Chereads / Secret Love for Secret Admirer / Chapter 4 - Have No Changced

Chapter 4 - Have No Changced

"Gra, setelah sekian lama kita bersahabat, aku harap kamu tahu perasaanku kalau sebenarnya aku diam-diam suka padamu."

Begitulah kira-kira kalimat yang ingin Nadia ucapkan pada Agra. Ia sudah menyiapkan ini sekitar dua hari yang lalu. Perasaan yang ia pendam selama dua tahun ini, sudah cukup untuk hari ini saja. Ia rasa, sebaiknya ia mengungkapkan perasaannya pada Agra nanti setelah ia janji bertemu dengannya.

Nadia melihat seorang laki-laki berjalan mendekat ke arahnya. Betapa antusiasnya ia saat tahu bahwa itu adalah Agra. Nadia yang tadinya duduk di bangku panjang, di taman dekat kampus itu segera berdiri menyambut kedatangan Agra. Urusan kelompok ini, pasti akan selesai dengan cepat, dan Nadia segera ingin mengatakan kalau ia menyukai sahabatnya itu.

"Nad, maaf ya. Tadi aku ada urusan sedikit," kata Agra pada Nadia.

"Tidak apa-apa," jawab Nadia pelan.

"Pasti kamu menunggu lama?"

"Tidak kok, tenang saja," jawab Nadia sembari tersenyum. "Memangnya kamu kemana?" tanya Nadia lagi.

"Tadi, aku baru saja mengantar pacarku," ucap Agra. Seolah ada yang menyalakan petasan di dalam hati Nadia. Ia terkejut, tapi tak bisa diungkapkan di depan Agra. Ia hanya tiba-tiba membeku mendengar ungkapan Agra.

"Kamu, punya pacar?" tanya Nadia ragu. Agra kemudian melihat ke arah Nadia sebentar, lalu ia melebarkan sebuah senyuman.

"Iya," Agra dengan tersenyum sembari menganggukkan kepalanya. "Maaf, karena aku belum pernah menceritakannya padamu," kata Agra.

Apa pertama kali yang dirasa Nadia saat itu? Kaget, marah, sedih, kecewa. Tentu saja semuanya bercampur menjadi satu. Baru saja ia ingin mengungkapkan perasaannya pada Agra. Tapi, sebelum itu ia sudah mendapat kabar lebih dulu kalau Agra mempunyai kekasih.

"Sejak kapan?" tanya Nadia dengan mengulas senyum palsunya.

"Ya, baru dua Minggu ini," kata Agra. "Oh iya, katamu tadi kamu ingin menyampaikan sesuatu padaku. Apa itu?" tanya Agra. Nadia bergeming mendengar pertanyaan Agra. Ia ingin mengungkapkan perasaannya.

"Ah, tidak penting. Hanya sebuah lelucon biasa. Tapi, hei! Bagaimanapun juga, selamat," kata Nadia. Berpura-pura untuk baik-baik saja itu sebenarnya menyiksa.

***

"Gra, kamu akhir-akhir ini dekat dengan Nadia. Apa kalian sedang pacaran?"

Lamat-lamat tidak sengaja, Nadia mendengar suara seorang laki-laki yang membicarakannya bersama sahabatnya. Nadia mendekatkan dirinya ke asal suara tersebut. Dari balik dinding di dalam kelas kosong itu, Nadia mengintip mereka berdua.

'Dio?' gumam Nadia dalam hati. Dio adalah salah satu laki-laki playboy di fakultas mereka. Nadia tahu isu tentang itu.

"Tidak, kenapa memangnya?" tanya Agra.

"Kita kan berteman sudah lama. Jadi, bisakah kamu mendekatkanku dengannya? Bukankah menurutmu Nadia cantik?" ujar Dio pada Agra.

"Kamu, serius tidak?" tanya Agra pada Dio.

"Ya, aku ingin mencobanya dulu." Dio seolah berbicara tanpa dosa.

"Di, Nadia itu sahabatku. Dia gadis yang baik. Bahkan, terlalu baik untukmu. Berbeda dengan gadis-gadis lain yang kamu dekati selama ini. Lebih baik, kamu jauhi saja Nadia. Kalau kamu tetap ingin mendekatinya hanya untuk mainan, mungkin aku akan marah padamu," tutur Agra masih dengan nada tenang.

Pikiran Nadia melayang kembali ke masa enam bulan lalu. Saat itu, Nadia pikir dia akan baik-baik saja mendengar Agra yang baru saja menceritakan kalau Agra punya pacar. Ia bahkan sama sekali tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.

Tapi, kenyataannya ia terjebak dalam satu proyek bersama. Bagaimana bisa menghindari perasaannya? Agra selalu melindunginya, meskipun selalu tersirat. Nadia bisa merasakannya. Nadia tidak tahu jika perasaannya pada Agra, yang seharusnya dihindarinya, justru semakin dalam.

