Chereads / Dorgante / Chapter 27 - 27

Chapter 27 - 27

Domain sedang melakukan perjalanan dinas ke luar karena ada banyak tugas yang dibebankan padanya saat ini, kenapa? Karena salah satu seniornya mengundurkan diri faktor usia. Jadi semua tugas dialihkan padanya lalu gak lama temannya memberikan kabar mengenai hasil investigasi yang sudah dijalankannya, sebenarnya kasus Brisia sudah tutup case tetapi karena Domain gak mau mengecewakan adiknya dan memberikan harapan kosong anak pertama dari dua bersaudara itu akhir memindah tangan tugas itu kepada salah satu temannya yang aktif dibagian Biro Kontrol ... yang artinya mengerti dalam ilmu teknologi. Dan betapa terkejutnya pemuda tinggi itu saat tau bahwa panggilan terakhirnya adalah nomor lokal, padahal waktu itu Brisia bilang itu panggilan dari pamannya. "Kenapa Brisia bohong waktu itu? Berarti ini bukan bunuh diri biasa. Si pelaku tau kalo Brisia mengantungi cukup bukti makanya, gadis ini dijebak. Itu artinya pelakunya gak jauh," gumam Domain yang bergegas menelpon adiknya setelah membaca surel dari temannya.

Jiraina terperanjat saat sebuah notifikasi pesan masuk ke ponsel Linggar, ia hanya membacanya gak berniat membalas atau meresponnya tapi kalau dilihat dari ava profilnya itu kaya Junior adik dari pemilik ponsel ... gadis hampir kejungkal saat yang punya memergokinya sedang memainkan ponsel berwarna biru itu. Jiraina cepat-cepat meletakkan ponsel itu dan langsung bergegas pergi namun ia lupa kalau pesannya belum ditutup lagi, karena masih terlalu bingung mengapa nomornya diprioritaskan saat hendak mencari tau tadi pemiliknya keburu datang. Apa ia harus mengatakan pada Bianca kalau yang dilakukan tadi sebuah kesalahan, pada saat Jiraina hendak melengkingkan suaranya tiba-tiba Domain menelpon dan memintanya untuk tetap di rumah. "Hal—" ucapannya langsung disela sama sang penelpon sesaat sebelum si gadis memberikan salam.

"Jangan keluar rumah, abang baru aja dapet kabar kalo pelaku yang bunuh Brisia rupanya orang disekitar kamu." Jiraina mengerutkan keningnya bingung tapi gadis tersebut hanya bisa menurutinya saja gak ada hal yang buat Jiraina keluar rumah juga lagian untuk apa dirinya terlibat dalam pekerjaan kakaknya. Domain menghela panjang saat komandannya memanggil dari arah samping lelaki itu bergegas mematikan telpon lagian juga bagaimana bisa sang kakak mengetahui dengan cepat? Bukannya saat kemarin melakukan penyelidikan pihak korban meminta untuk menutup kasusnya lalu kenapa sekarang malah jadi ada titik terang. Jiraina pasti khawatir akan keselamatannya begitu pikirnya tapi apa yang terjadi saat ini bukan saja mengancam gadis itu namun nyawa gadis lain juga ... Domain sengaja menyerahkan tugas ini pada temannya yang aktif di Biro Kontrol saat hendak menutup kasus, lelaki tersebut langsung memindah tangan kasusnya.

Komandan bahkan gak mengetahui ini, bahkan di abad kedua puluh satu seperti sekarang ini banyak hal terjadi tanpa disadari. Biar bagaimanapun Brisia sudah ia anggap seperti adiknya sendiri, "gosip bukan cuma sekadar gosip. Kata anak kampus Sekar hamdul!" mulai Bianca yang mengawali gibahnya.

"Masa!" seru Diwangga heboh. "Sekar tuh anabi gak sih?" sambung lelaki itu dengan raut rumpinya.

"Iya, anak abi banget, ih, tbl deh." cerocos Jiraina yang diangguki keduanya sedangkan orang yang pernah menjalin hubungan langsung sama si oknum gak mengomentari apa pun hanya diam seraya mendengarkan, Aruna juga tau ada banyak beban yang dipikul sama mantannya itu tapi selama ini cowok tersebut bisa mengatasi setiap masalah yang ada. Makanya keduanya bertahan sampai sejauh itu, "shtt! Udah kasian sama, Aru." Jiraina menghargai kehadirannya itu kenapa gak mau melanjutkan obrolan kosong tersebut. Linggar mengantungi ponselnya dan meletakkan piring di depan semua temannya, karena sudah waktunya makan.

