Sebagai pemilik kekuatan Serigala Putih, dia tidak tau apa yang harus dirinya lakukan. Profesor Hornes dan Clara, juga terdiam memandang David yang sedang kebingungan.
"Jadi apa yang akan kamu lakukan?" tanya Clara.
"Aku tidak tau."
"Bagaimana, kau bikin organisasi saja seperti yang kamu katakan ketika di rumah Alfred?"
"Organisasi?" tanya Profesor Hornes.
"David bilang, dia ingin membangun sebuah organisasi penumpas kejahatan dibalik layar. Seperti pekerjaan superhero dalam film dan komik-komik," jawab Clara.
"Hei! Soal itu aku hanya bercanda. Lagi pula, siapa yang ingin menjadi pahlawan tanpa adanya bayaran? Setelah apa yang dilakukan olehnya, orang-orang akan melupakan jasanya . Aku tidak mau," timbal David.
"Tapi David, siapa yang akan menghentikan invasi Klan Serigala ke Benua Amerika?" tanya Profesor.
Mendengar hal itu, kepala David terasa pusing dan bimbang. Kemudian, dia pun pamit untuk masuk ke dalam kamarnya untuk menenangkan diri. Profesor pun terdiam sejenak, beliau mempersilahkan David dan Clara kembali ke rumah untuk memikirkan semuanya. David dan Clara berjalan keluar dan masuk ke dalam rumah. Badai salju sudah mulai mereda, tumpukan salju membuat hampir setara dengan tinggi mobil David dan BMW 320i Sport biru milik Clara.
Pemuda itu, mulai menyalakan penghangat ruangan di ruang tengah. Meja dan sofa, David pindahkan ke ruang tamu lalu dia berbaring di atas lantai, sambil menikmati suhu hangat.
Clara pun ikut berbaring di samping David. Televisi menyala, berita di televisi lagi gencar-gencarnya meliput kasus penculikan. Tidak hanya itu, kasus pembunuhan turut dari perhatiannya. Beberapa korban, mengalami amoniak dan bahkan tidak memiliki darah satu tetes pun. Kasus paling menarik perhatian mereka berdua yaitu, kasus perampokan dan misteri hilangnya seluruh anggota keluarga di sebuah rumah mewah pinggiran kota New York. Polisi kesulitan, memecahkan kasus karena kurangnya petunjuk mengarah pada para pelaku.
Hanya ada dua belas patung batu, memiliki raut wajah dan bentuk mirip seperti seluruh anggota keluarga yang hilang. Polisi, hanya melihat lima orang lelaki bertopeng membawa senjata. Dan seorang wanita mengenakan masker dan kacamata,kain putih penutup rambut seperti biarawati berjalan membawa sebuah tas punggung berwarna hitam. Dua jam kemudian, komplotan tersebut pergi membawa hasil rampok ke dalam tas dan karung goni.
"Tidak kusangka ada Medusa di Kota New York. Terlebih lagi, dia terlibat kasus perampokan. Para aparat akan kerepotan menghadapinya."
"Medusa?" tanya David.
"Hmm..., Medusa merupakan makhluk Mitologi asal Yunani berwujud manusia dan tubuh serta rambutnya setengah ular. Banyak versi, menceritakan kisah mereka. Namun yang aku tau, Medusa merupakan anak dari Keto dan Phorkys, dewa laut purba. Pancaran sinar pada matanya, sangat mengerikan. Sekali lihat, tubuhmu perlahan menjadi batu. Klan Medusa, merupakan salah satu Klan langka paling berbahaya. Mungkin saja, jumlah mereka sudah mencapai seratus ribu lebih. Terakhir kali kulihat, mereka bisa mengubah tubuh mereka menjadi sepasang kaki dan rambut manusia," jelas Clara kekasihnya.
"Kukira di Dunia ini hanya ada Vampire dan Wereworlf."
"Dunia ini sangat luas, kita masih tidak tau misteri yang ada di ujung Dunia ini," balas Clara sambil menatap David.
Tidak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul tengah malam. Badai salju sudah berakhir, sinar bulan mulai bersinar terang menerangi kegelapan malam. Suara mobil mulai tidak terdengar. David dan Clara, berjalan masuk ke dalam kamarnya masing-masing. Kini, David berbaring di atas kasur seorang diri. Lolongan serigala mulai terdengar, David merangkak menuju jendela. Perlahan hordeng jendela kamar mulai terbuka.
