Lia lagi ngafe sama Adena dan juga Fany pandangannya menyapu bersih kesekeliling dan gadis penggosip itu menangkap satu orang yang sangat populer di kampusnya, Lia memotret orang itu lalu mempostingnya di media sosial pribadinya. Captionnya pun sangat mengejutkan semua orang apalagi mantan cewek tersebut, gak tau kenapa akhir-akhir cewek yang jadi obyek Lia saat ini lagi ramai diperbincang ke semua sosial media kampus, bahkan lambe turah prodi lain juga suka membicarakannya. Adena bahkan bingung sama aktivitas temannya yang satu ini, "ngapain sih lau? Liat apaan?" tegur Adena. Fany mengangguk menyetujui apa yang dikatakan sama Adena, beberapa saat kemudian ketiga gadis ini bergegas kembali ke kampus karena masih ada matkul umum.
"Eh tau gak sih?" ujar Lia memulai obrolan gibahnya kedua temannya itu mengerling malas tapi tetap mendengarkan ucapannya Lia, karena barang kali ini informasi penting yang gak harus mereka lewatkan.
"Apa?" sahut Fany yang mulai penasaran sama cerita dari teman beda prodinya itu. Lia membisikkan informasi itu lalu menunjuk ke arah yang gadis itu lihat namun sayangnya cewek yang dimaksud tersebut telah berlalu pergi, Lia gak akan melewatkan kesempatan kalau soal gibah. Perempuan itu menunjukkannya pada Fany juga Adena alangkah terkejutnya dua orang itu.
"Sekar hamdul gue serius ngomong kaya gini ada buktinya!" Lia berseru heboh tapi tetap saja berita yang gadis tersebut sampaikan cuma orang bersangkutan doang yang tau. Adena gak yakin mau bilang ini ke Prita atau enggak tapi kayanya kekasih dari Junior itu belum tau di mana keberadaan sahabat baiknya.
"Perutnya keliatan bucit gak si?" sambungnya yang memerhatikan perutnya.
"Ey! Gue gak sangka ya, dia cewek yang kaya gitu." sahut Adena yang menyerukan berita teman-temannya, berita postingannya saja sudah banyak yang liat termasuk Prita teman baik cewek itu. Lia terbahak mencerita bagaimana cara dirinya mengambil photo tersebut, saat sedang berjalan ke arah dalam gedung B sebuah tangan besar menahannya membuat si perempuan meringis kesakitan. Itu Yuandra dan bersama anak buahnya, tatapannya tajam juga menusuk membuat Fany takut jika membalas tatapan mata itu. Sebenarnya Lia takut tapi diberani-beranikan, "Yuan. Gak usah kasar gitu bicara baik-baik bisa?" Adena memberikan kesempatan untuk bicara dengan jalan damai.
Yuandra bukan gak tau, pemuda itu tau apa yang dilakukan Lia. "Delete," tenang lelaki itu tapi masih memandang Lia tajam, gadis itu gak mau melakukannya. "Delete sekarang. Gue rasa lo gak tuli. Gue kasih waktu buat hapus semua postingan elo dan bikin pernyataan klarifikasi yang menyatakan kalo elo salah liat orang." Lia bergerak cepat sembari menunggu hitungan dari Yuandra karena rasa takutnya, lelaki yang ada di depannya gak bisa diajak kerjasama banget. Lia hampir saja memaki orang tersebut tetapi temannya selalu mengingatkan akan bersabar.
Adena menghela panjang. Cowok itu memang sudah menempel sama sifatnya yang gila itu kenapa gak ada yang betah lama-lama sama Yuandra, tapi Adena gak tau bagaimana bisa Jiraina mau bertahan sampai acara selesai.
Jiraina hampir dibuat mati berdiri karena mendengar suara langkah kaki di belakangnya yang rupanya itu adalah Junior, perempuan itu tersenyum menyapa lalu berjalan beriringan. "Kak lo ada gebetan?" asal Junior yang iseng bertanya, gadis di sampingnya itu tampak berpikir sebentar. Pemuda tersebut berniat menyimpan nomor crush kakak laki-lakinya bukan karena merebutnya, perlu diingat lagi kalau Junior sudah punya kekasih.
"Gak ada, kenapa?"
