Chereads / Dorgante / Chapter 25 - 25

Chapter 25 - 25

Bian datang ke rumah Yuandra sendirian dan saat berjalan ke arah pintu depan buat mengetuknya lelaki tersebut melihat sosok Sekar yang tengah di perlakukan gak manusiawi, namun Bian takut penglihatannya saja yang bermasalah karena lupa pakai kacamata tetapi setelah diamati kembali pemuda itu gak merasa dirinya salah melihat. Laki-laki itu memotretnya saat memundur pijakannya gak sengaja menginjak batang kayu yang jatuh dari pohon mangga membuatnya ketahuan, Bian buru-buru lari dari sana dan berhenti di depan shuttle bus. Nafas terengah lalu mencoba mengaturnya lagi, dipemberhentian berikutnya cowok tersebut langsung naik taksi dan mengarahkan jalan ke arah rumah Linggar ... bahkan setelah sampai ia gak menjamin nantinya bakalan selamat atau enggak sama Yuandra.

Linggar menatapnya aneh saat Bian tiba-tiba masuk begitu saja, cowok itu membisikkan kata yang gak pernah sejengkal saja di dalam benak Linggar buat ikut campur. "Lo harus tolong Sekar!" mohon pemuda itu dengan penuh harapan tetapi dirinya gak yakin ini bakal membantu atau nggak.

"Lo yakin itu Sekar?" tanya Junior yang memandang Bian penuh.

"Gue yakin, Jun."

"Ya barang kali elo salah liat, bang Yan." Junior agak ragu soalnya dari apa yang dibilang anak-anak sama Prita berbeda dengan surat izin Sekar, tapi gak ada alasan juga buat Bian berbohong sama apa yang sudah dilihatnya. Ada yang gak kalah lebih terkejut lagi tiba-tiba Jiraina mengiriminya pesan dan mengajak main ke rumahnya tanpa menunggu lagi dengan senyum terpatri pemuda itu langsung saja bersiap pergi.

"Intinya gue gak bisa ya, soalnya Raina ngajak main dan di sana ada Bianca. Kalo mau ikut ayo nggak ya udah, gue cabut dulu." tetap saja Bian pada akhirnya ikut karena ada pujaannya di saja jadi dia menumpang kendaraan sama Linggar, Junior cuma menghela panjang lalu tersenyum lucu. Perdebatan itu ditutup dengan mereka berdua pergi ke rumah Jiraina gak ada yang lain selain cewek itu saat ini, Linggar gak sabar banget mau buru-buru sampai ke tempat itu. Linggar mendengar suara teriakan dari arah luar sejujurnya ia penasaran apa yang terjadi di dalam sana sampai-sampai cewek itu berteriak kaya begitu kemudian disusul sama suara Bianca yang gak kalah melengking ... keduanya bergegas masuk ke dalam namun apa yang dilihatnya gak sesuai ekspetasi.

Jiraina masih berteriak lalu tersandung kabel colokan stop kontak. Beruntungnya cowok yang berjalan ke arahnya itu sigap jadi dapat menangkapnya, ada rasa berdebar ketika Linggar membantunya. Jiraina membelalak kaget, "kok lama!" seru gadis itu menghilangkan rasa groginya. Gak tau kenapa jadi sedeg-degan ini kalau liat Linggar padahal tadiannya enggak sama sekali karena kejadian barusan, gadis itu membenarkan tataan rambutnya dan meninggalkan kedua lelaki yang menatapnya aneh.

"Kenapa lo nungguin ya?" terka Linggar yang cuma dibalas kerlingan mata malasnya Bianca. Bianca gatal banget saat mau dengar kata-kata itu mau menyahutin saja rasanya karena teman kekasihnya itu pede gila, Linggar gak sembarangan pede juga soalnya sudah mikir yang ke arah sana juga.

