Seorang lelaki mengenakan jas putih dan celana bahan hitam, fokus menatap monitor hologram. Jari-jarinya sibuk menekan tombol keyboard hologram. Lelaki itu memiliki rambut putih, bermata hijau memiliki kulit agak keriput dan mengenakan kacamata. Beliau bernama Hornes Van Hensi. Orang-orang terdekatnya, sering memanggilnya Profesor Hornes. Di usianya yang baru menginjak dua ratus tahun, dia harus bekerja di bawah perintah ketua klan serigala bernama Darka.
Suasana laboratorium bawah tanah, yang cukup sunyi. Beliau hanya ditemani oleh seekor kucing persia berwarna putih dan suara mesin laboratorium. Kedua lelaki bertubuh kekar, mengenakan baju armor dan memegang senapan berjaga di depan laboratorium bawah tanah Washington, D.C. Di balik kaca, terdapat sebuah ruangan uji coba, dipenuhi oleh tulang belulang dan noda darah.
Kemudian, seorang lelaki mengenakan jas hitam, berambut hitam, kulit putih dan berbadan kekar berjalan di lorong bawah tanah. Brewoknya yang tebal, sorot mata kuningnya membuat sosoknya terlihat berwibawa sekaligus menyeramkan. Sesampainya di depan laboratorium, kedua penjaga langsung membukakan pintu. Dia melihat, Profesor Hornes mengelus kucingnya sambil menatap layar hologram.
"Meong," suara kucing yang menggemaskan.
"Sudah seratus tahun lebih aku hidup, sebentar lagi aku akan pensiun. Setelah mimpi buruk ini, ayo kita keluar dari sini dan menikmati masa pensiun kita dengan tenang," ujarnya sambil mengelus kucing kesayangannya.
"Profesor Hornes, bagaimana dengan serumnya? Apa berhasil?"
"Ha.ha.ha, serum itu telah berhasil kuciptakan. Tuanku, tinggal menyuntikkannya saja kepada manusia. Setelah menyuntikkannya, tubuh manusia itu terbakar dan berubah menjadi kepompong. Lalu, kepompong itu akan menetas dan terlahir kembali menjadi manusia serigala. Fisik mereka sedikit berubah dan ingatan pribadinya telah menghilang. Dengan DNA anda, seluruh manusia serigala akan patuh pada perintah anda," jelas Sang Profesor.
"Kerja bagus, alau begitu kita harus mengujinya,"timbal Sang Ketua Serigala. "Penjaga, bawa masuk manusia di dalam sel ke dalam ruang uji coba!" perintah Darka kepada kedua penjaga di balik pintu.
Mendengar perintah dari Sang Ketua Serigala, kedua penjaga langsung berlari menuju ruang tahanan. Ruang tahanan tersebut, berada tak jauh dari laboratorium. Kemudian, kedua penjaga itu menyeret seorang pria berkulit gelap ke dalam ruang uji coba. Kedua tangan dan kakinya, terikat oleh rantai pada sebuah kursi terbuat dari besi.
"Lepaskan aku bajingan!" teriak lelaki itu kepada mereka berdua.
"Berisik manusia rendahan! Berbahagialah, sebentar lagi status manusiamu akan menghilang," bisiknya membuat lelaki itu ketakutan.
Profesor, menyuntikan sebuah serum berwarna hitam ke dalam tubuhnya. Perlahan, tubuhnya mulai mengeluarkan asap. Suhu tubuhnya meningkat, dia pun kepanasan seperti terbakar.
"Ahh!" menjerit kesakitan.
Cairan hitam keluar dari pori-pori kulitnya. Seketika, tubuhya mulai terbakar dan kulitnya mengeras seperti batu. Kini, dia telah berubah sepenuhnya menjadi kepompong. Tiga menit kemudian, kepompong itu mulai menetas lalu munculah sosok manusia serigala berbulu hitam. Makhluk itu meraung, membuat tanah dan jendela sempat berguncang.
Makhluk itu melompat dan berdiri tegak dihadapan mereka berdua. Perlahan, wujudnya mulai berubah dan kembali menjadi sosok lelaki berkulit gelap. Kemudian lelaki itu terdiam menatap mereka berdua dengan kebingungan.
"Apakah kau tuanku?" tanya lelaki itu.
"Benar, akulah tuanmu!"
Mendengar hal itu, dia pun langsung berlutut di hadapan Darka. Dengan begitu, percobaan Profesor telah berhasil. Setelah itu, Profesor dan Darka kembali ke ruang pribadi Profesor Hornes. Sedangkan lelaki itu, dibawa oleh dua penjaga menuju ruangan pelatihan. Sesampainya di ruang pribadi Profesor, mereka berdua duduk berhadapan.
"Tuanku, pekerjaanku telah selesai. Apa tuan ingat dengan perjanjiannya?"
"Masa pensiun? Tentu saja, aku akan menjanjikannya Hornes. Silahkan, jika kau ingin meninggalkan Laboratorium ini. Tapi ingat, jangan pernah kau bocorkan rencanaku kepada siapa pun!"
"Tentu saja tuanku, aku tidak akan membocorkannya."
"Ini, lima ratus ribu dolar. Nikmatilah masa pensiunmu," ujarnya meletakkan sebuah amplop coklat berisi uang.
Darka pun berdiri lalu meninggalkan ruangan. Profesor mulai mengemasi barang-barangnya. Dokumen dan data penting, telah dia masukkan ke dalam koper. Baju dan barang pribadinya, dia masukkan ke dalam tas gendong berwarna merah. Selesai berkemas dia merangkak masuk ke dalam meja kerjanya. Beliau, mengotak-atik sebuah kode puzzle di bawah meja. Setelah berhasil menyatukannya, sebuah ruang kecil terbuka. Di dalam ruang kecil tersebut terdapat botol menyimpan cairan serum berwarna putih.
Selesai dengan urusannya, beliau berjalan keluar ruangan. Kedua penjaga, bediri tegak lalu mengawalnya berjalan menelusuri lorong. Profesor Hornes, berjalan santai sambil memegang kucing kesayangannya. Tangan kanannya, tidak berhenti mengelus-elus kepala kucing kesayangannya.
Door!
Sebuah tembakkan mengenai punggungnya. Peluru perak, bersarang di dalam tubuh Sang Profesor. Beliau pun tergeletak di lorong, darah hitam mengucur dengan derasnya. Perlahan, kesadarannya mulai menghilang. Sebelum dia terpejam, dia sempat melihat kucing kesayangannya melarikan diri. Kemudian kedua anak buahnya, berjalan mendekat. Mereka berdua, memastikan kematian Sang Profesor.
Raut wajahnya yang pucat dan tak bernafas. Darah hitam, terus mengucur dengan derasnya. Sudah dipastikan Profesor telah tewas. Kemudian, kedua anak buahnya memasukkan jasad Profesor ke dalam kantong mayat. Setelah itu, jasadnya di dari kilometer dua puluh satu berjarak 100 m dari Washington State University. Jasadnya di sembunyikan balik jerami, lengkap dengan baju dan tas miliknya.