Raffael melirik ibunya dan mengangguk kecil membenarkan ucapan wanita baya tersebut, memang dirinya juga menilai jika permintaan Nayla sangat rumit, bagaimana bisa Nayla meminta dirinya menikah dengan istri orang.
"Ya, itu yang dikatakan Nayla," ucap Raffael.
"Memangnya seperti apa gurunya itu sampai dia bisa memikat Nayla hingga membuat cucuku menginginkan dirinya untuk jadi ibu sambung Nayla padahal dia sudah menikah? Kamu tahu dia seperti apa, Raf?" tanya sang mama sambil menatap putra semata wayangnya.
Raffael mendesah kasar dan menghempaskan tubuh lelahnya di sofa, dia juga tidak tahu seperti apa kepribadian Adelia hingga mampu membius Nayla dan membuat putrinya begitu menginginkan Adelia.
"Dia cantik," sahut Raffael tanpa sadar.
Pukulan yang sedikit kencang di lengannya membuat pria itu menoleh sambil mengusap tangannya yang terasa panas akibat pukulan ibunya.
"Mama tanya dia seperti apa bukan cantik atau tidak," ujar sang mama saat Raffael menatapnya.
"Memangnya aku jawab apa? Aku juga tidak tahu Adelia itu seperti apa," jawab Raffael tidak mau kalah. Dia benar-benar tidak ingat jika sudah mengatakan Adelia cantik.
"Kamu tidak sadar jika baru saja mengatakan guru Nayla itu cantik, bahkan kami sudah tahu namanya."
"Benarkah? Kapan aku mengatakan jika Adelia cantik?" tanya Raffael.
"Ck, tadi! Makanya mama memukulmu, mama tanya dia seperti apa tapi kamu malah menjawab jika dia cantik," sewot sang mama.
"Tapi memang Adelia cantik, Ma," ujarnya.
"Namanya Adelia?"
Raffael mengangguk kecil, entah kenapa obrolan mereka sekarang didominasi oleh pembahasan Adelia yang sama sekali belum Raffael ketahui seperti apa kepribadiannya.
"Sudah pernah mengobrol dengannya?"
"Belum, Ma, dia itu terkesan dingin. Beberapa hari lalu Nayla memperkenalkan Raffael dengannya tapi dia hanya menanggapi seadanya saja, tapi Raffael sepeti mengenal suaminya," papar Raffael pada sang mama.
Raffael mencoba mengingat-ingat di mana dirinya pernah bertemu dengan suami Adelia, tapi Raffael sama sekali tidak bisa mengingatnya.
***
Sementara di rumah Nathan pria itu tidak henti-hentinya mengoceh terhadap Adelia, dia bukannya marah tapi khawatir takut jika luka di lengan istrinya itu mengalami infeksi karena Adelia tetap tidak mau untuk sekedar pergi ke klinik, sejak dirinya pulang dan mendapati Adelia terluka Nathan belum berhenti bicara. Pria itu terus saja mengingatkan dan mengajak Adelia untuk pergi ke klinik tapi dengan gigih pula Adelia menolaknya.
"Ayo Sayang, kita periksa. Aku takut jika nanti malam atau bahkan besok pagi ketika bangun lukamu bengkak dan semacamnya," ucap Nathan sambil membolak balik lengan Adelia.
"Maaas, aku baik-baik saja. Ini sudah diobati oleh Lisa tadi, dia juga berkali-kali menyarankan hal yang sama denganmu tapi aku menolaknya," ujar Adelia sambil mendekap lengan Nathan supaya suaminya itu berhenti mengoceh.
Nathan menatap Adelia dengan tatapan yang sulit untuk diartikan oleh istrinya, saat tengah hanyut dalam tatapan Nathan bel pintu berbunyi membuat kontak mata keduanya terputus.
"Biar aku yang buka pintunya." Adelia bergegas menuju pintu utama guna melihat siapa tamu yang datang. Saat daun pintu ditarik oleh Adelia dan kini menampilkan sosok orang yang mampu membuat Adelia menelan ludahnya dengan kasar, mendadak rasa nyaman dan disayangi yang dulu pernah ada kini berubah menjadi ketakutan yang penuh keraguan di hati Adelia. Wanita itu merasa ciut di depan Riska sang ibu mertua yang beberapa bulan ini menuntutnya untuk segera memiliki anak, orang yang dengan teganya mengkalim dirinya sebagai wanita mandul membuat hati Adelia terasa tercabik belum lagi dirinya juga tidak bisa menceritakan semuanya terhadap Nathan karena tidak mau jika suaminya itu bertengkar dengan ibunya sendiri meski pada kenyataannya Nathan begitu peka dan dengan cepat mengetahui hal yang disembunyikan oleh Adelia.