"Gue mau minta nomor lo. Boleh gak?" Jiraina mengangguk paham lalu terbahak, entah apa yang ia tertawakan. Jiraina agak merasa lucu padahal bisa minta Linggar kenapa harus usaha? Aneh sekali anak muda satu ini. "Gimana?" lanjut pemuda bertukas demikian.
"Boleh," ujar perempuan yang sedang menyebutkan nomornya. "Nama lo siapa?" tanya Jiraina tapi cuma dibalas dengan bahu acuh itu membuat perempuan tersebut merasa shock melihatnya, Jiraina agak kesal sama sikap anak itu tapi bisa dimaklumi sama dirinya karena Junior adalah adik tingkat. Perempuan yang masih memandang kepergian lelaki di hadapannya itu cuma bisa menggeleng heran lalu berjalan ke arah kantin fakultas, di sana Jiraina melihat ada beberapa anak yang ia kenali terutama Yuandra dan Adena. Hey! Kantin Management sama gedung B sejalur kalau kalian perlu ingat, meski kelihatannya itu seperti dari arah luar: walau agak berbeda tikungan tapi tetap terlihat dari dalam gedungnya.
Saat mau menghampiri teman-temannya datang, "Raina!" Jiraina menoleh dan langsung menghampiri yang lain. "Udah ditungguin juga, ngapain malah kaya batu di sana!" omel Jefri. Diwangga terbahak dan memukul bahu gadis itu.
"Ngebug pasti, mikir mau ngapain dia." Aruna juga ikut tertawa tapi itu malah membuat si gadis mengerling sebal. Tugas kelompok mereka tinggal sedikit lagi selesai lalu menunggu jadwal Prof. Bintang buat presentasi di depan kelas, ya walaupun begitu gak menyusahkan sekali mendapat kelompok kaya mereka. "Kerkom tinggal laporan akhir habis gitu selesai," sambung Diwangga. Jiraina mengerutkan keningnya heran pada ketiga laki-laki itu.
Jiraina memandang penuh pada satu oknum saja tapi pandangannya buyar saat ketika Bianca memanggil namanya dengan suara berteriak, "hoy! Gue gak budek!" Bianca hanya beroh saja sembari mengulangi kegiatannya yang meneriaki nama temannya itu gak lama suara bel berbunyi, perempuan memalingkan wajahnya dan segera membuka pintunya agar melihat siapa yang datang.
"Ya! Ya! Ya! Terserah lo aja." ucap Bianca yang agak jengkel sama kelakuan teman satu kelasnya itu, namun seperti biasanya cewek kaya Bianca semurah dengan satu paket maskershit some by mi. Ya agak terpaksa sih kasih sogok seelite some by mi, tapi gak heran si Bianca betah dekat-dekat sama Jiraina yang wanginya kaya bule eropa ... dua gadis itu menyunggingkan senyuman lalu melirik satu sama lain kebetulan sekali Jiraina memegang ponsel Linggar yang lagi geletakkan di atas meja dapur. Agak gak sopan sebenarnya tapi dua gadis itu terlalu penasaran sama isi ponsel para cowok-cowok: Bianca kaget pas buka layar lockscreennya photo perempuan disebelahnya.
Jiraina agak bingung kenapa Bianca bisa tau sandi ponsel Linggar, "kok lo tau?" Bianca gak menjawab pertanyaan itu. Dirinya cuma membuka galeri, whatsapp, telegram sama kontak phone saja sisanya biar Jiraina yang buka.
"Ya taulah. Nih, selanjutnya elo," serah gadis berambut panjang itu lalu terkekeh renyah dan melengos pergi ke arah lain tapi Bianca masih memainkan ponsel kekasihnya. Jika saja tadi Bian gak pergi duluan karena ada pekerjaan mendadak pasti masih ada di sini, lagipula gak lama juga perginya hanya sementara saja. Bianca memincingkan matanya melirik ke kanan dan ke kiri, ouh ya, ponsel mereka tukaran dikarenakan ponsel kedua satu tipe yang sama. Jiraina membuka satu persatu ikon yang ada di dalam layar benda tipis tersebut, saat membuka telegram sama whatsapp cuma ada nomornya saja sehabis chat grup kampus.