Chereads / Goddes Of Marriage / Chapter 13 - 13 - Kepergian Dan Awal Kehancuran

Chapter 13 - 13 - Kepergian Dan Awal Kehancuran

Siang itu langit sangat mendung dan hujan sepertinya akan segera turun. Semua orang yang berada disana mengenakan pakaian serba hitam dan terlihat sedang menangis saat meratapi kepergian orang yang mereka sayangi. Berbagai macam jenis bunga terlihat bertabur di atas sebuah gundukan tanah.

Ramdan, pria tua itu meninggal kemarin malam, setelah delapan tahun berjuang melawan penyakitnya. Pria itu menghembuskan napas terakhirnya kemarin malam di Jerman.

Dan proses pemakamannya hanya di hadiri oleh keluarga terdekat, mengingat keluarga itu sangat menghargai sebuah privasi.

Winda tidak bisa menahan air matanya, gadis itu terus menangis sejak semalam. Kini ia telah kehilangan sosok ayah kedua baginya.

Semua kebaikan Ramdan kembali berputar di otaknya. Winda mengingat bagaimana sabarnya pria itu dalam menjaga dan merawatnya selama ini. Tutur kata dan ketulusan hatinya yang lembut semakin membuat Winda terisak saat kembali mengingatnya.

Senk memejamkan matanya sesaat, bagaimana pun ia adalah seorang anak yang saat ini sedang kehilangan sosok ayah. Perasaannya menjadi campur aduk, pria itu tidak menyangka jika ayahnya benar-benar akan meninggal secepat ini.

Setelah ibunya berselingkuh, penyakit ayahnya menjadi lebih parah. Seketika Seno mengasihani bagaimana hidup ayahnya selama ini. Pasti pria tua itu benar-benar sangat kesepian dan menderita.

Perasaan menyesal dan senang seolah sedang bergemuruh menjadi satu.

Senang karena kesempatannya untuk bercerai dari Winda akan segera terlaksana, menyesal karena tidak bisa berada di samping ayahnya saat sisa-sisa terakhir dalam hidup pria tua itu.

****

Winda terduduk lesuh di ayunan taman yang berada di dekat kafe miliknya. Hari ini ia memang sangat malas, gadis itu memilih jalan-jalan sendirian ke taman dan menitipkan kafe-nya pada Yuni.

Gadis itu masih sangat sedih atas meninggalnya Ramdan, bahkan semalaman ia masih terus menangis-ditemani Seno sembari berusaha untuk menenangkannya.

Tiba-tiba suara ponsel Winda berbunyi dengan keras, lalu gadis itu merogoh tasnya untuk mengambil ponselnya.

Dilihatnya nama Yuni, dengan cepat Winda langsung menggeser icon hijau di ponselnya.

"Halo, Yun. Ada apa?"

"Boss, cepetan balik. Ada hal penting banget!"

"Oke. Aku kesana sekarang."

Segera setelah mendapat telfon dari pegawainya, Winda langsung bergegas untuk kembali ke kafenya.

****

Seno saat ini sedang duduk di kafe milik Winda. Pria itu sedang fokus membaca sebuah buku, sampai akhirnya pandangannya teralihkan begitu mendengar suara Winda memanggilnya.

"Seno?"

Seno langsung mendongak saat melihat Winda sudah berdiri di depannya dimana emudian ia segera menutup bukunya.

Pria itu hari ini berniat mengajak Winda untuk makan siang bersama.

"Kamu dari mana?" Seno langsung bertanya dengan rasa penasaran.

"Cuma jalan-jalan sebentar," Jawab Winda singkat.

Seno memperhatikan Winda dari atas kepala sampai ujung kaki, "Beneran?"

"Hm..."

"Yaudah. Kalau gitu kita bisa pergi sekarang," Seno bangkit dari tempat duduknya.

"Kemana?" Winda bertanya.

Seno tersenyum lalu mengacak-acak rambut gadis itu, "Makan siang."

