Chereads / I'm Not Barren / Chapter 26 - Taman Rumah Sakit

Chapter 26 - Taman Rumah Sakit

Pagi ini Adelia meminta Nathan membawanya ke taman karena dirinya merasa jenuh terus berada di ruang rawat. Kemarin dokter Nina mengatakan jika Adelia hari ini sudah boleh pulang. Tentu saja hal itu membuatnya bahagia sebab Adelia sudah tidak sabar untuk segera kembali beraktivitas seperti biasa. Dengan ditemani Nathan yang selalu setia di sampingnya Adelia duduk di kursi taman sambil menatap beberapa pasien yang mungkin sama sepertinya. Nathan duduk di samping istrinya sambil memandang lekat wajah cantik Adelia dari samping, hidung mancung mungilnya terlihat menggemaskan belum lagi bibirnya yang sedikit pucat tapi tidak melunturkan warna alami bibir tersebut. Saat Adelia menarik sudut bibirnya membuat paras wanita itu bertambah cantik hingga membuat Nathan tidak bisa berpaling barang sedetikpun dari pemandangan yang menurutnya lebih indah daripada yang lain. Adelia menoleh ke arah suaminya karena keheningan yang terjadi antara keduanya, wanita itu memiringkan kepalanya melihat Nathan yang tengah tersenyum simpul. Nathan mengikuti gerakan istrinya hingga membuat Adelia gemas dan menarik hidung suaminya.

"Aduh, sakit." Nathan mengusap hidungnya yang baru saja Adelia tarik sementara istrinya itu melipat kedua tangannya di depan dada sambil menatap lalu lalang beberapa orang di taman dengan bibir mengerucut kesal.

Kini Nathan justru membalas perbuatan Adelia dengan mengecup singkat bibir manyun istrinya hingga wanita itu terpekik kaget. Sontak saja Adelia memukul Nathan karena merasa malu akan perbuatan Nathan barusan.

"Maaas!"

Nathan hanya mengangkat sebelah alisnya tanpa berniat menjawab rengekan istrinya.

"Menyebalkan," gerutu Adelia yang kini duduk membelakangi Nathan.

Nathan justru pergi meninggalkan Adelia yang tengah merajuk, pria itu tidak berusaha membujuk istrinya membuat Adelia mendesah kasar.

"Bukannya dibujuk tapi malah ditinggal," gerutu Adelia saat melihat punggung Nathan yang berjalan semakin jauh.

Sementara di kamar inap anak, Nayla tengah merengek meminta Raffael mengajaknya keluar.

"Ayolah, Ayah! Nayla bosan terus tidur, Nayla juga ingin main di luar." Mata gadis kecil itu sudah berkaca-kaca sementara Raffael sudah tidak bisa menolak keinginan putrinya.

"Baiklah, sebentar, Ayah izin dulu!" Raffael lantas keluar meminta izin supaya putrinya diperbolehkan untuk sekedar berjalan-jalan meskipun hanya di taman rumah sakit. Setelah limaenit berlalu Raffael kembali ke ruangan putrinya dengan senyum yang menandakan jika keinginan Nayla bisa dituruti.

"Baiklah, Nayla boleh keluar tapi harus dengan Ayah, mengerti?" tanya Raffael.

Nayla tidak menjawabnya tapi anggukan bruatal gadis kecil itu membuat gemas Raffael hingga mengacak rambutnya yang tengah diikat supaya terlihat rapi. Nayla merentangkan tangannya ke arah Raffael karena sudah tidak sabar ingin menghirup udara segar luar ruangan, dirinya bosan mencium aroma khas obat-obatan di dalam ruangannya.

Raffael hendak membawa Nayla saat ibunya datang.

"Kalian mau kemana?" tanya sang ibu yang kini mendekati Nayla.

"Nayla ingin jalan-jalan keluar, mungkin dia bosan." Raffael menjawabnya.

"Nenenk mau ikut?" tawar Nayla pada sang nenek yang tengah menatapnya.

"Baiklah, ayo kalau begitu!" Merek bertiga menuju taman rumah sakit, di sana terdapat beberapa bangku serta tanaman segar untuk penghijauan.

Nayla duduk dengan tenang sebelum matanya menangkap siluet seseorang yang dirinya kenal.

"Bu Adel," gumam Nayla yang mampu terdengar oleh Raffael.

