"Putus sama Sekar jadi gitu," gadis yang berdiri di samping Bianca itu agak merasa iba sedikit karena dirinya tau pasti itu tak mudah bagi Aruna melupakan Sekar yang sangat berarti baginya. Apalagi menjalin hubungan yang lama itu rumit sekali, cerita cintanya tragis banget si Aruna tetapi tak ada artinya dibandingkan dia yang masih nol dalam percintaan. Yuandra memotret wajah Aruna sesuai keinginan Sekar dan mengirimnya begitu saja agak malas sesungguhnya melakukan hal ini tetapi Sekar akan berulah jika tak dituruti seperti ini, Yuandra merasa kesal karena perempuan yang lagi menjaga rumahnya itu benar-benar menyusahkan dirinya. Saat perempuan itu mengatakan bahwa akan pergi keluar tanpa sang pemilik rumah Yuandra menjadi lebih agresif dan sering mengantarnya bukan karena mengakui anak itu adalah miliknya tetapi bakal terus menjaganya.
Jiraina agak kaget dengan apa yang ia dengar, "kok bisa!" Serunya tak biasa.
"Kagetnya telat maimun!" Jiraina gak peduli soal itu, ia langsung menelpon orang sekre selepas beli cemilan di pinggir jalan depan gedung kampus. Bianca hanya membuntutinya dari belakang tapi gak banyak berkomentar seperti sebelumnya Jiraina juga agak diam setelah dari depan, perempuan langsung buru-buru jalan agar gak terlambat menemui Aruna yang sedang membantu ibu kantin. "Lo mau ke mana si?!" protes Bianca yang pusing melihat tingkah temannya itu. Kedua gadis pun bergegas ke arah yang mereka tuju tetapi saat melihat ke dalam kantin Aruna tak terlihat dari sisi manapun, meski tau cowok itu sering bantu-bantu kantin namun jarang sekali cowok berparas manis tersebut tidak hadir untuk membantu ibu kantin. Padahal teman-temannya ada di sana dan seperti sedang menunggu kehadirannya juga, Jiraina sangat penasaran sama putusnya hubungan Sekar dan juga Aruna menurutnya mereka pantas bersanding di plaminan.
"Suka-suka gue dong!" Jiraina terus berjalan dengan berapi-api sampai pada detik berikutnya perempuan yang kini ada di area kantin itu lantas menoleh ke arah ibu Ratna, sang penjaga kantin. "Bu Rat!" Panggil perempuan yang berlari ke arah bu Ratna. Memang biasanya mahasiswa atau mahasiswi sana memanggilnya dengan sebutan seperti itu beliau sendiri yang memintanya.
"Eh, Raina. Ada apa?" tegur bu Ratna yang memerhatikan kedatangannya. Jiraina tersenyum lalu bertanya tentang Aruna seharian ini ngapain saja dan apa yang dilakukan pemuda manis itu, bu Ratna menjelaskan semuanya tentang anak laki-laki itu dan menceritakan perihal patah hatinya juga maupun mengenai uang bulanan cowok itu. Jiraina terkejut kemudian sosok yang mereka bicarakan datang tanpa sengaja mendengar perbincangan ketiganya, tatapan iba dari Bianca menyertai keprihatinan Jiraina juga. "Dek, Aru gak mau dikasihani. Biarin aja berjalan semestinya, ibu permisi dulu ya, nona-nona." Selepas bu Ratna pergi dan Jiraina pun juga meninggalkan kantin.
Jiraina melangkah ke arah parkiran kali ini dirinya benar-benar akan pulang ke rumahnya Jiraina akan berjalan sedikit buat memanggil taksi saat dalam perjalanannya gak ada taksi kosong untuk ia naiki, setelah beberapa lama ia menunggu akhirnya Jiraina memutuskan buat naik busway saja. Domain menelponnya sebentar lalu gadis itu menutup panggilannya segera, "gak ada gunanya minta jemput abang kalo udah di dalam bus kaya sekarang." keluh perempuan tersebut yang menghela panjang. Domain juga sama sekali gak berniat ingin menjemput adiknya itu hanya sekadar berbasa-basi saja karena lewat kampus adiknya.
