Chereads / TABUR TUAI / Chapter 10 - Pertemuan Pertama Dengan Dirga

Chapter 10 - Pertemuan Pertama Dengan Dirga

Hari pertama pelatihan terlewati, semua berjalan lancar. Karena Eric tidak bisa menemani Eliza, Eliza langsung kembali ke hotel. Badannya terasa lelah, setelah mandi dia langsung tidur. Sekitar jam 8 malam, Eliza kembali terbangun karena lapar. Tapi tubuhnya terlalu malas untuk ke luar kamar.

Eliza meraih telepon selulernya, ada beberapa pesan masuk dari Eric dan beberapa panggilan tak terjawab dari Karin. Eliza segera membalas pesan Eric dan juga menghubungi Karin.

"Rin, tadi kamu hubungi aku?"

"Iya, pelatihannya sampai malam?"

"Enggak, jam 5 juga sudah selesai. Tadi aku ketiduran."

"Ya ampun, sore kok tidur sih Neng. Terus sekarang kamu lagi apa?"

"Mau cari makan…"

"Ke sini saja…"

"Ke sini mana?"

"Aku lagi di Jogja, aku sama Dirga. Sini saja yuk, sekalian nongkrong."

"Hemmm, boleh deh. Kirimin lokasinya ya, aku siap-siap dulu."

"Oke."

Eliza langsung bersiap-siap menemui Karin dan Dirga. Sekitar setengah jam, Eliza sudah sampai di tempat.

"El… di sini…" teriak Karin dari sudut kafe sambil melambaikan tangan.

Eliza membalas lambaian tangan Karin dan menghampirinya. Karin tidak sendiri, dia bersama Dirga.

"El, kenalin sepupuku yang aku ceritain kemarin…" ujar Karin sambil menunjuk Dirga.

"Eliza," ujar Eliza sambil mengulurkan tangannya pada Dirga.

Dirga menyambut uluran tangannya tapi tidak mengucapkan apa-apa, tatapannya lekat pada Eliza. Dirga terpesona, cukup lama dia menggenggam tangan Eliza dengan tatapan tajam. Eliza merasa risih, sampai dia memberikan kode pada Karin, agar segera menyadarkan sepupunya itu. Karin langsung paham dan menendang kaki Dirga.

"Awwww," rintih Dirga.

"Ituloh tangannya tolong dilepas…" sindir Karin.

"Eh, sori… sori… namaku Dirga," ujar Dirga tersipu malu, wajahnya terlihar merona.

Eliza tersenyum dan duduk di samping Karin.

"Mau pesan makan El?" tanya Karin.

"Iya, aku lapar."

Eliza segera memesan makanan dan mengobrol banyak dengan mereka.

"Oh ya Mas Dirga, aku belum sempat bilang makasih buat bantuannya kemarin. Makasih ya…" ucap Eliza pada Dirga.

"Bantuan? Bantuan apa ya?" tanya Dirga kebingungan.

"Itu loh untuk pelatihan ALTS, kalau bukan bantuan Mas Dirga dan Karin mungkin aku belum bisa ikut pelatihan hari ini."

"Ooh, jadi kamu teman Karin yang mau ikut pelatihan itu?"

"Iya Mas."

Dirga tersenyum sambil mengangguk-angguk. Obrolan mereka berlanjut, beberapa kali Dirga mencuri pandang pada Eliza. Dirga merasa menemukan seorang perempuan yang sudal lama dicarinya. Bisa dikatakan Dirga jatuh cinta pada pandangan pertama.

Sekitar jam 10, Eliza pamit pulang. Karena besok juga dia harus kembali pelatihan, dia harus beristirahat malam ini.

"Mau diantar El?" tanya Dirga.

"Gak usah Mas, aku bawa kendaraan kok."

"Ehmm, ini sudah malam loh."

"Tapi masih ramai kok Mas, lagian hotelnya dipinggir jalan juga."

"Tapi Jogja lagi rawan begal loh…" Dirga masih terus berusaha.

"Gak apa-apa Mas. Hotelnya juga dekat kok, habis lampu merah nanti belok kiri sudah kelihatan kok."

"Kamu yakin?" tanya Dirga lagi.

Eliza mengangguk, Karin mengernyitkan keningnya. Dia heran melihat Dirga yang sangat ramah dan perhatian pada Eliza. Belum pernah sejarahnya Dirga seperti ini pada temannya.

Eliza pulang ke hotel, Karin dan Dirga pulang ke Magelang. Selama perjalanan menuju Magelang, Dirga mengorek banyak informasi mengenai Eliza.

"Rin, kamu dekat sama Eliza?"

"Iya, bisa dibilang begitu. Karena kita kan tempat kerjanya sama, sudah hampir satu tahun juga."

"Dia orangnya pintar ya?"

