Suatu hari di Washington State University, seorang pemuda berambut pendek hitam ikal berada di sebuah ruangan. Ruangan tersebut sangat luas, bangku-bangku menjulang ke atas layaknya menonton acara teater. Kulitnya yang putih, bertubuh ideal berdiri tegak menghadap lima Dosen Penguji. Dia mengambil jurusan Arsitek. Pemuda itu mengenakan kaos hitam, di balik kemeja merah kotak-kotak hitam serta celana jins hitam dan sepatu putih.
Rambutnya yang hitam, sepasang mata merah dan senyumannya yang menawan. Penjelasan mendetail seputar skripsi telah dia kerjakan, membuatnya terlihat semakin tampan. Berbagai pertanyaan yang dia terima dari Dosen penguji, sempat membuatnya berkeringat dingin. Apalagi, beberapa mahasiswa diizinkan bertanya membuat kepalanya semakin terbakar.
"Jadi begitulah kesimpulannya," ujarnya kepada kelima Dosen penguji.
Seluruh mahasiswa dan Dosen penguji bertepuk tangan. David berjalan mendekat dan bersalaman dengan kelima Dosen penguji, setelah dinyatakan lulus. Akhirnya, di usia baru menginjak 21 tahun dia pun lulus sidang. Kemudian dia pun keluar ruangan, seorang pemuda berkulit gelap, mengenakan kupluk duduk di kursi roda menunggunya sejak tadi. Dia hanya tersenyum manis sembari cengengesan tidak jelas. Senyumnya yang lebar, memperlihatkan gigi-giginya yang putih.
"Berhentilah tersenyum seperti itu, sungguh membuatku geli," canda pemuda itu kepada temannya.
"Ayolah David, kau lupa dengan janjimu yang akan menteraktirku setelah lulus?"
"Iya-iya, aku yang akan teraktir."
"Ok, let's go!" ucapnya dengan semangat.
"Tunggu Alfred jangan cepat-cepat, stok makanan di kantin kita masih banyak!" kata David kepada sahabatnya berjalan mengenakan kursi rodanya dengan cepat.
Mereka berdua, berjalan menelusuri lorong kampus. Beberapa mahasiswa, terlihat melintas sambil membawa buku. David menoleh ke samping jendela, rupanya hari sudah mulai senja. Beberapa teman sekelasnya, menyapa David lalu memberi tos dan ucapan selamat kepadanya. Begitu juga dengan Alfread, juga lulus dari sidang lebih dulu darinya. Tiba-tiba, David menabrak seseorang lalu mereka berdua pun terjatuh.
David melihat, sosok gadis berambut silver duduk bersipuh di atas lantai. Sepasang mata coklat, serta kulitnya yang cerah membuatnya terlihat Anggun. Kedua matanya tak berkedip, memandang parasnya yang cantik. Dia mengenakan baju Blose putih bermotif bunga dan celana jins hitam. Pita merah mengikat rambutnya, membuat David semakin terpesona.
"Maaf, biarkan aku yang membereskannya," kata David sambil membereskan buku berserakkan di lantai.
Selesai merapihkan buku, dia pun memberikan buku tersebut kepada gadis itu. Kecantikannya, membuat mata David tak berkedip.
"Terima kasih," ucap wanita itu.
Setelah itu, dia pun pergi begitu saja meninggalkan mereka berdua. David yang masih terpesona, terus memandang wanita itu dari kejauhan. Alfred menepuk pundak David cukup keras, membuatnya sedikit terkejut.
"Biarkan saja, kita harus cepat ke kantin," ujarnya kepada David.
Mereka berdua, kembali melanjutkan perjalanan menuju kantin. Sesampainya di kantin, mereka pun mulai memesan spageti, burger dan makanan elite lainnya. Secangkit kopi dan jus, turut memeriahkan perayaan kelulusan mereka berdua. Kemudian, mereka berdua mulai menikmati makanan pesanan mereka dengan sangat lahap. Selesai makan, mereka mulai menikmati minuman pesanan mereka. David terbayang sosok gadis berambut silver sempat dia temui.
"Lupakan saja David, Clara itu CEO di Perusahaan Helson. Kuyakin, pasti dia sudah dijodohkan dengan pemuda kaya dan tampan," kata Alfred.
"Hah, lagi pula siapa yang memikirkan gadis itu. Kelihatannya, dia sangat menyebalkan dan tukang menyuruh!"
"Benarkah? Bukankah kamu tadi terpesona olehnya?"
"Iya, he.he.he!"
"Dasar muka koin," candanya.
"Ha.ha.ha, sapu kantin," balas David.