"Lho memangnya— hallo! Hallo!" Domain mendecak sebal dan langsung bergegas pergi dari sana sebelum itu ia pergi ke arah warung kopi terlebih dahulu, seharian jalan capek. "Kopi hitam satu ya pak," pesan pria bertubuh bongsor itu lalu maniknya tergerak ke arah samping kanan dirinya. Domain melihat teman laki-laki adiknya yang sering main ke rumah, pemuda di samping itu tersenyum tipis dan segera meninggalkan warung kopi ... agak sedikit heran masalahnya pemuda yang melewatinya itu gak terkesan menyeramkan. Jiraina membuka pintu dengan gak santainya, perempuan yang jalan ke arah sofa sembari membuka sepatunya itu agak mendumal perihal prilaku minus kakaknya sendiri.
"Udah di dalam bus baru nawarin bareng pas di kampus, sama sekali gak inget. Bagus banget!" omel perempuan dewasa itu yang melempar tasnya ke atas meja sungguh prilaku gak terpuji.
Semua gak ada yang bisa Jiraina lakukan dengan benar termaksud memotong buah saja tangannya kegores pisau hingga mendapat luka, "what the hell! Aw, ssh! Sakit amat si." ringis perempuan itu menahan sakit karena darahnya gak mau berhenti ngalir dari dalam. Domain memandang keadaan rumah sangat sepi tapi ketika mendengar suara rintihan rasa sakit dengan cepat pemuda tersebut berlari ke arah dapur, kakak laki-lakinya itu langsung menaruh pisaunya dan menarik tangan Jiraina dengan lembut.
"Abang! Kapan dateng?!" pekiknya tak sadar sudah meninggikan suaranya.
"Kenapa kalo aku pulang? Ada yang salah?"
"Gak ada."
"Terus?"
"Udah deh, gak usah cari masalah sama aku. Abang bawa makanan enggak? Laper nih, kalo bawa siapin dong." Jiraina berjalan melewati kakaknya begitu saja dan memeriksa barang bawaan Domain, pria yang masih ada di belakang dapur itu hanya memantau segala kelakuan adiknya dari mini bar dapur. "Gak bawa makanan ya? Aku laper!" wanita itu sungguh-sungguh merengek pada kakak laki-laki kesayangannya, pria itu berinisiatif sedikit agar sang adik tidak memakan junk food saat-saat ini.
"Kamu tau? Kemarin aku liat banyak bungkus makanan cepat saji, itu milikmu, kan?" tanya kakaknya pelan. Domain mengeluarkan peralatan masak lalu membuka kulkas, ah, yeah, ia hampir lupa jika sayuran dikulkas kosong juga.
"Bukan punyaku, tapi itu bekas tetangga sebelah rumah." Domain tau siapa yang dimaksud oleh adiknya ini, pria tersebut langsung bungkam tanpa banyak bicara lagi. Jujur saja menyesal gak ada gunanya lagipula sudah masa lalu kenapa harus diingat lagi kan, sulung dari dua bersaudara itu diam sejenak sampai Jiraina kembali menegurnya. "Kemarin dia nyari abang, aku agak gak suka cara dia nyari abang. Jadi gak aku jawab deh."
"Kapan?"
"Kemarin," Domain seakan gak percaya sama Jiraina yang memang sengaja memancingnya untuk bicara perihal anak tetangganya itu. Tapi kakak pertamanya tetap gak mau bersuara hingga merasa usahanya sia-sia saja, "yaudah kalo gak mau bilang!" ketus perempuan dan langsung berjalan ke arah kamar kakaknya. Domain terlihat sangat begitu menganggumkan, pakaian berantakan dan jago masak. Suami idaman sekali bukan? Memerhatikan rumah dan tetap mengontrol pekerjaannya, bahkan semua seakan seimbang dengan gaya hidup Domain. Pemuda itu bisa saja membuat pikiran anak gadis orang menjadi sangat liar tapi anehnya kenapa Jiraina malah ingin membuang kakak sepertinya.
"Dek, makan." panggil Domain dari bawah.
"Gaise gue lagi adain ga buat abang gue yang mau mention ya, soalnya gue mau ganti abang. Jangan lupa hastagnya." ketik Jiraina di status whatsappnya gak lama sang kakak tersedak pada saat menbuka story tersebut. Tapi Jiraina gak serius kok, dirinya cuma becandaan saja karena sebal dengan semua ocehan kakaknya sendiri ya walau bagaimanapun gadis yang lagi meletakkan ponselnya itu di atas nakas tetap menyayangi kakak laki-laki semata wayangnya itu. Karena hanya Domain yang ia punya di dunia ini gak ada yang lain.