"Gak cuma sekedar pintar, tapi cerdas."

"Ohh, dia mau ambil spesialis apa sih?"

"Katanya sih spesialis paru."

"Kenapa paru?"

"Karena cowoknya sakit paru."

"Sakit paru gimana?"

"Lebih jelasnya sih gak tahu, tapi Eliza pernah cerita kalau paru-paru pacarnya ada masalah gitu. Jadi, dia mau jadi pacar yang berbakti," ujar Karin dengan nada bercanda.

Dirga tidak menanggapi, dia fokus menatap jalan raya. Walaupun hatinya sedikit kecewa mengetahui kalau Eliza sudah memiliki kekasih. "Rin, mereka ada rencana mau nikah dalam waktu dekat ini?" tanya Dirga tiba-tiba.

"Hah? Kok tanya gitu? Jangan bilang kamu suka Eliza?"

"Ehmm, kalau iya memangnya kenapa?"

"Dih, dia sudah punya cowok. Jangan jadi perebut kekasih orang deh…"

"Lah kan baru cowok, bukan suami."

"Ya sama saja."

"Rin… Rin… jodoh itu kita gak tahu loh jalannya gimana. Coba kamu pikir, cara aku kenal dengan Eliza. Gak bisa ditebak kan? Siapa yang tahu kalau ini jalan Tuhan untuk mempertemukan kami."

"Aneh kamu mah, gak ikutan ah…"

"Yaelah Rin, kamu gak mau kakak sepupumu ini melepas masa lajang?"

"Ya mau, tapi gak cewek orang juga dong."

"Selagi janur kuning belum melengkung, masih sah dong untuk dikejar."

"Terserah deh, aku gak mau ikutan," ujar Karin kesal.

***

Hari kedua selesai, dan selesai jugalah pelatihan ALTS. Semua berjalan dengan baik dan memuaskan. Eliza dan Eric sudah janjian akan menghabiskan malam ini dengan berjalan-jalan di Jogja. Eric sudah menunggu Eliza di hotel.

"Hei Ric, sudah lama menunggu?" Eliza menghampiri Eric di loby hotel.

"Enggak, masih baru kok."

"Ehmm, aku mandi dulu ya."

"Aku ikut dong, bosan tunggu di sini…"

"Hah?" Eliza terkejut dengan permintaan Eric.

"Heiii, jangan pikir negatif. Maksudnya, kalau kamu mau mandi ya mandi saja, tapi aku tunggu di kamar. Kamu juga kalau dandan kan lama, nanti sambil kamu dandan kita bisa ngobrol. Iya kan?"

"Ehmmm tapi jangan aneh-aneh ya…"

"Ya ampun El, kamu seperti gak kenal aku saja," ucap Eric sambil menjentikkan jarinya di kening Eliza.

Eliza hanya tersenyum. Eric memang laki-laki baik, dia tahu batasan dalam sebuah hubungan yang masih berstatus pacaran. Sekian tahun menjalin hubungan dengan Eliza, dia tidak pernah menyentuh Eliza sama sekali. Seperti saat ini, dia dengan tenang duduk menunggu Eliza selesai mandi.

"Lama ya?" tanya Eliza saat keluar dari kamar mandi, dengan gulungan handuk di kepalanya.

"Sudah biasa El," jawab Eric datar.

"Ihhh, gitu ih… kan biar cantik juga jalan sama kamu."

"Iya deh iya…. Oh ya El, kemarin kamu habis pelatihan langsung pulang ke hotel?"

"Iya, tapi malamnya ke luar lagi."

"Kemana?"

"Cari makan."

"Sendiri?"

"Enggak, sama Karin."

"Karin bukannya gak ikut pelatihan?"

"Iya, tapi dia lagi main ke Jogja," jawab Eliza sambil merapikan rambutnya.

"Berdua saja sama Karin?"

"Enggak, sama sepupunya yang perwi…." Eliza tidak melanjutkan omongannya. Dia melirik Eric melalui cermin yang ada di depannya, "Aduh bodoh amat sih aku, buat apa aku cerita masalah ini. Cari masalah saja deh," batin Eliza.

"Jadi kemarin malam kamu ketemu dengan perwira polisi itu?" tanya Eric sinis.

Eliza menarik nafasnya, berbalik menghadap Eric. Dia sudah tahu masalah ini akan menjadi panjang. "Iya, kami ketemu kemarin malam. Tapi hanya sekedar makan saja, lagian kan kami bertiga. Ada Karin juga, gak masalah dong?" Eliza mencoba menjelaskan dengan tenang.

"Buat kamu memang itu gak masalah El, tapi buat aku? Tolong dong El, kita sudah berapa tahun pacaran sih? Apa kamu belum kenal aku seperti apa?"

Dari wajah Eric, Eliza tahu kalau masalah ini serius untuk Eric.