Junior berjalan ke arah depan rumah dan segera menjemput pacarnya, ah, memang kakak dan adik tidak ada duanya sama-sama tsundare. Junior mengumpat saat mendengar suara ban meledak pemuda itu menendang ban mobilnya dan meninggalkannya lalu memanggil taksi di perempatan jalan, pacarnya pasti sudah menunggu dengan wajah yang cemberut dan tertekuk masam tak lama pemuda itu menoleh saat ada yang mengklakson dirinya, Junior menoleh kebelakang lalu mengerutkan keningnya heran memperjelas pandangannya agar tidak salah orang. Helaan panjang keluar begitu saja saat tau orang tersebut adalah Bagas, tak lama pemuda itu memamerkan mobil barunya dan mengajak Junior memberi tumpangan akan tetapi dengan segera Junior menolak hal tersebut, karena malas berurusan sama orang kaya Bagas. Apa yang membuat Junior menolak Bagas? Wajah sombongnya, apa yang membuat Junior menolak Bagas? Hobi pamernya. Junior melengos mengambil tasnya lalu melangkah jauh dari tempat mobilnya mogok dan segera memanggil montir agak mendumal saat hendak memberhentikan taksi malah di duluin orang mulu, akhirnya Junior mengalah dan terpaksa naik bus ke kampus. Pemuda itu bahkan tak menyempat saat hendak berjalan ke arah shuttle di daerah yang sepi itu: ia tak mungkin meminta Linggar datang menjemputnya, hey! Dia sudah dewasa tak mungkin kaya anak SD yang selalu di antar jemput. "Kenapa hari ini gue sial banget ya!" gerutu Junior yang kemudian berhenti di depan shuttle kampus.
"Apaan deh, gak jadi jemput malah ke kampus duluan?!" Prita kelihatan kesal sama cowoknya itu yang tampak tak menunjukkan wajah kedamaian, "oy! Lagi di ajak ngomong juga!!" Junior benar-benar membatalkan niatnya untuk menjemput gadis cerewet itu dan lebih memilih pergi duluan ke kampus. Junior sungguh kesal dan bete sama paginya hari ini bahkan teman-temannya saja tak ada yang disapa sama dia, dan benar-benar jadi kalem yang gak banyak ulah begitu. Seto menepuk pundaknya pelan lalu bertanya dengan nada berbisik sama cowok di sampingnya.
"Kenape?" tanya Seto dengan gaya khas betawinya.
"Apa?"
"Elu nape?" Junior gak mengerti sama pertanyaan yang diajukan oleh Seto dan pada akhirnya pemuda tersebut berteriak keras sampai membuat guru pengajar di depan menoleh ke belakang. "Ah, elu, si botak nengokan!" ke dua langsung membungkam saat mendapatkan peringatan dari dosen mereka apalagi Seto memanggilnya dengan tidak hormat seperti itu kan, Junior tambah enggan saja mengajaknya berdiskusi.
"Yang belakang harap tenang," tetap saja Junior tak menghiraukan ocehan dari Seto. Temannya itu kesal sekali sampai jam kelas berakhir ia tak di ajak ngomong sepatah kata pun dan malah termenung memikirkan nasib mobilnya yang ada di tengah jalan, Junior terlalu rungsing memikirkan kendaraannya sampai-sampai yang lain tak ia pikirkan. Prita memandangi wajah cowoknya yang terlihat frustasi dan tidak tenang, sebagai pacar gadis itu hanya bisa membantunya dengan memanggil supir selebihnya tak bisa membantu lagi. "Kita akhir kelas hari ini jangan lupa tugas kalian kumpulkan pekan berikutnya. Sekian dari saya." Tutup sang pengajar yang berjalan keluar dari kelas, tak lama teman-teman kakaknya datang mengerubunginya.