"Eh Jamaludin! Kalo dia nungguin udah bilang daritadi orangnya itu elo, la ini bukan bujang?!" Jiraina terkekeh mendengar itu namun nyatanya memang dirinya gak nungguin, "yang dia tunggu bukan elu koplak. Tapi orang ono!" tunjuk Bianca yang mengarah para Yuandra agak kaget saat tau kalau perempuan di depannya ini mengajak cowok lain juga, harusnya dirinya gak perlu sesemangat itu. Semua orang menoleh ke arah pintu secara serentak tapi lucunya Yuandra gak merasa kesambut, perasaan Linggar gak enak mengenai kehadiran cowok tersebut kaya ada yang disembunyikan Yuandra.

Jiraina memang keliatan dekat sama Yuandra tapi pandanganya selalu mengarah pada satu sosok saja meskipun Yuandra enak diajak ngobrol tetap: fokusnya pada Linggar. Saat sang pemilik tubuh menoleh membalas tatapannya yang tertuju untuk lelaki di sana. "Lo ngajak ngobrol gue tapi pandangan lo bukan ke gue." ujar Yuandra berkata demikian, Jiraina sadar kalau orang yang ada di hadapannya merasa risih.

"Maaf."

"Maaf aja gak bisa buat gue kenyang." Jiraina mengulum bibirnya tipis lalu mengulas senyum manis, "traktir gue." Jiraina menghela kesal namun tetap menepati janji nanti saat ada senggang, perempuan tersebut menyerahkan beberapa proker lalu menandatanginya dengan cepat.

"Urusan kita selesai ya. Nanti kalo ada apa-apa kasih tau aja yang lain, bazar udah sebentar lagi." ucap perempuan yang ada di depannya, setelah selesai pemuda tersebut gak langsung pulang tapi bergabung sama yang lainnya, Yuandra memang gak sebegitu kenal anak management tapi lelaki itu bisa berbaur dengan baik tentu memasang wajah polos yang mudah dipercayai orang ... namun dibalik itu semua Yuandra bukanlah sosok yang baik dan ramah. Pemuda itu tersenyum simpul sesaat sehabis mengirimkan pesan sama Jiraina, entah sejak kapan gadis itu mudah terbuai akan hal manis yang dilakukan laki-laki disekitarnya: bahkan apa yang dikerjainya gak buat gadis itu mau berdekat lama-lama sama Linggar.

"Gue cabut dulu, jangan lupa traktirannya." Jiraina mengangguk sembari melambaikan tangannya di belakang Bian mengamati dengan intens lalu memberikan peringatan pada Linggar, gadis tersebut mengulas senyum pada dua cowok itu. Soal ucapannya Bian gak main-main. Ia memang memiliki perasaan gak enak soal Yuandra tapi itu masih abu-abu dan gak jelas makanya orang gak yang percaya dirinya, ia cuma butuh bukti. Jiraina menghela lagi dan kemudian menatap jenaka teman-temannya karena sudah membuat moodnya kacau, tapi satu orang lagi masih tersisa di antara Linggar dan Yuandra: hanya Linggar yang tersisa.

Bian menatap Linggar dengan raut mengejek, "ada yang ngarep tapi gak jadi karena ceweknya malah ketemu cowok lain." Linggar meninju pelan perut temannya sedangkan Bianca menatap tajam keduanya, seakan gak ada orang lain selain mereka berdua. Bianca berdeham lalu melengos pergi menghampir Diwangga dan juga temannya Aruna.

"Bacot!" ketus Linggar yang mulai kesal sama ocehan Bian. "Lupakan itu, elo merasa gak kalo ada yang aneh sama anak itu."

"Kan tadi elo yang gak percaya sama gue," malas Bian yang memainkan ponselnya.

"Bukan gak percaya. Elo ngasih tau tapi gak ada buktinya, gimana mau percaya." elak pemuda yang meringis kecil seraya terkekeh malu sama temannya itu, nyatanya ia salah persepsi terhadap apa yang telah terjadi. Linggar mengambil air bersamaan Diwangga tapi lelaki itu malah mengajak ngerumpi pasalnya apa yang dirinya liat itu kebetulan langka banget, jadi gak mungkin ia lewat buat episode hari ini. Meski cuma diam saja tetapi cowok di depan pendingin itu masih mendengarkannya hingga habis, lalu setelah itu pergi keluar begitu saja. "Apa iya Sekar bukan orang pertama?" gumam Linggar pelan.