"Siapa yang datang, Sayang?" Nathan menyusul Adelia karena ia merasa jika istrinya begitu lama hanya untuk sekedar membuka pintu.
Nathan menatap ibunya yang masih berdiri di luar dengan melipat kedua tangannya, tatapan Nathan kini beralih pada Adelia yang mematungsaat melihat ibunya, entah apa yang Adelia pikirkan tapi Nathan yakin jika istrinya itu sedikit banyak pasti merasakan takut.
"Mama," ucap Nathan yang mampu membuat Adelia tersadar jika sejak tadi dia belum menyuruh mertuanya masuk, beruntungnya ia karena Riska tidak mengeluarkan kata-kata pedas untuknya.
"Maaf, Ma, ayo masuk!" ajak Adelia sambil membuka lebar pintunya mempersilahkan Riska berjalan lebih dulu.
Adelia dan Nathan mengikuti langkah Riska dari belakang, saat suami dan mertuanya duduk di sofa ruang tamu Adelia bergegas ke dapur untuk mengambil camilan guna ia suguhkan pada Riska.
"Ada apa dirimu meminta Mama datang? Apa kamu setuju untuk mencoba menikahi Marissa?" tanya Riska saat bokongnya mendarat di sofa tanpa mempedulikan apakah masih ada Adelia atau tidak di sana. Dia juga masa bodoh jika menantunya itu mendengar ucapannya.
Bukannya menjawab pertanyaan sang ibu Nathan justru menyodorkan foto dan alamat restoran Chika, dia memperhatikan raut wajah ibunya yang terlihat mengerutkan keningnya.
"Apa maksudnya ini?" tanya Riska sambil mengembalikan foto dan alamat restoran yang tadi Nathan berikan.
"Apa Mama benar-benar tidak tahu? Atau hanya pura-pura tidak tahu?" balas Nathan.
"Mama tidak tahu apa maksudmu meminta Mama untuk datang ke sini, mama juga tidak mengerti apa hubungannya dengan foto dan juga alamat ini," tutur Riska.
"Mama yakin? Ini bukan salah satu cara Mama untuk menghancurkan kebahagiaan dan rumah tangga Nathan 'kan? Mama tidak melakukan ini 'kan?" cecar Nathan terhadap Riska.
"Apa maksudmu? Bicara yang benar dan jangan bertele-tele!"
"Kemarin ada orang yang mengirim foto tersebut pada Adelia, dan Nathan mendapatkan tempat di mana orang tersebut mengirimkan foto yang Adel terima. Dia bukan salah satu orang suruhan Mama 'kan?"
"Mam tidak berpikir sampai ke sana, Nathan, lagipula apa untungnya memainkan drama murahan seperti ini jika Mama sendiri sudah sering memintamu menikahi Marissa secara terang-terangan untuk mendapatkan keturunan," jawab Riska sinis.
"Sampai kapanpun Nathan tidak akan pernah meninggalkan Adel, tidak akan pernah! Sekarang Nathan tanya, jika Nathan meminta Mama untuk menikah lagi dan meninggalkan papa apa mama akan melakukannya?" tanya balik Nathan membuat Riska yang sudah bersiap menjawab ucapan putranya seketika bungkam. Mana mungkin dirinya meninggalkan suaminya sendiri sementara dirinya dan sang suami sudah menikah lebih dari dua puluh tahun meskipun dirinya hanya memiliki Nathan.
Sementara di ruangan lain Adelia hanya mampu mencuri dengar obrolan antara Nathan dan ibunya, dia tidak menyangka jika suaminya mengusut tuntas hal yang sebenarnya sudah dia ketahui jika foto kemarin adalah bohong, tapi Adelia tahu jika Nathan tidak ingin dirinya kecewa hingga mencurigai ibunya sendiri karena Riska sudah sering meminta Nathan meninggalkannya.