"A-anu ... Tuan ...."
Casey masih berupaya untuk membangunkan tuan mudanya itu. Walaupun tidak bisa dipungkiri jika dirinya nyaman, tapi hal ini tidak bisa dibiarkan apalagi jika ada seseorang yang melihat kondisinya sekarang. Bisa-bisa orang lain menganggap yang buruk tentangnya saat itu juga. Casey tidak mau hal itu terjadi di hari pertama ia menginjakan kaki di mansion itu.
Dengan tenaga yang ia miliki, Casey mencoba untuk lepas dari dekapan Eric, sampai di mana Eric pun mulai terbangun dan membuka matanya walaupun kesadarannya masih belum sepenuhnya kembali. Dan saat netranya menangkap samar-samar sesosok wanita dengan seragam pelayan khas mansion miliknya kini sedang berada di atas badannya, sontak pria tersebut terbelalak dan mulai bangun dari tidurnya. Casey pun sama kagetnya, ia bangun dan langsung membungkuk dalam karena merasa bersalah. Walaupun bukan sepenuhnya salah drinya.
"G-gwen?! Kena-kenapa kau ada di sini?!" tanya Eric panik, wajahnya memerah mengingat hal sebelumnya terjadi.
"M-mohon maaf, Tuan. Saya hanya ingin membangunkan Tuan karena sebentar lagi waktunya sarapan pagi." Masih dengan postur tubuh membungkuk dan wajah yang sama merahnya dengan Eric. Casey takut lelaki di depannya ini memarahinya dan menganggap dirinya telah lancang.
"O-oh ... ya, aku akan ke sana ....."
"Mohon maaf sekali lagi, Tuan."
"B-bukan salahmu! Biasanya aku tidak seperti ini, baru sekali saja. Aku yang minta maaf." Eric menutup wajahnya malu, Casey ingin berteriak senang karena pria di depannya ini begitu menggemaskan.
Casey tersenyum seraya menggeleng. "Tidak apa-apa, Tuan. Kalau begitu saya pamit untuk kembali ke dapur," ujarnya sopan.
"Gwen?"
Casey menoleh ke arah suara yang telah memanggilnya dan ternyata Asylin. Raut wajah wanita itu sulit untuk dijelaskan, seperti mengkhawatirkan sesuatu. Asylin menghampirinya, tetapi sebelum itu menyapa Eric dengan sopan.
"Selamat pagi, Tuan Eric. Apa Tuan bisa tidur dengan nyenyak?"
"L-lumayan," jawab Eric dengan senyum kikuk seraya mengusap lehernya.
"Tuan ingin mandi dengan air apa? Biar saya siapkan."
"Oh, tidak perlu! Aku bisa sendiri, kalian pasti telat karenaku. Jadi silahkan bekerja lagi."
"Tidak, Tuan, tidak masalah. Akan saya siapkan."
"Tidak apa, Asylin. Aku bisa sendiri," tolak Eric lagi. Kini senyuman hangat khas pria itu terpatri di wajahnya. Casey yang melihatnya pun merasa jantungnya berdebar dengan kencang.
"Kalau begitu izinkan saya dan Gwen kembali untuk bekerja." Asylin mengalah, ia menunduk sekilas sebelum pamit dari kamar Eric. Tak lupa menarik lengan Casey dengan terburu-buru.
Pintu kamar telah ditutup. Casey tetap mengikuti Asylin yang terus menyeretnya jalan. Ia merasa heran dengan sikap Asylin dan tak bisa hanya terus mengikuti langkah cepat wanita di depannya ini.
"Asylin, ada apa?"
"Tuan Noel hampir terjatuh di ruangan keluarga karena lantai yang basah," jawab Asylin tanpa menoleh ke belakang.
Netra Casey membulat, terjatuh karena lantai basah? Apakah ini salahnya?
"Kita harus segera ke sana."
"M-maafkan aku ...," lirih Casey mengigit bibir bawahnya.
Mereka kini sampai di ruangan keluarga, beberapa pelayan berada di sana, Mr. Rolan dan tentu saja Tuan Noel ada sebagai korban akibat ulah Casey.
"Tuhan, dari sekian manusia kenapa harus pria ini yang jatuh?" teriak Casey dalam hati.
Sedari awal Casey sampai di ruangan tersebut, Noel terus menatapnya tanpa minat untuk beralih ke arah lain. Tatapannya yang tak sedingin Luke, tetapi tetap menakutkan karena aura intimidasi yang kuat. Tak ada satu pun yang mengeluarkan suara, begitu mencekam membuat Casey semakin berkeringat dingin.
Ini salahnya, dan ia harus bicara, tetapi lidahnya begitu kelu.
"Jadi ... Gwen yang mengepel ruangan ini?" tanya Noel memecah keheningan.