"Kenapa Nay?" Raffael menghentikan langkahnya saat mendengar Nayla bergumam. Pria itu berjongkok di depan putrinya dan mengikuti arah pandang Nayla yang tengah memerhatikan Adelia dari kejauhan. Sang ibu yang juga mengikuti arah pandang Nayla kini berusaha memfokuskan penglihatannya pada sosok wanita yang tengah duduk dengan kepala sedikit tertunduk.

"Itu bu Adel, Yah," ujar Nayla pelan.

Raffael merasa sedih melihat Nayla yang menyangka orang lain sebagai Adelia lantas mengusap pelan kepala putrinya.

"Nay, mungkin itu orang lain yang kebetulan mirip bu Adel, lagipula bu Adel pasti tengah berada di sekolah saat ini. Jika Nayla ingin bertemu dengan bu Adel Nayla harus cepat sehat supaya bisa kembali sekolah dan bertemu dengannya." Raffael berusaha menjelaskan dengan perlahan supaya Nayla bisa mengerti.

"Tidak, Yah, itu bu Adel." Nayla kekeh jika orang yang dilihatnya di seberang sana adalah Adelia.

"Sebaiknya kita ke sana saja, bagaimana?" tawar Raffael yang langsung disetujui oleh Nayla. Melihat jika putrinya begitu bersemangat membuat Raffael tidak tega mematahkan semangat putrinya tersebut.

Sementara sang nenek hanya bisa mengikuti langkah putranya dari belakang, dirinya juga penasaran akan sosok Adelia yang mampu masuk dalam dunia Nayla sebab cucunya begitu kekeh terhadap wanita bersuami tersebut bahkan saat sakit pun Nayla mengigau memanggil nama Adelia. Semakin dekat jarak antara orang yang Nayla pikir jika itu Adelia senyum gadis kecil itu juga semakin lebar.

"Bu Adel," panggil Nayla yang mampu membawa atensi orang di depannya. Perlahan tubuh wanita itu berputar berbalik ke arah dimana ada orang yang memanggil namanya.

Adelia begitu kaget melihat keberadaan Nayla di sana, dirinya tidak percaya jika Nayla juga ada di sana jika saja pakaian yang dikenakan gadis kecil itu tidak sama dengannya.

"Nayla," sapa Adelia yang tengah tersenyum lembut ke arah Nayla. Gadis kecil itu lantas berdiri dan menghampiri Adelia diikuti Raffael dari belakang karena merasa cemas terjadi sesuatu pada putrinya.

"Ini benar Bu Adel." Nayla memeluk Adelia dengan senyum cerahnya.

Adelia lantas membalas sambil menatap Raffael dan ibunya bergantian.

"Maafkan putriku," ujar Raffael saat pelukan Nayla dan Adelia terlepas.

"Tidak masalah," sahut Adelia tanpa berani menatap Raffael. Dia hanya mengusap wajah Nayla yang kini terlihat tengah tersenyum memperlihatkan barisan giginya.

Sementara nenek dari Nayla hanya melongo melihat cucunya yang kini terlihat begtiu ceria saat bertemu dengan Adelia.

"Nayla sakit apa?" tanya Adelia.

"Nayla demam tinggi, kami panik dan langsung membawanya kemari. Untung hari ini panasnya sudah turun," jawab Raffael kini sudah duduk di dekat Nayla. Dari jauh mereka terlihat seperti sebuah keluarga bahagia, nenek dari Nayla juga tanpa terasa mengusap air matanya yang tanpa terasa terjatuh. Dia membayangkan jika suatu saat Nayla memiliki kasih sayang dari sosok ibunya sendiri. Pantas jika cucunya begitu menginginkan Adelia sebagai ibu sambungnya sebab melihat sekilas saja Adelia terlihat begitu ramah terhadap anak kecil.

"Oh, ini namanya Bu Adelia?" tanya Risa ibu dari Raffael.

Adelia mendongak dan tersenyum ke arah Risa, wanita baya itu juga melakukan hal yang sama terhadapnya.

"Cantik," gumam Risa sambil tersenyum mantap Adelia.

"Benar Bu, saya Adelia biasa anak-anak memanggil saya Adel. Kebetulan saya guru Nayla," jawab Adelia ramah. Jika tadi saat menjawab Raffael Adelia tidak berani menatap lawan bicaranya berbeda saat dengan Risa yang kini tengah saling melemparkan senyum.

Nayla menyadarkan kepalanya di dada sang ayah saat Adelia tengah berbincang dengan sang nenek.