"Lo bisa tau darimana kalo Sekar hamil? Emang ada buktinya?" tegur Linggar yang menatap penuh ke arah gadis di hadapannya, Jiraina sejenak berpikir lalu menunjukkan postingan yang telah tersebar di sosial media kampus. "Yang kaya gini lo percaya?" pungkas Linggar.

"Ya terus kenapa emang elo gak percaya?" itu bukan Jiraina yang menyahut tapi Jefri karena jarak duduk mereka saling berhimpitan. Linggar gak  menoleh ke arah Jefri dan enggan memberikan komentar sama lelaki berlesung itu, saat teman kelompoknya berpamitan pulang ada perasaan was-was bagi Jiraina lalu mengingat kembali pesan kakaknya. Jiraina sempat mau bertanya sama cowok itu tapi Jefri langsung naik kendaraannya, gadis tersebut gagal menanyakan kecurigaan kakaknya.

Linggar menahannya agar gak pergi, "tadi lo buka-buka ponsel gue ya?" kata pemuda yang memasang wajah ramah. Jiraina sudah ketar-ketir takut kena beanned saja rasanya tapi reaksinya di luar dugaan.

"Gue kepo aja."

"Elo kepo?" Jiraina mengangguk seraya memakan kentang goreng yang ada ditangannya, maniknya memandang wajah Linggar penuh. Eh, eh, apanih? Kenapa tiba-tiba ia merasa malu saat cowok ini berlaku manis padanya. "Yang chat tadi ... adik gue," ungkap pemuda.

"Tau," sahut si perempuan sekenanya.

"Namanya Junior," balas Linggar lagi yang mengusak rambutnya. Jantungnya berdebar ya meskipun Jiraina jauh lebih berdebar kalau sama Yuandra tapi keduanya sama saja, sama-sama bikin diabetes gak baik buat kesehatan jantungnya. "Itu belum tau, kan?" ledek pemuda.

"Ta— belum. Hehe." Jiraina mengalihkan perhatiannya saat Yuandra mengiriminya pesan seketika Linggar gak ia gubris lagi, tetapi tetap saja gadis ini gak mau bergeming dari sisi Linggar. Di samping itu juga Yuandra pun mengirim pesan serupa dan meminta Theo menemuinya lagi, pesan tersebut Linggar abaikan namun detik berikutnya cowok itu menahan amarahnya saat nama Jiraina disebut dalam pesan. Helaan berat Linggar menjelaskan segalanya hanya dengan melihat raut kegelisahannya saja sosok yang ada di dalamnya mampu menerka apa itu.

"Jangan lupa makan terus tidur, gak usah begadang besok masuk." perhatian cowok itu dan melengang pergi menemui Yuandra secara langsung kali ini dirinya gak akan melibatkan Theo dan juga emosinya itu, Linggar bisa menanganinnya pemuda tersebut yakin bisa menghilangkan masalahnya dengan Yuandra. Linggar menghela pelan seraya mengatur nafas perlahan lalu menjalankan motornya kebetulan banget pemuda itu memang berniat keluar dari gadisnya, sang musuh tersenyum penuh.

Yuandra menyambutnya dengan seringai tipis bahkan berniat memancing kembali emosi lawannya. "Gue bisa kapan aja, ngambil yang jadi hak lo. Ayo, luapin semua kemarahan itu. Keluarin seseorang yang jadi guard lo, tampilin sisi bringas elo." Yuandra mengambil topi yang ada dibalik punggungnya lalu memakaikan topi tersebut pada kepala Linggar, sebenarnya cowok di hadapannya gak mengerti sama sekali akan topik obrolan mereka. Tapi Yuandra benar-benar gak kasih celah bagi Linggar untuk memertahankan tubuhnya, "elo gak asik," seru Yuandra yang merasa bosan. Tinjuan itu segera ditepis oleh Theo. Yeah, diamnya pemuda itu adalah sosok Theo namun sang pemilik nama sama sekali gak bersuara sebagai dirinya namun bersuara sebagai Linggar.