"Hilmi! Udah atuh kasian Rayan. Jangan dimarahin terus!" Nadia ikut ke dalam urusan keluarga Rayan.
"Dia udah keterlaluan teh! Buat orang tua panik terus," jawab Hilmi.
Rayan hanya terdiam dalam pelukan sang ibu. Dina bersyukur Rayan pulang dalam keadaan hidup.
"Ay, ceritalah! Kenapa kamu sama si Rayan bisa ketemu?"
Cindy mengirimi pesan ke Ayarra. Ia ingin mengetahui mengapa sepupu dan sahabatnya itu bisa bertemu.
"Rayan lapar ya? Mamah masakin makanannya," tawar Dina dengan wajah yang pucat pasi.
"Din, kamu diem aja ya. Kamu lagi gak sehat gitu. Biar kakak aja yang masak buat Rayan," titah Nadia.
"Makasih ya, Kak," ujar Dina.
Nadia meminta Cindy untuk membantunya memasak. Cindy pun lekas menuruti perintah ibunya.
"Cin, kok si Rayan sama si Ayarra teh bisa barengan ya datangnya?" tanya Nadia membuka obrolan dengan Cindy.
Cindy menggeleng dan mengangkat bahu. Cindy memilih untuk tidak mengatakan apa pun.
"Rayan, mau motor? Nanti Mamah beliin ya,"
"Halah! Jangan terlalu dimanjalah ini anak. Makin menjadi nanti," Hilmi pergi dengan mobilnya tanpa pamit.
Rayan merasa bersalah karena telah membuat Dina sedih dan kurang sehat. Hati Rayan benar-benar tidak baik-baik saja. Kekasih yang dicintai pergi meninggalkannya begitu saja. Ayahnya, sangat ringan tangan terhadap Rayan.
"Mah, Om Hilmi pulang kok gak pamit sama Mamah?" tanya Cindy.
"Mungkin, cuman mau ke depan beli rokok."
Nadia memanggil Rayan dan Dina untuk makan bersama. Mereka pun, makan dengan tenang.
"Rayan, tadi habis dari mana?" tanya Dina.
"Main ke rumah Gilang aja Kok," balas Rayan.
Dina menghubungi kedua kakak Rayan untuk memberitahukan bahwa Rayan telah sampai dengan selamat.
"Rayan udah pulang. Jangan khawatir."
"Kak, udah baca sms dari Mamah belum?" tanya Dinda.
"Belom tuh. Emang ada apa?" tanya Amel.
"Rayan udah pulang, Kak," terang Dinda.
"Oh." Amel hanya merespon dengan singkat. Ia kembali mengetik pesan untuk kekasihnya.
"Kak, Dina kayanya mau memperpanjang waktu di sini. Dina mau jagain Rayan," imbuh Dina.
"Mau selamanya tinggal di sini juga boleh, Din," jawab Nadia. Nadia memeluk Dina. Ia sangat memahami bagaimana perasaan seorang ibu.
Menyambut hari senin, para murid sibuk dengan tugasnya masing-masing. Ayarra dipilih untuk menjadi pembaca teks janji siswa, berlatih di dalam kelas.
"Kok lucu ya?"
Rayan memperhatikan gerak-gerik Ayarra di sudut ruangan. Beberapa detik kemudian, Rayan tersadar. Batinnya berbicara, "Ih, lucu darimana coba?"
"Aduh Buk! Aku sakit. Gak bisa ikut upacara nih," keluh Rania sambil memegang perut. Ia hanya berpura-pura sakit untuk tidak mengikuti upacara.
"Yaudah sana ke UKS!"
Di hari senin, banyak beberapa murid yang berpura-pura sakit untuk menghindari upacara.
"Eh! Kalian cuman pura-pura sakit kan?" tanya Rania kepada Vani dan Lili.
"Emang kita doang yang pura-pura. Kamu juga pasti pura-pura kan?" tandas Lili.
"Eh, kalian berdua. Bisa diem gak sih? Berisik tau! Nanti kalo Buk Anisa ke sini, ketauan." Boby meminta agar para siswi tidak mengatakan sesuatu yang akan menyebabkan mereka semua terkena hukuman.
"Cowok yang di sana itu siapa?" tunjuk Karin saat Rayan berbaris.
"Oh, itu si Rayan. Dia murid pindahan dari Jakarta. Kalo sekolah tuh sekolah jangan bolos. Jadi gak tau kan ada murid baru," tutur Beni.
