Green Bank, Pocahontas Country, Virgia Barat, Amerika Serikat.
"Karena dia adalah tamu dari Nona Daeva, maka dia merupakan tanggung jawabku, Tuan." Pria tua itu membungkuk dengan ringan. Sejenak memaku dalam posisinya. Lalu, kembali berdiri. Menatap tamu yang datang secara tiba-tiba ini.
Dia tahu siapa yang sedang berdiri di depannya sekarang. Itu adalah Mr. Halmet Stewart, pria yang memimpin perusahaan Big Data terbesar di Washington DC. Lebih tepatnya, dia adalah pewaris setelah ayahnya meninggal beberapa bulan yang lalu.
"Anda tidak perlu khawatir, Tuan. Kami akan menjaga Mr. Delwyn Stewart dan membantunya untuk bangun lagi."
Pria itu menghela nafasnya. "Kau tahu apa itu Hipersensitivitas elektromagnetik?" Dia mulai menggurui. Sedangkan pria yang ada di depannya hanya diam, mengangguk. Hidupnya tidak diajari untuk membentak apalagi menyakiti manusia. Daeva tidak 'memprogram' dirinya untuk melakukan itu. Dia adalah pelayan yang baik hati. Pak tua tanpa nama, Mr. unknown.
"Bagaimana kah menyembuhkan Delwyn jika ruangan ini penuh dengan medan listrik? Ini tidak ada bedanya saat dia berada di Washington DC!" Dia marah. Seakan takut kalau putranya lebih parah dari sebelumnya. "Dia pergi dari Green Bank dan pulang ke Washington DC dengan dalil bahwa dia sudah sembuh dari penyakitnya. Namun, aku baru saja melihatnya berlaku seperti orang gila!" Semakin meninggikan nada bicaranya. Tak mampu menahan emosi sekarang.
"Di mana Daeva, di mana bosmu, huh?" Mr. Halmet menatap dengan penuh keseriusan, tentu saja api berkobar di dalam matanya. Ingin memarahi sejadi. "Aku ingin bicara dengan dia! Jadi panggilkan dia!"
"Sudah aku katakan, Nona Daeva sedang tidak berada di sini, Sir. Dia sedang bertugas di luar." Dusta! Namun, tidak mungkin dirinya memberi tahu pada Mr. Halmet bahwa bosnya, Daeva Desdemonav sedang terbaring lemah di puncak bangunan. Tubuhnya dingin dan pucat seperti mayat hidup. Itu hanya akan membuat kecurigaan semakin besar saja.
"Dia bisa melakukan sihir. Maka suruh dia datang dengan menggunakan sihirnya! Sekarang!"
"Kenapa berteriak-teriak di dalam bangunan ini?" Suara wanita lembut menyela. Keluar dari lorong panjang yang sedikit gelap.
Mr. Halmet menoleh. Ini dia! Wajahnya masih tidak asing, sama persis dengan wanita asing yang membuatnya terkejut kala itu. Daeva Desdemonav.
"Nona ...." Pak tua di sisi meja panjang, tempat pendaftaran penginapan, memandangi dengan tidak percaya. Dia yakin kalau dirinya mendapat kabar bahwa Daeva dalam keadaan 'kritis' sekarang. Seharusnya dia tidak berada di sini.
"Daeva Desdemonav!" Pria itu bangkit dari tempat duduknya. Berjalan mendekati wanita yang berdiri sembari melipat tangannya ke belakang. "Apa yang kau lakukan pada putraku, huh?" tanyanya kemudian. Kalimat itu diakhiri dengan senyum yang aneh.
"Aku tidak butuh sihir yang tidak abadi! Kau mempermainkan Delwyn dan perusahaan yang berdiri atas namanya sekarang!" Dia marah besar. Menunjuk wanita yang ada di depannya.
Namun, Daeva masih tenang. Berusaha untuk menguasai keadaan.
Aroma bunga yang asing, tidak seperti aroma tubuh Daeva. Pak tua yang ada di sisinya tersadar akan satu hal. Yang berdiri di sisinya sekarang, di depan Mr. Halmet bukan Daeva Desdemonav. Melainkan orang lain.
"Aku tidak mempermainkan siapapun, Mr. Halmet." Dia tersenyum manis. "Aku menyembuhkan putramu. Membuatnya terbiasa dengan keadaan yang ada. Hanya itu."
Halmet menghela nafasnya panjang. Mengalihkan pandangan matanya sejenak. "Kau pikir aku percaya dengan sihirmu? Itu tidak bisa menyembuhkan putraku! Nyatanya dia—" Ucapannya terhenti tatkala tiba-tiba saja wania yang ada di depannya mengangkat jari dan menjentikkan sekali. Jentikan jari itu membuat badai datang seakan melahap mereka.
Dalam sepersekian detik, mereka ditelan oleh cahaya yang sekelebat datang dan menelan mereka. Sepersekian detik, kesadaran hilang begitu saja.
"Nona Daeva!" Pak tua di sisinya terkejut. "Anda menghilangkan mereka?" tanyanya.
Daeva menatap pak tua di sisinya. Tersenyum." Aku mengirim mereka pulang ke rumah. Mereka terlalu berisik. Aku tidak tahan itu," ungkapnya berterus terang. Menepuk kasar pundak pria di sisinya.
Jelas-jelas itu bukan kebiasaan Daeva Desdemonav.
"Kau bukan Daeva!" Pak tua itu menyela langkahnya. Orang yang baru saja pergi kembali menatap dirinya.
"Lalu siapa?"
"H--hank?"
... To be continued ...