Fiona tahu betul betapa pentingnya kondisi Elea dan dia yakin orang tuanya sangat khawatir padanya. Akan tetapi,lebih dari itu semua, tentu saja Elea jauh lebih penting.
Fiona mengangguk pelan. "Oke. Tapi dengan satu syarat, ya? lo harus mau bilang sama gue setiap apa yang lo rasain, biar gue siap siaga."
Elea hanya mengangguk pelan.
"El!" Fiona memanggil dengan suara yang cukup lantang.
"What?! Lo ngagetin aja!" protes Elea.
"Jawab yang bener!"
"Iya."
"Iya tuh iya apa?"
"Iya, kalau gue sakit bakal bilang."
"Tanda-tanda sakit."
"Iya, kalau gue merasa ada tanda-tanda sakit bakal bilang, puas?"
"Are you promise."
"I promise!" Elea tidak kalah lantang. Kali ini dia menatap Fiona dengan gelaak tawa.
Ervin sudah kembali di kursinya.
"Baik, anak-anak kita lanjut lagi ya. Ervin tolong pilih satu nama yang kamu ingin dia membaca karyamu."
Tanpa harus berpikir panjang dia lantas berdiri lalu menunjuk ke arah di mana Elea berada. "Elea, Bu!"