lama suara para penjaga semakin keras terdengar. Bukankah aku ingin mati? Seharusnya sudah tidak ada apa pun lagi yang harus aku takutkan.

Aku menutup kedua mataku sebelum kemudian terjun bebas ke arah lautan. Aku memang sangat ingin mati, tapi sejujurnya jauh di lubuk hati yang terdalam, aku masih ingin tetap hidup.

Aku masih ingin hidup. Hanya saja hidup untuk apa? Entahlah.

Suara debum air terdengar jelas. Dingin dan perih bercampur menjadi satu. Pandanganku juga hilang. Hanya tersisa kegelapan dan rasa kebas yang tak berbatas.

**

Suara ombak terdengar bergemuruh, tapi suaranya tidak sekeras saat aku terjun ke air. Samar-samar pengelihatanku mulai kembali. Aku merasakan beban berat di dadaku.

"Huh?" Aku sedikit terkejut saat melihat seorang perempuan berambut biru dengan kulit seputih salju tengah tertidur di dadaku.

Siapa dia? Apa dia yang menyelamatkanku?

Dilihat dari warna rambut dan telinganya yang sedikit runcing, aku merasa kalau dia bukanlah manusia. Lebih tepatnya setengah manusia dan setengah binatang buas alias beast.

Tunggu sebentar, apa yang aku pikirkan?

"Hmmm." Perempuan itu berdehem sambil mengerutkan keningnya. Aku rasa dia sudah mulai sadar.

"Ah?! Ma-maaf. Kau sudah bangun rupanya." Perempuan itu terperanjat saat melihat mataku.

"Kenapa kau menyelamatkanku?" tanyaku tanpa ada senyuman sedikit pun. Aku ingin bangkit, tapi badanku tidak bisa aku gerakkan sama sekali.

"Sebaiknya kau istirahat saja, lukamu sangat parah, aku akan mengobatimu sampai kau benar-benar sembuh," ujarnya sambil tersenyum.

"Ck." Aku berdecak. "Apa kau tahu siapa aku? Kau hanya akan mencelakakan dirimu kalau menolongku."

"Aku tahu." Perempuan itu tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Hah?!" Aku mengerutkan keningku. Apa dia bercanda? Untuk apa dia menolongku kalau tahu aku adalah Damian Lagarde? Apa dia punya motif terselubung?

"Siang tadi aku mendengar kalau anak kedua keluarga Count Lagarde bersikap gila dan ingin mati. Aku tidak menyangka kalau gosip itu benar," ujarnya sambil tertawa. Entah kenapa hal itu membuatku merasa malu.

Aku kira kabar tentangku tidak akan tersebar keluar, tapi rupanya yang terjadi adalah hal sebaliknya. Mereka pasti menganggapku kerasukan. Ah, pada kenyataannya memang aku sudah merasuki badan Damian.

"Tuan Muda, kalau aku boleh memberi saran, sebaiknya Tuan Muda berhenti mencari kematian dan hiduplah dengan nyaman sebagai pewaris count."

Aku terdiam mendengar perkataannya. Saran darinya memang masuk akal, tapi aku tidak setuju. Ada hal yang bersifat non-fisik yang membuatku tidak ingin melanjutkan hidup sebagai Damian Lagarde.

Aku takut. Aku takut kehidupanku tidak akan jauh berbeda dengan kehidupanku yang dulu. Aku tidak ingin dipaksa melakukan apa yang tidak aku inginkan. Apalagi setelah ayahku berkali-kali menjualku untuk bermalam dengan para tamu VIP miliknya.

Hidup seperti itu sangat menyakitkan. Aku tidak ingin mengalaminya lagi.

"Tu-tuan Muda!" Perempuan itu menatapku seolah terkejut, tapi pandanganku kembali memudar dan aku juga mulai merasakan sesak napas yang cukup berat.

Bibir perempuan itu bergerak seolah sedang memanggilku, tapi aku tidak bisa mendengarnya. Apa yang terjadi denganku? Apakah lukaku sangat parah sampai aku seperti ini?

Rasa sesak itu mulai sedikit menghilang saat aku merasakan aliran udara di mulutku. Aku bahkan hampir tidak percaya dengan apa yang telah aku lihat.

"Namaku Dorra Darunia, kau boleh menghukumku nanti, tapi aku mohon tetaplah hidup. Kedua adik kembarmu sangat mengharapkan kehadiranmu," ujarnya yang diakhiri dengan pertemuan bibirnya denganku.

Dorra Darunia. Kalau aku tidak salah ingat, dia adalah seorang putri bungsu dari Kerajaan Suku Paus. Seorang half-beast. Setengah manusia dan setengah beast Paus.

Dia adalah anak paling lemah karena tidak bisa bertahan lama di dalam air. Setelah kematiannya, kakak laki-lakinya murka dan membantu sang tokoh utama menghancurkan kekaisaran demi membalaskan dendamnya.

Dan sekarang, apa yang dia lakukan? Memberiku napas buatan sebanyak yang dia bisa? Bukan hanya itu, dia bahkan melucuti bajuku dan bajunya.

BERSAMBUNG