Setelah itu, mereka pun berjalan keluar lalu Alfret pamit pulang ke rumahnya tak jauh dari Washington State University. Sedangkan David, berjalan menuju parkir untuk menaiki mobil kia K900 v8 berwarna hitam miliknya. Pintu mobil mulai terbuka, dia pun masuk ke dalam dan melaju meninggalkan kampus. Kemudian dia pergi ke tempat kerjanya di sebuah supermarket ternama, berjarak 50 km dari kampus. David pun berjalan masuk ke dalam supermarket. Tampak, Sang Manajer dengan ramah menyambut kedatangannya.
"Selamat sore David, bagaimana dengan sidangmu hari ini?" tanya Sang Manajer.
"Saya lulus," jawab David.
"Syukurlah kalau begitu, sekarang kamu periksa stok barang-barang di sini. Setelah itu, bersihkan lantai."
"Siap Manajer!" timbalnya dengan semangat.
David pun berjalan masuk ke dalam ruangan untuk berganti baju mengenakan baju pegawai. Selesai berganti baju, dia berjalan ke gudang untuk melakukan pekerjaannya. Beruntung, pegawai lainnya ikut membantu sehingga pekerjaannya sedikit cepat. Kemudian dia mengambil sapu di ruang kebersihan lalu dia mulai menyapu seluruh lantai di Supermarket. Beberapa pengunjung, terlihat sibuk memilih barang belanjaan. Ada juga, berjalan memutar hanya sekedar untuk melihat-lihat. Anak-anak kecil, berlarian sekitar supermarket membuat suasana menjadi ramai.
Tidak disangka, seorang gadis berambut silver sempat dia temui datang ke supermarket. Dia mengenakan baju kantor berwarna hitam. Mereka berdua sempat bertatapan, namun mereka tetap bersikap seolah mereka tidak melihat. David pun menghembuskan nafas, dia kembali melanjutkan pekerjaannya. Pemuda itu, merasakan perbandingan yang luar biasa jauh dengannya. Lebih baik, menikmati saat-saat terakhir bekerja di Supermarket sebelum dia kembali ke tempat asalnya.
Gadis berambut silver berjalan mendekat. Dia berdiri tegak memandangnya dirinya, membuat David salah tingkah. Pemuda itu, menunduk kembali melanjutkan pekerjaannya mengepel lantai.
"Maaf, ada yang bisa saya bantu?" tanya David.
"Aku ingin bertanya, dimana tempat gandum berada?"
"Oh, anda lurus ke depan lalu belok kiri," sambil menunjuk ke arah yang dimaksud.
Tanpa banyak bicara gadis itu pun pergi. Selesai mendapatkan barang yang dia inginkan, gadis itu pergi ke meja kasir dan berjalan ke luar. Sedangkan David, harus terkurung di tempat kerjanya hingga tengah malam. Seluruh lantai telah bersih, stok barang telah dimasukkan dan kaca Supermarket selesai dibersihkan. Akhirnya, pekerjaannya menjaga kasir telah tiba.
Kedua tangannya, berada di atas meja dan pandangannya berhadapan dengan Sang Pembeli. Antrian yang panjang, membuatnya harus ekstra cepat dan hati-hati dalam memasukkan serta menghitung barang belanjaan. Jangan sampai, ada kesalahan membuat peringkat Supermarket cabang di Kota ini menjadi buruk. Hari mulai gelap, pengunjung supermarket sedikit berdatangan. Salju pun mulai turun, hawa dingin mulai David rasakan. Dia, melirik ke luar menikmati indahnya turun salju, sebelum David kembali pulang ke kampung halamannya di Asia Tenggara.
Seorang gadis pirang, berpakaian minim dan bertubuh seksi berjalan santai seorang diri. Tiga orang remaja, mengenakan jaket bertopi hijau terbalik, kupluk merah dan masker hitam menutupi wajah mereka bertiga. Suasana jalan terotoar sangat sepi, hanya ada satu atau dua mobil barang melintas. Seorang lelaki, mengenakan jaket Hoodie merah dan masker hitam berjalan mendekati gadis itu dari belakang. Lelaki itu tiba-tiba saja membekap mulutnya dengan sapi tangan. Gadis berambut pirang, meronta-ronta dan berusaha berteriak minta tolong. Perlahan, kesadarannya mulai menghilang dan gadis itu di seret oleh mereka bertiga menuju suatu tempat.
"Jhon, tolong ganti aku sebentar!" pinta David kepada teman kerjanya sedang menata barang dagangan.
"Hei men, mau ke mana?!" tanya rekan kerjanya kepada David sedang berlari.
"Ada urusan!' sahut David dari kejauhan.
