Operasi Adelia berjalan lancar, kini wanita itu itu sudah dipindahkan ke ruang rawat sebelumnya bahkan saat ini sudah ada Lisa yang menjenguknya sebab saat Adelia di operasi tadi Lisa menanyakan kabar temannya itu karena tidak masuk untuk mengajar, kebetulan ponsel Adelia tengah dipegang Nathan dan memberitahu keadaan istrinya pada Lisa hingga Nathan meminta tolong Lisa untuk memberikan keterangan jika Adelia tengah sakit pada pihak sekolah.
Lisa mengupas buah apel yang tadi dibawanya untuk Adelia dan tengah berbincang dengan sahabatnya tersebut membahas tentang hubungannya dengan sang kekasih. Lisa menyodorkan hasil kupasannya tapi Adelia menggeleng kecil menolak buah tersebut.
"Untukmu saja," tutur Adelia dengan sneyum tersemat di bibir pucatnya. Lisa mengerucut bibirnya tapi tak luput memasukkan satu potong besar buah apel tersebut.
Nathan yang merasa jika dia bisa menitipkan Adelia pada Lisa segera beranjak menghampiri istrinya, sebab sejak tadi dia duduk di sofa yang tak jauh dari ranjang Adelia bersama dengan Romi membahas pekerjaan yang semakin padat.
"Sayang, sepertinya aku harus ke kantor sebentar. Ada masalah yang harus aku selesaikan." Nathan membelai lembut pipi istrinya. Lisa yang melihat hal itu hanya mampu menunduk karena dirinya merasa iri dengan sikap Nathan terhadap sahabatnya. Jika saja kekasihnya juga seperti Nathan yang begitu manis pada Adelia tapi sayang kekasih Lisa memang begitu cuek dan dingin.
Adelia mengangguk sebagai persetujuan dari ucapan suaminya, lagipula ada Lisa yang menemaninya di sini. Belum lagi jika dirinya membutuhkan sesuatu Adelia bisa memanggil perawat lewat tombol yang tersedia di dekat ranjangnya.
"Aku janji tidak akan lama, setelah urusanku selesai aku pasti langsung kesini lagi," ujar Nathan sambil mengecup singkat kening dan bibir istrinya membuat Lisa menutup wajahnya merasa malu sendiri. Sementara Romi yang sudah terbiasa dengan perlakuan Nathan terhadap Adelia hanya diam tidak bersuara seperti sebuah patung.
"Aku pergi."
Adelia mengangguk kecil saat Nathan menarik kepalanya supaya menjauh. Pria itu kini menatap Lisa yang tengah salah tingkah.
"Aku titip istriku sebentar!" Lisa mengangguk kaku. Dirinya tidak mampu menjawab ucapan Nathan yang entah kenapa auranya terasa berbeda saat bicara pada Adelia.
Setelah memastikan jika Adelia ditemani oleh Lisa, Nathan mengajak Romi untuk mengikuti langkahnya. Saat kaki jenjang Nathan berada di luar ruangan Adelia tatapan tajam yang siap menerkam mangsanya terlihat begitu mengerikan, dirinya juga mengepalkan tangannya dengan erat sambil berjalan. Bukan ke kantor yang jadi tujuan utama Nathan saat ini melainkan salon kecantikan tempat Marissa bekerja.
Romi melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi supaya segera sampai, Nathan tidak protes dengan cara mengemudi Romi karena baginya saat ini ingin segera sampai di tempat Marissa.
Cukup mudah bagi Romi untuk sampai dengan cepat di salon tempat Marissa dengan laju mobil kencang miliknya apalagi semesta seperti tengah mendukung dua pria tersebut sebab mereka tidak sekalipun terjebak lampu merah.
Nathan turun dengan begitu gagah setelah mobil yang dikemudikan Romi terparkir sempurna di depan salon. Suami Adelia itu terlihat menggulung lengan kemejanya yang mana semakin menambah kesan seksi padanya membuat para wanita yang hadir di sana meneteskan air liurnya.
"Permisi, ada yang bisa saya bantu?" sapa ramah salah satu pegawai di sana.
"Panggilkan Marissa! Katakan jika Nathan Mahendra mencarinya!" sahut Nathan dingin tanpa menatap pegawai tersebut.