Winda hanya mengangguk kecil lalu segera mengikuti Seno berjalan keluar dari kafe, sampai akhirnya langkah mereka berdua terhenti.

"Seno? Winda?"

Winda yang masih di belakang Seno otomatis mengintip dari punggung pria itu.

Kevin?

Kevin sepertinya sedikit terkejut saat melihat Winda dan Seno berjalan bersama, "Kalian? Mau kemana?"

Seno hanya terdiam, pria itu justru fokus melihat sebuket bunga yang ada di tangan Kevin.

Winda melirik Seno sebentar, lalu menjawab pertanyaan Kevin, "Aaa tadi, kebetulan Seno beli kopi. Eh rupanya Seno gak tau kalau ini kafe punya gue."

Sebenarnya saat ini Winda sangat gugup. Dan Kevin tampaknya sedikit tidak percaya. Pria itu terlihat seperti sedang menaruh curiga, lalu ia melihat Seno yang sedari tadi hanya diam.

"Sen, Lo lagi ada masalah, ya?" Kevin bertanya.

Seno hanya menggeleng pelan, lalu tersenyum masam.

"Oh, oke-oke," Setelah itu, pandangan Kevin beralih ke Winda. Pria itu memberikan sebuket bunga pada gadis itu, "Gue mau ajak Lo makan siang."

Sontak Winda langsung melirik Seno, gadis itu tidak tahu harus menjawab apa.

"Gue juga mau makan siang!" Ucap Seno dengan nada tegas.

Kevin langsung menatap Seno dengan tatapan heran. Ia merasa bahwa situasi saat ini sedikit canggung. Terlebih saat melihat sikap Seno yang tidak seperti biasanya, seperti ada sesuatu yang mengganjal.

"Yaudah, kita makan siang bertiga saja." Ucapnya kemudian.

****

Setelah agenda makan siang yang penuh dengan drama dan kecanggungan, yang mana Seno terus-terusan bertingkah sangat aneh. Pria itu bahkan dengan sengaja menyuruh Winda untuk pura-pura sakit agar mereka bisa cepat pulang.

Winda pun sangat yakin bahwa saat ini Kevin sudah menaruh curiga pada mereka berdua.

Ah entahlah!

Dan sore ini? Mereka berdua sudah pulang kerumah. Duduk berhadapan di meja makan.

"Kevin sering dateng nemuin kamu?" Seno bertanya dengan nada rendah.

"Jarang," Tangan Winda masih sibuk berkutat dengan Ponselnya.

"Bukannha kita udah sepakat ya untuk ngejalin hubungan yang normal?" Seno kembali bertanya sambil mengambil ponsel yang ada ditangan Winda.

Winda menghela napas sebentar. Baiklah! Winda akui bahwa setelah malam mereka melakukan seks pertama kali. Mereka memang membuat kesepakatan ulang.

Kesepakatan yang tidak lain adalah untuk saling jujur dan terbuka, serta menjalin hubungan yang normal sebagai suami istri, sampai mereka bisa merasa saling jatuh cinta. Walaupun tidak ada yang boleh tahu kalau mereka adalah suami istri, hingga waktu yang ditentukan.

"Kevin nemuin aku cuma sebagai temen doang, lagian juga gak ada yang tau kalau aku udah nikah. Dan suamiku juga sahabatnya sendiri!"

"Kayanya dia suka sama kamu," Ucap Seno sambil memeriksa beberapa pesan di dalam ponsel Wind.

Oh, ayolah Seno. Bukankah selama ini ia merencanakan hal jahat pada Winda. Lalu kenapa saat ini ia merasa cemburu?

Seno sungguh tidak bisa ditebak.

Setelah dirasa tidak ada sesuatu di ponsel Winda, Seno segera mematikannya. Lalu kembali menatap Winda yang saat ini juga sedang menatapnya.

"Kayanya hubungan kita gak normal deh," Winda berucap sambil menunduk.

