Sementara di restoran Lisa terus saja mengoceh pada Adelia yang tidak mau dibawa ke klinik untuk mengobati lukanya, wanita itu bersikeras jika dia tidak apa-apa dan memilih untuk meminta Lisa mengobatinya dengan meminta tolong pihak restoran untuk meminjamkan kotak obat mereka.
"Aku yakin jika suamimu tahu pasti dia akan marah," ujar Lisa sambil mengobati Adelia dengan telaten.
"Nathan tidak akan marah," jawab Adelia tenang.
"Iya mungkin saja, tapi malah khawatir berlebihan nanti jatuhnya," omel Lisa sambil menempelkan plaster di tangan bagian belakang Adelia.
"Kamu tahu sendiri seperti apa Nathan, jadi ya sudah," sahut Adelia melirik hasil kerja temannya. Dia mengangguk dan memanggil pelayan untuk membawa pesanan mereka.
Sambil menunggu hidangan keduanya siap, Lisa terus saja menatap Adelia penuh tanya lewat tatapan matanya.
"Bukannya tadi ingin bercerita? Kamu tidak lupa 'kan, Del? Jangan hanya karena tanganmu yang terluka otakmu ikut amnesia," ujar Lisa sarkastik pada Adelia yang sebenarnya tengah mengumpulkan keberanian untuk bicara perihal kemarin.
"Sabar, Lis, aku tidak lupa!" Hingga akhirnya Adelia menceritakan tentang apa yang terjadi kemarin membuat Lisa menutup mulutnya tidak percaya. Lagipula dia tahu seperti apa cintanya Nathan terhadap Adelia jadi Lisa berpikir jika hal itu hanyalah campur tangan orang yang ingin rumah tangga Adelia dan Nathan hancur.
"Bisa-bisanya ada orang yang tega berbuat seperti itu. Apa suamimu sudah menyelidiki semuanya?"
"Aku yakin jika dia sudah menyelidikinya tanpa aku tahu, dia tidak pernah bisa melihatku menangis jadi sudah pasti Nathan mengusut tuntas hal tersebut."
Obrolan keduanya harus terhenti saat hidangan pesanan mereka tiba.
Sementara Nathan kembali ke kantor dengan kekesalan yang belum sepenuhnya meluap, sebab dirinya belum tahu siapa orang dibalik kejadian kemarin. Meskipun dirinya mencurigai ibunya sendiri tapi Nathan juga harus memiliki bukti, dengan menahan kekesalannya Nathan menelpon sang ibu dan meminta Riska untuk datang ke rumahnya nanti guna membahas masalah ini supaya tidak melebar kemana-mana.
***
Nayla kini jadi pendiam setelah tahu siapa suami Adelia, gadis itu jadi jarang bicara bahkan pada Raffael sekalipun Nayla bicara itupun hanya seperlunya saja. Melihat perubahan pada putrinya Raffael tentu saja cemas mengingat jika Nayla adalah anak yang begitu ceria tapi kini berubah.
"Nay ...." Raffael menghampiri Nayla yang terlihat melamun di dekat jendela kamarnya, gadis kecil itu menoleh pada Raffael sebelum kembali fokus pada pandangan kosongnya.
Raffael menepuk bahu Nayla tapi putrinya itu tidak terusik sama sekali.
"Nayla kenapa?" tanya Raffael sambil membelai wajah putrinya.
"Nayla ingin punya bunda," sahutnya terdengar begitu lirih lalu tertunduk dengan diiringi tetesan air mata membuat Raffael terkejut, bukannya dulu Nayla tidak mau memiliki ibu sambung tapi kenapa sekarang putri kecilnya itu menginginkan ibu? Raffael mengusap air mata putrinya dan membawa bocah cantik itu dalam pelukannya.
"Kenapa Nayla tiba-tiba ingin punya bunda?" Raffael mengelus rambut putrinya. Tangis Nayla semakin terdengar kencang bahkan sudah sesenggukan.
"Nayla mau seperti teman-teman yang memiliki bunda, mereka selalu diantar oleh bunda mereka, mereka juga selalu menceritakan jika mereka selalu menjadi teman bundanya ketika ke salon atau mall, Nayla juga ingin seperti itu."
"Jadi ayah boleh menikah lagi?" tanya Raffael sambil mengurai pelukannya dan mengusap sisa air mata di wajah putrinya. Nayla mengangguk kecil sebagai persetujuan.
