Chereads / I'm Not Barren / Chapter 27 - Kerisauan Nathan

Chapter 27 - Kerisauan Nathan

Gurat kebahagiaan terpancar jelas di wajah Nayla, gadis kecil itu begitu senang bisa bertemu dengan Adelia meski di tempat yang sangat tidak diinginkan oleh banyak orang. Tentu saja, sebab siapa yang ingin sakit? Tapi bagi Nayla tidak apa-apa sakit asalkan bertemu dengan guru kesayangannya. Obrolan Adelia dan Risa berlangsung semakin seru saat keduanya membahas perihal tingkah laku menggemaskan anak-anak ketika di sekolah. Hingga percakapan dua wanita berbeda generasi tersebut harus terhenti saat Nayla menginterupsi keduanya.

"Bu Adel sakit apa?" tanya Nayla yang sejak tadi hanya mendengarkan neneknya berbicara bersama orang yang begitu ingin dirinya temui bahkan sampai terbawa mimpi.

Adelia tampak berpikir saat ingin menjawab pertanyaan Nayla, tentu saja dirinya tidak bisa mengatakan hal sebenarnya apalagi ada Raffael dan juga Risa di sana belum lagi jika Adelia mengatakan yang sejujurnya Nayla juga belum tentu mengerti.

"Ibu hanya sakit perut," jawab Adel pada akhirnya membuat Nayla membulatkan mulutnya membentuk huruf O.

"Makanya Bu Adel jangan terlambat makan! Nanti sakit perut," timpal Nayla kemudian seperti tengah mengajari orang yang lebih dewasa dari dirinya.

Adelia terkekeh kecil begitu juga dengan Raffael dan ibunya, mereka senang bisa melihat Nayla kembali ceria setelah bertemu dengan Adelia.

Sementara dari kejauhan Nathan memperhatikan istrinya yang tengah berbincang asyik dengan orang yang tidak terlalu dirinya kenali, tidak ingin jika Adelia berbincang dengan orang asing lantas Nathan menghampiri Adelia dengan langkah cepat sambil membawa sesuatu di tangannya. Nathan menyipitkan matanya guna lebih fokus melihat siapa yang tengah bersama istrinya, sebab sekilas terlihat jika Adelia begitu akrab dengan orang tersebut.

"Sayang," panggil Nathan yang langsung menginterupsi obrolan Adelia dan juga Risa seketika membuat keduanya terdiam.

Adelia mendongak saat mendengar sang suami memanggilnya, dia mengerutkan bibir karena merasa kesal sebab tadi Nathan meninggalkannya sendirian. Sementara Risa seperti tengah mengingat-ingat pria yang ada dihadapannya, bisa dirinya perkiraan jika usia Nathan dan Raffael tidak terlalu jauh atau bahkan mungkin seumuran.

"Ini." Nathan menyodorkan sesuatu yang tadi dirinya sembunyikan di belakang tubuhnya.

Adelia menerimanya tapi tetap tidak membuat senyum wanita itu terbit. Nayla yang melihat hal itupun hanya bisa diam dan memegang erat tangan Raffael. Ayah gadis kecil itu menunduk melihat wajah putrinya yang terlihat begitu sedih.

"Ah, perkenalkan, ini Mas Nathan, suamiku." Adelia memperkenalkan suaminya pada Risa. Wanita baya itu menerima uluran tangan Nathan sambil terus mengingat wajah siapa yang ada di dalam wajah Nathan.

"Nathan Mahendra," ujar Nathan memperkenalkan diri.

Mendengar nama belakang Nathan membuat Raffael diam, dirinya seperti mengenal nama tersebut. Atau memang Nathan adalah orang yang sama seperti yang dirinya pikirkan.

"Mahendra," beo Raffael pelan sebelum akhirnya dia ingat jika nama pria tersebut sering muncul di majalah bisnis ataupun situs web.

"Saya Risa, neneknya Nayla murid istrimu," sahut Risa menjawab ucapan Nathan.

"Ini Nayla cucuku, dia ingin keluar dan tidak sengaja melihat jika gurunya tengah ada di sini. Lalu dia mengajak kami untuk menemui Adelia."

Nathan mengangguk singkat menanggapi penjelasan dari Risa, tadi dirinya pergi membeli bunga untuk Adelia karena ingat jika toko bunga tersebut hanya berjarak beberapa meter dari rumah sakit.

"Ini putraku, Raffael Dinata." Risa mengenalkan Raffael yang sejak tadi diam.