Romi hanya diam di belakang tubuh tuannya karena tahu jika ini merupakan masalah pribadi Nathan dan Marissa, Romi tidak memiliki hak untuk ikut campur kecuali saat Nathan memintanya. Bisik-bisik para pelanggan salon yang kebetulan melihat Nathan memuji betapa sempurnanya ciptaan tuhan di hadapan mereka saat ini.
Sementara di ruangan Marissa, wanita itu tengah menarik sudut bibirnya saat mendengar kabar dari pegawainya jika Nathan datang mengunjunginya.
"Akhirnya, Nathan menemui ku juga." Marissa bangkit untuk menemui Nathan, sebelum keluar wanita itu memperbaiki riasannya supaya terlihat cantik dan sempurna.
"Selesai," ujarnya setelah selesai mengoleskan gincu merah pada bibirnya. Dengan langkah anggun Marissa berjalan keluar, senyumnya semakin lebar melihat Nathan yang tengah berbicara dengan Romi.
"Nathan," sapa lembut Marissa mencoba mengambil atensi pria tersebut.
Nathan melirik Marissa sekilas lalu mendengus samar, tubuh pria itu tegap menghadap ke arah Marissa.
"Ada apa kamu mencariku, apa ada sesuatu yang penting sampai kamu datang kemari?" Masih dengan suara lembut dan senyum tersemat di bibirnya Marissa bertanya maksud kedatangan Nathan tanpa melihat dan mempedulikan tatapan mematikan Nathan.
"Aku datang ke sini untuk menegaskan jangan mengganggu kebahagiaanku, jangan mengusik kehidupan rumah tanggaku dan juga istriku! Jangan pernah mempengaruhi ibuku untuk memberikan dukungan padamu! Sebab jika hal itu masih terjadi di kemudian hari maka bersiaplah untuk jadi gelandangan, bukan hanya dirimu tapi seluruh keluarga bahkan semua orang yang mengenalmu akan ikut terkena imbasnya," ucap Nathan tanpa peduli jika banyak pengunjung di sana. Lagipula Nathan memang sengaja mengatakan hal tersebut di depan para pegawai dan juga langganan salon Marissa. Pria itu juga tidak main-main dengan ucapannya barusan.
Setelah mengatakan hal tersebut Nathan lantas pergi meninggalkan Marissa yang masih mematung tidak percaya jika Nathan bisa berkata demikian. Saat dirinya sadar akan rasa terkejutnya Marissa lantas menatap semua orang yang ada di sana seolah menegur mereka dengan tatapannya sebelum kembali ke ruangannya. Marissa mengamuk dan melemparkan semua barang yang ada di meja kerjanya, selain malu Marissa juga merasa jika harga dirinya sudah di injak-injak oleh Nathan demi membela Adelia.
"Ini semua gara-gara Adelia, aku harus memberikannya pelajaran! Tunggu saja pembalasanku!" ucap Marissa masih meluapkan kekesalannya. Dia lantas berteriak setelah tidak ada lagi barang untuk dirinya jadikan pelampiasan.
"Adelia kurang ajar!" teriak Marissa sambil mengacak rambut indahnya.
***
Demam Nayla sudah turun setelah mendapatkan perawatan, gadis kecil itu masih tertidur dengan tangan yang terpasang infus. Saat ini Nayla tengah tertidur setelah tadi Raffael membacakan dongeng untuknya. Sejak masuk rumah sakit Nayla tidak pernah berhenti menanyakan Adelia, gadis itu juga menagih janji Raffael yang mengatakan akan membawa Adelia pada putrinya.
Raffael terlihat sedih memikirkan bagaimana caranya supaya dia bisa membawa Adelia kehadapan putrinya supaya Nayla tidak lagi sedih dan kembali memiliki semangat. Pria itu mengusap lembut wajah putri semata wayangnya yang kini tengah terpejam.
"Cepat sembuh anak ayah, ayah tahu Nayla kuat. Ada ayah yang selalu menemani Nayla sampai kapanpun," ucap Raffael lalu mencium kening putrinya.
Suara pintu terbuka membuat atensi Raffael teralihkan, dia melihat jika ibunya datang sambil membawa makan siang untuknya.
"Makan dulu! Mama tidak mau jika sampai kamu juga ikut sakit karena memikirkan Nayla. Jika kamu sakit siapa yang akan menjaga cucu Mama?" Raffael mengangguk dan meraih kotak bekal tersebut lalu melahapnya.