Casey mendongak lalu memberanikan diri untuk mengangguk. "Saya-"
"Maafkan saya, Tuan. Saya juga ikut andil di dalam ruangan ini. Saya pun tidak memeriksa kembali hasil kerjanya dan membuat Tuan hampir terjatuh." Asylin mengambil alih, membungkuk begitu dalam. Casey menatap temannya dengan tatapan nanar, ini sama sekali bukan salah Asylin. Salah dirinya yang tak becus bekerja.
"S-saya sungguh minta maaf, Tuan Noel. Saya tak tahu bahwa lantainya terlalu basah." Casey ikut membungkuk dalam. Ia memejamkan matanya, takut dengan akibat dari ulah yang ia lakukan.
Noel mengalihkan pandangannya sebentar ke arah beberapa pelayan, tersenyum tipis. "Pelayan yang lain bisa kembali bekerja, ini bukan masalah besar."
Pelayan-pelayan tersebut menuruti perintah tuannya, kini hanya Asylin dan Casey lah pelayan yang tetap berada di sana.
"Dan kalian ...."
Casey meneguk ludahnya kasar, siap dengan apa yang akan terjadi.
"Aku harap tidak ada hal seperti ini lagi. Aku akan mewajarkan karena ini adalah hari pertama Gwen bekerja di sini. Tapi memang seharusnya kau tetap memeriksa pekerjaan dari pelayan baru, Asylin," ujar Noel panjang lebar. "Mengingat kau menjadi pengganti Belinda untuk sementara." Tatapan Noel yang datar pada Asylin membuat Casey semakin merasa bersalah.
"Saya-"
"Saya sungguh minta maaf, Tuan!" Asylin masih membungkuk dalam.
Pandangan Noel beralih ke arah Casey dan hampir saja jantung Casey berhenti. "Ada yang ingin kau katakan, Gwen?"
"I-itu ... ini bukan sepenuhnya salah Asylin, Tuan. Saya yang salah karena cara mengepel saya tidak benar dan Asylin sangat membantu saya dalam bekerja." Dengan perasaan takut, Casey mengatakan apa yang ingin ia katakan.
Noel terkekeh pelan. "Aku tidak bilang ini sepenuhnya salah Asylin, kau juga salah. Tapi tanggung jawab yang Asylin tanggung sekarang memanglah besar."
Casey kembali menunduk, yang Noel katakan memang benar.
"Tapi aku terpukau karena kau berusaha untuk membela teman barumu. Untuk selanjutnya tolong tidak ada hal seperti ini lagi, tolong terus belajar dari kesalahan-kesalahan yang sudah dibuat," ujar Noel dengan senyuman manisnya. Casey dan Asylin mendongak menatap tuannya itu, ada perasaan lega membuncah di dalam diri mereka.
"Baik, Tuan. Terima kasih banyak!" seru Casey dan Asylin bersamaan.
"Kalau begitu kalian bisa kembali bekerja."
"T-tapi, Tuan, anda sungguh baik-baik saja?" tanya Asylin khawatir.
"Tidak apa-apa. Mr. Rolan telah menahanku, jadi tidak sampai terjatuh."
"Saya minta maaf, Tuan ...." lirih Casey dengan tatapan sendu.
Noel terkekeh pelan, meletakkan koran yang sedari tadi ia pegang tetapi tak dibacanya itu ke meja bundar. "Sudahlah, lagipula aku baik-baik saja. Untung saja aku yang mengalami hal ini, kalau Luke pasti-"
"Kenapa kalau aku?" Suara bariton terdengar dari tangga menuju ke tempat Noel dan yang lainnya berada. Tampaklah pria tinggi dengan pakaian casual, kemeja lengan pendek berwarna soft cream dengan kancing atas yang tak dikancing pun menampilkan dada bidangnya sedikit terlihat dan celana bahan berwarna senada, tak lupa wangi parfumnya menyeruak ke seluruh ruangan. Pria ini benar-benar bisa memikat semua wanita yang ada di dunia.
"Kau mandi parfum, Luke?" celetuk Noel.
"Tentu saja tidak!"
Noel hanya tertawa renyah menanggapi jawaban Luke.
"Jangan mengalihkan pembicaraan, tadi kenapa kalau aku?" tanya Luke seraya duduk di samping Noel. Pandangannya lurus ke arah dua pelayan. Casey bergidik ngeri karena tatapan dingin Luke.
Noel menghela napasnya. "Karena kalau kau, pasti marah-marah dan memecat pelayan sesuka hatimu."
Alis Luke mengkerut heran, ia menoleh ke arah Noel. "Hah? Memangnya ada apa? Pelayan baru ini berbuat ulah?"
"Tidak, bukan apa-apa. Masalahnya telah selesai, jadi Gwen dan Asylin bisa ke dapur sekarang, silahkan." Noel mempersilahkan kedua pelayan itu untuk pergi dari ruangan keluarga. Asylin dengan cepat menarik lengan Casey karena tahu kebiasaan Luke apabila jika marah seperti apa.
"Hei, jelaskan dulu padaku!" desis Luke kesal.