"Nad?!" Agra datang dari arah depan. Nadia yang tadinya masih kembali ke masa lalu, saat melihat Agra wajahnya berganti sumringah. Dari tadi, ia duduk termenung di tangga tempat depan kelas.

"Kamu, kenapa sendirian di sini? Aku mencarimu kemana-mana," ujar Agra.

"Kamu mencariku? Ada apa?" tanya Nadia senang sekali. Agra sedang mencarinya, bagaimana ia tidak girang?

"Aku, mau pesan kue. Kamu tahu alamat pemesanan kue yang bagus kan? Kapan hari, kamu pernah bilang," tanya Agra.

"Tentu saja. Wah, kamu mau pesan kue?" tanya Nadia.

"Iya. Aku ingin memberikan kejutan pada Karin," ujar Agra.

Blar! Bagai tersambar petir, tapi tidak kelihatan. Nadia tak dapat menutupi raut wajahnya, berubah menjadi kecewa seketika. Ia sesegera diam dan menundukkan pandangannya.

"Jadi, di mana alamatnya?" tanya Agra.

"Nanti, aku akan mengirim lewat pesan padamu," kata Nadia.

"Oh, baiklah," ujar Agra senang. Tidak dengan Nadia. Dia langsung memberi ekspresi murung dengan tidak sengaja. Agra segera menyadarinya.

"Nad, ada apa denganmu? Apa kamu ada masalah?" tanya Agra.

"Sedikit," jawab Nadia.

"Ada apa? Apa kamu mau bercerita padaku?" tanya Agra lagi.

"Sudahlah, kamu tidak akan mengerti," ucap Nadia dengan kembali menundukkan pandangannya.

"Jangan-jangan, ini soal laki-laki?" tanya Agra lagi. Nadia sempat sedikit terkejut mendengar ungkapan Agra yang seratus persen benar itu.

"Bagaimana kamu bisa tahu?" tanya Nadia.

"Nad, Nad. Kamu polos sekali. Sangat mudah ditebak," kata Agra.

'Benarkah? Kenapa kamu tidak sekalian menebak kalau laki-laki yang sedang kupikirkan itu adalah kamu?' balas Nadia tidak melalui mulutnya. Nadia berbicara dalam hati, tentu saja tidak bisa didengar oleh Agra.

"Iya. Ini memang soal laki-laki," jawab Nadia lemas.

"Ada apa? Ceritakanlah padaku," kata Agra. Nadia sedikit ragu untuk mengeluarkan suaranya.

"Aku, menyukai laki-laki itu. Tapi, ternyata dia sudah punya pacar," jelas Nadia nampak tak bersemangat.

"Oh, jadi begitu. Tenang saja Nad, dunia tidak akan kiamat karena kamu tidak mendapatkannya. Berpikirlah, mungkin dia memang kurang baik saja untukmu. Aku yakin, kamu pasti akan mendapatkan pria yang lebih baik dari dia," kata Agra.

'Pria sebaik apa lagi yang aku temui selain kamu?' gumam Nadia dalam hati.

"Nad? Kamu mendengarku kan?" tanya Agra yang melihat Nadia masih nampak murung.

"Tentu saja," kata Nadia. Agra masih mengamati wajah Nadia yang tak merubah ekspresinya.

"Jadi, apa kamu mau bercerita padaku?" tanya Agra.

"Lain kali saja. Aku sekarang sedang ingin sendiri," kata Nadia. Agra benar-benar tidak tega melihat Nadia seperti itu. Ia mana mungkin meninggalkan Nadia yang sedang sedih sendirian di sana?

"Sudahlah Nad, tidak perlu sedih. Semua masalah pasti ada solusinya. Kalau kamu butuh teman, kamu bisa memanggilku. Aku pasti akan meluangkan waktu untukmu," ucap Agra.

'Benarkah kamu tidak tahu kenyataan kalau aku ini suka padamu?' lagi-lagi, Nadia berbicara dalam hati. Agra yang masih melihatnya berpikir bahwa kalimat penghilang sedih untuk Nadia tidak mempan sama sekali. Maka, Agra ingin mencobanya sekali lagi.

"Nad, jodoh tidak akan jauh dari apa yang kita inginkan. Jadi, kamu harus bersabar dan tidak perlu terlalu dipikirkan. Lakukanlah sesuatu yang membuatmu sibuk sejenak. Kamu pasti akan bisa melupakan laki-laki itu," tutur Agra dengan lembut.

'Bagaimana bisa seperti itu? Semua kegiatan yang membuatku sibuk, justru selalu ada kamu. Dan lagi, bagaimana aku bisa melupakanmu kalau kamu selalu perhatian padaku seperti ini? Untuk sementara, hal yang bisa aku lakukan hanyalah mencintaimu secara rahasia.'

Nadia menoleh ke arah Agra dan memberikan sorot mata tersirat seolah ingin Agra mendengarkannya. Nadia tidak tahu lagi di mana tempat ia harus berbicara selain pada Agra soal masalahnya.