Hanya Hank yang merupakan bagian dari dunia iblis, tetapi mau menyentuh makanan manusia. Dia bahkan menyeruput teh yang ada di depannya. Disajikan awalnya hanya untuk berbasa-basi. Formalitas saja. Namun, dia benar-benar menyeruput itu. Sampai habis dalam sekali teguk saja. Mirip unta yang sudah tidak minum selama bertahun-tahun.
"Aku lebih suka kopi ketimbang teh sebenarnya. Namun, aku menghargai usahamu, Mr. Unknown." Dia tersenyum. Meletakkan cangkir kosong di atas meja.
"Hank," panggil pak tua itu dengan suara yang sedikit serak. Dia menatap Hank dengan penuh kekhawatiran. "Kau mempelajari mantra itu?" tanyanya lagi. Mengulang. Hank selalu saja mangkir untuk menjawabnya. Soalnya jauh lebih sulit ketimbang saat manusia melewati gerbang perbatasan.
"Hans yang mengajariku." Dia akhirnya mau menjawab. Sekarang tak punya lagi alasan untuk tidak menggubris kalimatnya. "Katanya itu akan berguna sesekali. Jadi kami mempelajarinya. Lagian, kami bisa berubah menjadi angsa yang cantik. Apa bedanya?" Hank menaikkan kedua sisi bahunya. Dia santai, tenang seakan tidak sedang melakukan kesalahan apapun sekarang ini.
"Itu berbahaya, Hank." Lawan bicaranya sudah lama tinggal di dunia mereka. Dia tahu banyak aturan, meskipun awalnya dia hanyalah arwah yang punya keajaiban untuk mengabdi pada Daeva Desdemonav. Namun, usianya tak bisa dibilang muda.
Sedangkan Hank dan Hans? Mereka adalah penjaga gerbang generasi ke delapan. Ilmunya belum benar-benar matang.
"Namun itu baru saja menyelamatkan dirimu dari orang menyebalkan tadi. Jika aku tidak datang, maka dia akan terus mendesak masuk. Itu jauh lebih berbahaya."
Mr. Unknown menghela nafasnya.
"Kau juga harus segera pensiun, Sir. Kau sudah lama mengabdi di dunia ini. Saatnya menjadi abu dan hidup tenang di sana," kata Hank sembari menunjuk ke atas. Bukan atap, melainkan langit lepas di atas cakrawala. Tempat surga berada.
Mr. Unknown menganggukkan kepala. "Aku akan pensiun setelah menemukan namaku. Aku harus mencari dimana aku dimakamkan dengan mencocokan itu dengan nama yang aku temukan." Dia menoleh pada Hank. "Itulah misinya, Hank."
Hank manggut-manggut. "Aku sudah pernah mendengar itu dari Hans. Dia bersahabat dengan Sang Agung Loralei."
Selepas kalimat itu dilontarkan, kini tak ada yang berbicara diantara keduanya. Mendapat kunjungan dari salah satu angsa cantik penjaga gerbang perbatasan manusia dengan dunia arah, seperti layaknya mendapat ribuan lilin terang yang dapat menerangi lorong gelap yang panjang dan menyeramkan. Kedatangan Hank ataupun Hans sulit diprediksi sebuah tugas mereka tidak pernah habis.
"Aku datang ke sini karena mendengar kabar bahwa Daeva sedang sakit. Padahal kita berjanji untuk bertemu di perbatasan, mencari abu Maris yang hilang. Namun, dia tidak pernah datang sejak saat itu. Hingga aku mendengar kabar ini," ucap Hank, menjelaskan maksud kedatangannya yang tiba-tiba. "Aku ingin menginap dan merawatnya sebab aku butuh Daeva secepatnya. Namun, aku tidak bisa. Hans perlu ditemani. Belakangan ini banyak manusia yang datang."
Mr. Unknown mengangguk-angguk. Paham.
"Mr. Altezza bilang bahwa Cyrus menyentuh dada Daeva, tepat di mana Maris meninggalkan sisiknya. Itu sangat berbahaya." Hank meneruskan. Dia menggurui pria yang ada di depannya.
"Kau bisa menemui arwah Daeva bukan? Kau bisa tanyakan padanya tentang ....."
Hank menggelengkan kepalanya. "Gerbang perbatasan adalah tempat manusia datang sebelum surga atau neraka memanggilnya. Itu hanya untuk mereka yang disebut sebagai manusia."
"Daeva tidak termasuk?"
"Begitu juga dengan dirimu, Mr. Unknown." Hank menyahut dengan mantap. "Jadi, kita tidak bisa menemui Daeva sekarang. Arwahnya tidak berada di lembah sweetmeat atau gerbang perbatasan." Hank menggelengkan kepalanya. "Tidak ada yang tahu dimana Daeva berisitirahat sekarang. Itu tergantung keinginannya sendiri."
Pria itu menghela nafasnya lagi. Seakan menyerah. "Jadi, kita hanya perlu menunggu dia sandar sendiri? Decurion pun tidak muncul sampai sekarang. Seperti semuanya meninggal Daeva dalam sekejap mata."
Hank tersenyum tipis. "Aku akan mencoba membantu dengan caraku. Untuk sekarang, kalian hanya perlu mengawasi Daeva. Jika terjadi sesuatu, tolong panggil aku. Aku akan datang."
Mr. Unknown mengangguk. "Tentu, Hank. Kami mengandalkan dirimu."
... Bersambung ....