"Jun, katanya lo masuk polsek? Bener?" tanya Bian yang penasaran akan cerita sebenarnya, tidak penting si tau darimana tetapi berita itu telah kesebar kesepenjuru gedung sipil bahkan anak mesin pada tau tentang ini. "Ya lo taulah siapa yang suka sebar berita kaya gitu, kalo bukan si Lia." Junior gak asing dengan itu tak sangka juga kalau perempuan ular itu berkuliah di tempat yang sama dengannya.
"Si Lia gak penting," sanggah Diwangga yang langsung menanyakan Linggar. "Abang lo ngelas gak hari ini? Kalo iya mau gue samper nih, kalo kagak gue mau ke gedung fotografi."
"Ngapain? Bukannya cewek lo itu satu kelas sama Sekar? Kok ke fotografi." heran Prita yang masih memandang wajah Diwangga yang agak muram saat gadis ini membahas mantan pacarnya itu, padahal pemuda itu berniat melupakan segalanya. Prita menatap bingung teman-teman pacarnya yang memandangnya tanpa kata dan itu membuat sang gadis mengerutkan keningnya heran, akan tetapi Prita tak mau ambil pusing masalah Diwangga. "Kenapa? Ada yang salah sama omongan gue?" polos gadis tersebut.
"Lo gak tau?" Prita menggeleng kepalanya pelan lalu menoleh ke arah Junior yang juga sama menoleh padanya. "Diwangga udah putus, lo tau, Yuan? Dia yang buat jarak antara Angga sama ceweknya." Prita agak menelan ludah kasar: gadis itu baru mendengar kabar penikaman Brisia beberapa hari lalu dan dia dengar langsung dari teman dekatnya ya itu Sekar, lalu kemudian Sekar tak ada kabar sama seperti yang di alami Brisia. Prita yakin itu ulah dari Yuandra tapi gadis itu tak bisa berkata apa-apa dan tak ada yang melindunginya walau ia mengatakannya pada orang lain, ingatannya masih jernih di mana si Sekar bilang kalau ia hamil anak Yuandra dan pemuda tersebut tak mengakuinya. Prita termenung sendiri dan dalam diamnya, ia menangis karena nasib buruk temannya.
Pada saat itu Sekar sedang duduk menunggu Aruna datang menjemputnya, Prita melihat wajah bersinar temannya yang sangat bercahaya dari biasanya. "Lo nunggu cowok lo ya?" tegurnya yang sontak saja mengubah raut wajah Sekar.
"I-iya," Prita tentu tak paham mengapa Sekar sangat ketakutan sekali dengan kedatangannya. Dan itu tak membuatnya diam begitu saja setelah mendengar penjelasan dari Sekar ia sangat kaget dan enggan berurusan sama pemuda psycho seperti Yuan. "Sebaiknya lo jauh-jauh, dan jangan bilang siapa-siapa soal informasi yang baru aja lo denger ini. Anggap kita gak kenal." Prita benar-benar hancur mendengar berita hilangnya Sekar dari Aruna yang masih mencari cewek itu, dari apa yang Prita tangkap sama penjelasan Sekar gak ada yang akan menemukannya kalau mereka sudah mati. Karena Yuandra pintar menyembunyikan bangkai di dalam rumahnya, Prita mendapat teguran dari Bian yang asik mengobrol sama Junior.
"Lo kenapa, Ta?" Bian sebenarnya agak aneh dengan sikap ceweknya Junior namun yang jadi pacarnya saja bersikap santai jadi untuk apa dirinya terlalu kepo sama kehidupan orang lain. "Yang punya hidup gak kasih lo kebahagian? Gue bisa kok bahagia— becanda elah!"
"Candaan lo gak lucu, lur."
"Yaudah si selow dong, nyet." Prita pusing kalau Junior sudah adu bacot sama temannya seperti ini apalagi orang iyu Diwangga yang mulutnya gak ada remnya, gadis itu menenangkan sang pacar dan menariknya pergi dari sana, sebenarnya Prita ingin bilang kalau mobilnya sudah dia panggilkan supir tetapi rasanya Junior masih agak kesal dengan Seto dan anak kelas lainnya jadi nanti saja ia mengatakannya ... perempuan itu diam cukup lama dikeheningan.