David mengejar tiga lelaki tersebut, namun sayangnya tiga lelaki tersebut tidak terlihat. Dia pun berlari mencari tiga lelaki tersebut. Sekian lama mencari, akhirnya dia menemukan tiga lelaki tersebut di dalam gang buntu di balik tempat sampah. Kemudian, dia meraih sebuah tongkat besi tergeletak di samping tempat sampah besar berwarna hijau. Perlahan dia pun mengendap-endap, mendekati mereka bertiga sambil memegang tongkat besi di kedua tangannya.
Bruk!
Sebuah pukulan keras, berhasil mengenai kepala lelaki bertopi hingga tersungkur. Sebelum teman di sampingnya menoleh, David sekali lagi memukul kepalanya hingga tak sadarkan diri. Betapa terkejutnya David, melihat lelaki itu memiliki taring panjang hendak menggigit gadis tersebut. Tubuh gadis itu setengah telanjang menatap lelaki tersebut dengan penuh ketakutan.
"Rasakan ini bajingan!" ujar David sambil mengarahkan pukulan pada lelaki itu.
Dengan mudahnya, lelaki tersebut dapat menangkapnya dengan satu tangan. Lalu dia pun berkata,"Pukulan lemah seperti itu, tidak akan melukaiku!" sambil memegang tongkat besi.
"Benarkah?" ujarnya meledek lelaki itu.
David pun menukik dan melakukan tendangan memutar, hingga mengenai kepala lelaki itu hingga terpental menghantam tembok. Kemudian, dia menggenggam tangan gadis itu sialnya kedua tangan David terkunci oleh dua lelaki di belakang. Rupanya, kedua lelaki yang tersungkur kembali bangkit. Kini, dia dan gadis itu benar-benar dalam bahaya.
"Dua tikus sudah tertangkap, saatnya kita berpesta," ucap lelaki mengenakan kupluk.
"Aku akan hisap darah mereka sampai habis. Ha.ha.ha!"
"Sial!" ucap David memandang kedua lelaki memegang tangannya.
Tiba-tiba, sebuah peluru mengenai kepala kedua laki-laki tersebut secara bergantian. Tubuh lelaki mengenakan masker hitam, terpental ke dinding dan berubah menjadi abu yang terbakar. Sebuah sinar lampu yang sangat terang, mengenai wajah lelaki hendak menggigit leher gadis itu. Wajahnya terbakar, lelaki itu merintih kesakitan. David dan gadis itu, hanya terdiam menyaksikan kejadian aneh sedang berlangsung.
Tanpa pikir panjang, dia menarik tangan gadis masih setengah telanjang dan membawa keluar gang. Setelah itu dia membawanya, masuk ke dalam mobilnya.
"Terima kasih sudah menolongku," ujar gadis itu.
"Tidak perlu berterima kasih manis, sesama manusia harus saling tolong menolong. Sekarang, pakai dan rapihkan bajumu."
Namun, gadis itu tidak membenarkan bajunya. Dia hanya terdiam dan terus membuka bajunya membuat naluri lelaki pada dirinya mulai menggebu-gebu.
"Hei, kau baik dan tampan. Apa kau tidak ingin melakukan hal itu denganku?" goda gadis itu sembari mulai meraba-raba tubuh David.
"Manis, apa pacarmu tidak marah jika aku melakukan hal ini kepadamu?"
"Pacar? Aku tidak punya dan kami baru saja putus. Ayolah, tidak perlu ditahan. Pasti kamu butuh kehangatan dariku bukan?" goda gadis itu, sambil merangsang tubuh David dengan kedua tangannya.
"Maaf manis aku tidak bisa," tolak David sambil memegang tangannya.
"Kenapa? Apa aku kurang seksi?"
"Bukan begitu manis, tubuhmu sangat seksi dan ingin sekali bermain ranjang denganmu. Tapi aku sudah memiliki pacar. Jika kau ingin berterima kasih, cukup berikan aku sepuluh dolar atau kau pulang dengan selamat," ujarnya kepada gadis itu.
"Baiklah kalau begitu, ambillah," timbal gadis itu sambil memberikan David sepuluh dolar. "Sekali lagi, terima kasih sudah menolongku. Tapi, apakah kita bisa bertemu kembali?"
"Entahlah, jika takdir berkehendak mungkin kita akan bertemu kembali."
"Pembohong amatir, padahal kamu belum punya pacar," sambil keluar dari mobil lalu berjalan meninggalkan David di dalam mobil.
"Hei, bagaimana kau tau?!" sahut David sambil menoleh ke belakang.
"Ha.ha.ha, hanya tebakanku saja!" timbal gadis itu.
Gadis itu berjalan menelusuri jalan terotoar seorang diri. Sedangkan David, berjalan ke Supermarket untuk kembali melakukan pekerjaannya sebelum mendapatkan teguran dari Sang Manajer.