Betapa terkejutnya David, melihat sosok manusia serigala berbulu abu tua. Sorot matanya kuning menyala, mengenakan celana hitam, menggigit seekor babi sambil menatap David di balik jendela. Babi hitam yang sudah mati, serigala itu letakkan babi itu di atas tumpukan salju. Perlahan, sosok itu berubah menjadi lelaki tua. Lelaki itu tak lain adalah Profesor Hornes. Beliau tersenyum, menunjukkan sepasang taring yang tajam.
Kemudian dia membawa babi itu, memutar dan berjalan ke arah belakang rumahnya. Kini David, telah mengetahui kebiasaan Profesor Hornes ketika di malam hari. Setelah itu, David merangkak ke tempat tidurnya. Perlahan kedua mata David terpejam dan akhirnya dia pun tertidur. Tubuhnya, terasa ringan seperti kapas melintasi lorong hingga alam mimpi.
Dia melihat gadis berambut piran yang pernah dia tolong, tidur di samping David. Sepasang mata biru bagaikan samudra, menatap David dengan senyumannya yang menggoda. Tubuhnya yang aduhai, hanya mengenakan dalaman tipis membuat siapa pun menelan ludah.
"David sayang, ayo kita bersenang-senang. Aku berjanji akan membuatmu merasa puas," goda gadis itu sambil merangkak dan menindih tubuh David.
Kedua mata David tak berkedip, ketika memandang gadis itu. Perlahan wajah mereka saling mendekat, mereka mulai saling bercumbu di bawah sinar bulan. Kasur mulai berguncang, keringat mereka berdua mulai berkeringat. Kedua tangan David, mahir memainkan tubuhnya layaknya seorang gitaris yang mahir memainkan gitarnya. Erangan nikmat, bagaikan suara orkestra acara perayaan tahun baru. Pergulatan sepasang lidah, di bawah cahaya sinar rembulan membuat ranjang semakin basah. Begitulah yang terjadi di dalam mimpinya.
Pagi telah tiba, David pun terbangun dari tidurnya. Dia melihat, gadis berambut pirang bergoyang di atas tubuhnya. Mulutnya terbuka, lidahnya mejulur sembari mendongak ke atas. Pemuda itu berpikir, bahwa dirinya masih berada di alam mimpi. Kemudian dia langsung membalikkan tubuhnya dan meneruskan permainan. Daun pintu kamarnya mulai terbuka, Clara pun masuk ke kamar. Dia melihat, David sedang bercumbu dengan wanita lain.
Kedua tangannya terlipat, melotot ke arah David dengan cemburu dan amarah. Insting serigala David menangkap adanya bahaya. Dia menoleh ke arah pintu kamarnya. Clara berdiri tegap, melototi David dengan cemburu. Sedangkan gadis itu, terus bergerak tanpa memperdulikan mereka berdua.
"David!" ucap Clara dengan lantang.
Pertempuran pun berakhir, Clara keluar dengan sangat kesal. Sedangkan David dan gadis itu, sibuk mengenakan baju. Setelah itu, mereka semua berkumpul di ruang tamu. David dan gadis itu, duduk sambil menunduk menghadap Clara yang sedang melototi mereka berdua.
"David, tidak aku sangka kau melakukan hal itu selain denganku. Jujur, aku baru pertama kali melakukan hal itu. Jadi, maaf jika tidak bisa memuaskanmu sayang. Setidaknya, katakanlah David jika ada yang kurang sehingga tidak memuaskanmu. Jangan bermain dengan gadis lain!"
"Maaf menyela, namaku Stela Morhen. David tidak mengajakku melakukan hal itu. Tapi, akulah yang memulainya terlebih dahulu. Diam-diam, aku masuk ke dalam kamar David," kata gadis berambut kuning menyela pembicaraan.
"Kenapa kau melakukan hal itu? Apa segitunya kau ingin bermain denganku?" tanya David.
"Iya David, tapi bukan hanya itu. Aku ini succubus. Jadi aku harus melakukan hal itu untuk bertahan hidup. Sekaligus, aku ingin berterima kasih karena telah menyelamatkan keluargaku," jawab Stela.