"Tapi Nayla ingin ayah menikah dengan bu Adel," ujarnya masih dengan sisa tangisnya.
"Bu Adel yang waktu itu ketemu di restoran? Bukannya dia sudah punya suami?" Raffael tersenyum menanggapi keinginan Nayla. Baginya apapun keinginan Nayla selama dirinya mampu untuk mewujudkan permintaannya maka Raffael akan berusaha mengabulkannya, lalu kali ini? Apakah harus dirinya merebut Adelia dari suaminya untuk dia jadikan istri demi Nayla? Tidakkah itu egois menghancurkan kebahagiaan orang lain demi kebahagiaan putrinya sendiri? Raffael masih menimbang hal tersebut, tapi entah kenapa saat Nayla meminta Adelia yang menjadi ibu sambungnya Raffael merasa senang dan juga hatinya seolah setuju dengan hal itu.
"Iya, itu bu Adel, tapi ...." Nayla menunduk karena dirinya juga sadar jika Adelia sudah menikah.
"Kenapa harus dia? Bukankah banyak wanita lain yang bisa dijadikan untuk jadi ibu sambung Nayla?"
"Nayla tidak tahu, Nayla hanya ingin Bu Adel yang jadi bunda Nayla. Dia cantik dan juga baik," sahut Nayla.
"Sekarang sudah malam, sebaiknya Nayla tidur ya! Besok sekolah 'kan?" Raffael membelokkan pembicaraan dengan putrinya karena tidak ingin jika pikiran Nayla semakin melebar dan semakin jauh.
Gadis kecil itu berusaha patuh dan masuk dalam gendongan Raffael saat ayahnya itu merentangkan tangannya untuk membawa Nayla ke dalam rumah. Raffael kembali memikirkan permintaan Nayla yang begitu kekeh ingin Adelia menjadi istrinya.
'Huh, entahlah, dia memang cantik tapi sayang milik orang,' batin Raffael.
Raffael membacakan dongeng sebelum tidur untuk putrinya sampai suara dengkuran halus Nayla terdengar dan tangan kecilnya yang memeluk tubuh atletis Raffael kini semakin melemah. Pelan-pelan Raffael memindahkan tangan Nayla supaya putrinya itu tidak terganggu. Dia menatap Nayla sebelum mendaratkan kecupan di kening putrinya.
"Mimpi indah princess, Ayah!" Raffael membenarkan selimut Nayla dan mematikan lampu sebelum keluar dari kamar putrinya.
Raffael berjalan ke arah ruang keluarga untuk mendinginkan isi kepalanya yang begitu banyak pikiran, mulai dari pekerjaan hingga permintaan Nayla semuanya membuat kepala Raffael terasa berat.
"Raf, Mama perhatikan akhir-akhir ini Nayla terlihat sedih dan murung. Apa yang terjadi dengannya?" tanya mama Raffael saat melihat pria itu duduk sambil memijat keningnya.
Raffael melirik ibunya sekilas dan menghela napas panjang yang terlihat seperti tengah memikul beban berat.
"Nay ingin Raffael menikah, Ma," sahut Raffael.
Sang mama berbinar saat mendengar penuturan putranya, dia antusias dan duduk di dekat Raffael, bagaimana tidak senang saat usahanya untuk mendekatkan Raffael dengan wanita-wanita muda kenalannya selalu gagal karena cucunya menolak dan Raffael yang mendukungnya tapi kali ini justru Nayla sendiri yang meminta ayahnya untuk menikah membuat mama Raffael memiliki jalan. Pasalnya sejak saat Nayla lahir dan istrinya meninggalkan mereka Raffael menutup hatinya untuk mahluk yang bernama wanita. Saat putranya mencoba membuka hati justru Nayla melarangnya tapi sekarang tidak ada alasan untuk Raffael menolak permintaan Nayla.
"Benarkah? Akhirnya cucu Mama merestui dirimu menikah lagi," ujar sang mama masih dengan senyum mengembang di wajah cantiknya meskipun sudah tidak muda lagi.
"Tapi masalahnya Nayla meminta gurunya yang sudah menikah untuk jadi ibu sambungnya," kata Raffael yang mampu membuat senyum sang mama seketika hilang.
"Kenapa permintaannya rumit sekali?" Sang mama langsung menyenderkan tubuhnya dengan lesu. Kenapa saat cucunya mau dan bersedia memiliki ibu sambung justru wanita yang sudah bersuami.