"Pada gak sekolah sih," tambah Boby.
"Cakep banget. Aku nyesel malah ada di sini."
Rania mengusap kaca. Ia ingin lebih dekat lagi untuk melihat Rayan.
"Mau kenalan, ah," pikir Rania.
Boby dan Andri terbahak mendengar keinginan Rania. Andri menganjurkan, "Mending gak usah deh! Daripada sakit hati sama malu."
"Emangnya kenapa?" tanya Rania.
"Kemaren, waktu si Rayan pertama pindah ke kelas 11C, si Caca dengan pdnya, nyodorin tangan ke si Rayan, tapi sama si Rayan malah di pukul gitu. Gak kenceng sih. Cuman ya malu aja gitu," ungkap Andri.
"Chaca yang cantik itu?" tanya Rania.
"Iya, yang nolak si Boby," ledek Beni.
"Udahlah jangan dibahas terus!" Boby melarang teman-temannya untuk mengungkit kejadian yang telah berlalu itu.
"Oh!" respon Vani. Vani mengetahui rahasia yang membuatnya kesal. Pasalnya, saat ini, Boby adalah kekasihnya.
Andri dan Beni melirik ke arah Boby dan Vani. Mereka baru menyadari jika diruangan itu ada Vani.
"Kenapa jadi hening gini sih? Cerita lagi dong!" pinta Rania.
"Van? Mau kemana?" tanya Lili.
"Kamar mandi," ucapnya dengan nada ketus. Dengan itu, Boby menyusul dari belakang.
"Kenapa sih mereka? Kaya lagi backstreet aja," ucap Karin ketika melihat tingkah Vani dan Boby.
Vani dan Boby memang sedang menjadi hubungan diam-diam. Hanya beberapa orang yang mengetahui hal itu.
"Dengerin dulu Van. Itu kan masa lalu," jelas Boby pada Vani.
"Kalo awalnya kamu incer dia, harusnya, hubungan ini, gak usah ada dari awal," bentak Vani dengan wajah yang memerah.
Seseorang menarik lengan Ayarra dari belakang. Tersenyum dengan lebar, Cindy memberikan Ayarra ice cream.
"Istirahat barenglah!" ajak Cindy.
"Kalo itu wajib," Ayarra langsung mengambil ice cream dari lengan Cindy.
"Gak bisa Cin. Aku udah janji sama orangnya buat gak bilang sama siapa-siapa," terang Ayarra ketika Cindy menanyakan kejadian kemarin.
"Ceritain aja lah. Aku penasaran nih," Cindy memohon pada Ayarra.
"Tapi kamu janji ya, jangan bilang ke siapa pun," pinta Ayarra.
Cindy pun berjanji tidak menyebarkan apa yang dia dengar. Ayarra memulai ceritanya.
"Kemarin itu, Aya pergi sama A Rico ke tempat les. Terus A Rico parkirin motor sembarangan. Eh, motornya ilang."
"Udah gitu, Aya kan harus pulang sendirian, ada cowok jahat yang mau jahatin Aya," tambah Ayarra.
"Tapi, kamu gak papa kan Ay?" tanya Cindy.
"Gak papa, Kok. Kan ada yang nolongin,"
"Siapa?"
"Rayan," bisik Ayarra.
Bisikan itu terdengar ketika Angga sedang melewati kedua sahabat itu. Angga langsung berteriak, "Woy! Si Ayarra suka sama si--"
Ayarra menjejali Angga dengan ice cream dengan banyak dan berkata, "Aya suka Harry Potter. Bener gak boong."
Murid-murid yang awalnya serius mendengarkan kata-kata Angga, kembali ke fokus awal masing-masing.
Ayarra membawa Angga ke taman. Ia memukul Angga dan berkata, "Ih, sok tau deh! Tadi, kamu denger apa aja?"
"Denger kata 'Rayan' kamu suka kan sama Rayan?" tanya Angga.
"Cowok mesum itu? Ih amit-amit!" ucap Ayarra.
"Jadi, emang udah kenal lama ya sama Rayan?"
"Enggak tuh! Kenal dari mana coba. Udah deh. Pokoknya jangan kepo!"
"Kalo gak kenal, kok bisa bilang cowok mesum?"
"Ya, itu tebakkan aku aja sih. Tampangnya keliatan mesum," dalih Ayarra.
Ayarra lekas kembali ke kelas setelah mendengar suara bel berbunyi.
"Ceritanya kita lanjut pas pulang sekolah ya, Cin," ujar Ayarra.