Seketika suasana menjadi hening, Clara terdiam melipat kedua tangannya sambil tertunduk. Begitu juga dengan David dan Stela, sempat saling berpandangan dengan raut wajah bersalah. Kemudian, Clara menatap David dengan sorot mata coklatnya yang tajam. Keseriusan terukir pada wajahnya, membuat David pasrah dengan apa yang akan terjadi.
"Sayang, jika hal itu terjadi lagi!" ucapnya dengan serius sambil melototi kekasihnya."Setidaknya ajaklah aku," sambil memalingkan wajah dengan malu-malu.
"Kalau begitu, ayo kita main lagi!" seru Stela sambil menarik tangan mereka berdua.
"Hei, Sudahlah! Aku akan membuat sarapan, kalian tunggu saja di situ!" melepas pegangan tangan Stela dan berjalan ke dapur.
David mempercepat langkahnya menuju dapur, meninggalkan mereka berdua di ruang tamu. Kemudian David, membuat mie instan goreng sebagai menu sarapan pagi. Tidak berselang lama, Clara pun datang lalu membuatkan jus jeruk hangat untuk mereka berdua. Lima belas menit telah berlalu, Clara dan David datang menghampiri Stela sambil membawa minim dan sarapan pagi.
"Ayo sarapan," ajak David sambil meletakkan minum dan sarapan pagi.
Mereka berdua, mulai menikmati sarapan pagi. Sedangkan Clara, memegang sebuah kantong plastik berisi darah. Stela bertanya, di mana Clara mendapatkan darah tersebut. Dia pun menjawab, bahwa dia membelinya pada seorang kenalan di rumah sakit. Sebab,
minggu ini Clara harus meminum sekantong darah. Dua buah selang, dia sambungkan pada kantong darah lalu dia pasangkan pada kedua taringnya. David dan Stela terdiam, melihat hal yang tidak biasa mereka berdua lihat. Darah, mulai mengalir menuju dua taringnya yang tajam lalu dia terus menghisapnya hingga habis.
"Maaf, sudah mengikuti dan masuk ke dalam rumah tanpa izin."
"Tidak masalah, setidaknya kamu sudah minta maaf bagiku sudah cukup. Benarkan sayang?"
"Iya sayang," jawab David sambil tersenyum.
"Maaf, aku menguping pembicaraan kalian bertiga. Kudengar, kalian berencana membuat organisasi?"
"Ah, soal itu kami ingin membuatnya," jawab David.
"Jadi kamu serius?!" tanya Clara untuk memastikan.
"Iya, makanya aku sempat menghubungi Alfred untuk datang kemari," balasnya sambil menunjukkan layar ponselnya sedang menghubungi nomer Alfred.
Alfred menerima panggilannya, David memintanya untuk datang ke rumah. Mendengar hal itu, dia sangat senang dan dia pun berkata bahwa dirinya akan datang secepat mungkin. Dia pun mengakhiri panggilan, David langsung meletakkan ponselnya di atas meja.
Dua jam telah berlalu, sebuah mobil Avanza berhenti di depan rumah. Seorang lelaki tua, mengambil sebuah papan. Beliau membukakan pintu dan mempersilahkan Alfred untuk duduk. Pemuda itu langsung berjalan mendekat lalu mendorong kursi roda dan membawa Alfred masuk ke dalam. Kini, mereka semua berkumpul di ruang tamu.
"Dunia sedang di selimuti kegelapan dan ancaman. Aku berencana untuk membuat Asosiasi. Tapi..." kata David.
"Tapi?" ucap mereka bertiga.
"Berbayar."
"Hmm...."
"Sambil menyerang minum air bukan? Tapi bukan itu tujuannya. Para Klan Serigala, membuat sebuah serum untuk mengubah manusia menjadi Werewolf. Aku ingin menghentikan mereka. Maka dari itu, pinjamkan aku kekuatan kalian semua," ujarnya dengan bersungguh-sungguh.
"Menarik, aku akan ikut!" seru Alfred.
"Aku ikut," kata Clara.
"Aku juga!" sambung Stela.
"Jadi, kau akan memberi nama apa untuk asosiasi kita?" tanya Clara lalu David menjawab, "Dark Killer."