Nathan memperhatikan Raffael hingga sesuatu yang ada di wajah pria tersebut membuat Nathan menatap tajam Raffael dan mengajak Adelia untuk segera pergi dari sana.

"Sayang, ayo kita masuk! Nanti dokter Nina bingung mencarimu jika tidak ada di kamar," ajak Nathan pada istrinya.

Adelia berpikir jika ucapan Nathan ada benarnya juga, dia sudah tidak sabar ingin keluar dari rumah sakit. Dirinya berpamitan pada Risa, sementara pada Raffael hanya mengangguk sekilas.

"Bu Adel ...." Nayla menahan Adelia yang sudah hendak melangkah dalam rangkulan Nathan. Suaminya juga ikut menoleh ketika Adelia berhenti.

"Nayla cepat sembuh, nanti kita bisa bertemu lagi di sekolah. Ibu harus kembali ke kamar, sebab apa yang dikatakan oleh suami ibu ada benarnya." Adelia mencoba memberi pengertian pada Nayla. Gadis kecil itu akhirnya mengangguk dan membiarkan Adelia pergi.

Selepas kepergian Adelia, Nayla terisak lirih hingga membuat Raffael tidak tega dan mendekap putrinya. Risa juga terus menatap punggung Adelia yang perlahan semakin menjauh.

"Sudah ya, princess ayah tidak boleh menangis lagi! Nanti cantiknya hilang." Raffael mencoba menghibur Nayla yang tidak rela berpisah dari Adelia. Entah kenapa putrinya bisa nyaman dengan wanita tersebut, Raffael tidak masalah jika selama wanita itu lajang, tapi ini? Adelia memilki suami dan tidak mungkin bagi Raffael mengabulkan permintaan putrinya untuk menjadikan Adelia sebagai istrinya karena wanita itu memiliki suami.

"Dia cantik, baik dan juga ramah. Mungkin selain karena kepribadiannya profesi Adelia juga mempengaruhi hal tersebut," sanggah Risa.

Raffael tidak menjawabnya dia hanya menatap sang ibu dengan tatapan yang tersirat banyak kebingungan di dalamnya.

"Sudahlah, Nayla hanya terbawa keinginannya saja, dia hanya anak kecil yang belum mengerti hubungan orang dewasa." Risa seolah tahu apa isi pikiran putranya.

"Semoga saja," imbuh Raffael sambil tangannya terus mengusap punggung Nayla.

***

Nathan membantu Adelia berbaring, sejak meninggalkan taman pria itu tidak bicara sepatah katapun. Dia hanya diam tapi tetap melayani dan memperhatikan Adelia.

Adelia dibuat heran dengan kelakuan Nathan yang tiba-tiba saja diam setelah Risa mengenalkan putranya.

"Mas ...." Adelia memegang tangan Nathan yang siap pergi hingga membuat pria itu berbalik.

"Ada apa?" tanya Adelia pada akhirnya. Nathan tidak menjawab pertanyaan istrinya, dia hanya tersenyum kaku seperti terpaksa melakukannya.

"Apa ada masalah?" lanjut Adelia menelisik wajah Nathan.

"Tidak, kamu tidurlah! sebelum nanti dokter Nina datang memeriksa keadaanmu," pinta Nathan pada istrinya yang sama sekali tidak menjawab rasa penasaran Adelia. Pria itu berlalu menuju kamar mandi meninggalkan Adelia yang bertanya-tanya.

Nathan menghantam dinding kamar mandi yang tidak bersalah untuk meluapkan amarahnya, jika saja tadi tidak ada anak kecil sudah pasti Nathan menghajar orang yang begitu dirinya benci. Kenapa mereka harus kembali bertemu lagi di sini? Padahal saat dulu keduanya kuliah di Amerika Nathan berjanji tidak akan pernah sudi untuk bertemu dengan orang licik seperti 'mantan' temannya.

"Sial, kenapa dia masih di sini? Kenapa tidak pindah saja ke Antartika." Nathan terus saja bermonolog hingga merasa lelah. Napasnya bahkan tidak beraturan karena lelah menghantam dinding yang sama sekali tidak bisa melawannya.

"Raffael Dinata," geram Nathan sambil mengepalkan tangannya hingga urat tangan pria itu terlihat menonjol.

Jika tidak ingat ini rumah sakit dan di luar ada istrinya mungkin saja Nathan sudah berteriak, tapi Nathan masih bisa mengontrol emosinya.

"Aku tidak akan membiarkanmu mendekati kehidupanku lagi," gumam Nathan.