Seno melengkungkan kedua alisnya lalu berkata, "Jelas normal, kita tidur bareng, berhubungan seks, lalu saling jujur antara satu sama lain. Itu normal, sayang."

Biarkan Seno bermain-main sebentar. Pria itu masih ingin menikmati setiap inci dari tubuh Qimda. Bahkan lihatlah? Seno akui bahwa Winda akhir-akhir ini memang sangat menggoda.

"Tapi kenapa kamu tetep ngelarang aku untuk bilang sama orang lain kalau aku itu istri kamu?"

Sejujurnya sejak pertama kali mereka melakukan hal itu, Winda ingin bertanya kenapa Seno tetap tidak ingin hubungan mereka diketahui oleh siapapun.

Seno lalu mendekati Winda, lalu duduk di samping gadis itu dan kemudian memeluknya.

"Aku akan mengatakannya saat nanti perasaan kita sudah sama-sama saling yakin, aku sebenarnya udah yakin. Tapi aku merasa kalau kamu belum terlalu suka sama aku," Seno berucap sambil menanamkan sebuah ciuman di pipi gadis itu.

Sebenarnya ini adalah akal-akalan Seno. Membuat kesepakatan bodoh. Dan memang dengan bodohnya Winda langsung menyetujui dan percaya begitu saja.

Tapi satu yang perlu di ingat, Seno sangat menyukai kebodohan Winda!

****

Mirna saat ini terlihat sedang memilih beberapa perhiasan, sesekali ia mencoba cincin dan memasangkan di jari manisnya.

"Jadi Seno masih sama perempuan itu?" Temannya bernama Yena bertanya.

"Biarin aja dia seneng-seneng sama istrinya dulu, karena habis itu dia janji bakal nyerein perempuan itu," Mirna masih fokus melihat beberapa perhiasan, kali ini matanya melihat kalung yang sangat ia sukai.

"Dan pastinya sekarang Lo seneng banget karena ayah Seno udah meninggal, kan?"

"Bisa aja Lo. Jujur—gue emang seneng banget. Sampe rasanya gue pengen banget pergi ke club tiap malem," Mirna tertawa.

Mendengar itu, Yena juga ikut tertawa. Sampai akhirnya Mirna mendengar ponselnya berbunyi, "Ah sebentar."

Sebuah nama yang tertera di ponselnya membuat Mirna tersenyum senang.

"Siapa?" Tanya Yena.

"Dari Seno, gue angkat sebentar," Mirna melangkahkan kakinya untuk segera menjauh dari sana guna mengangkat telfon dari Seno.

Setelah selesai berbicara dengan Seno, Mirna kembali menyapa Yena.Bisa dilihat senyum sumringah terpancar dari wajah gadis itu.

"Gue tebak—Seno pasti nawarin sesuatu buat Lo atau ngasih hadiah?" Yena berusaha menggoda.

Namun Mirna menggeleng dan tetap tersenyum, "Malem ini Seno mau ikut balap liar lagi. Lo tau 'kan? Dia gak bisa menang kalau gak ada gue, jadi dia minta gue buat nemenin dia."

Yena hanya menggelengkan kepalanya, sudah menjadi rahasia umum bagaimana Mirna dan Seno selama ini menjalin hubungan. Mereka benar-benar sangat panas.

****

"Kamu mau kemana?"

Winda melihat Seno sudah bersiap-siap dengan pakaian casualnya.

Seno tersenyum melihat Winda yang terbangun dari tidurnya, "Aku lupa ngambil beberapa berkas di kantor, jadi aku mau ngambil sekarang soalnya penting banget."

"Jam segini?" Winda melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 10 malam.

"Iya. Yaudah kamu tidur lagi aja. Aku pergi dulu, ya," Seno mengecup pelipis Winda sebentar, sebelum akhirnya pergi meninggalkan rumah.

Rasanya sangat aneh, Winda berkali-kali berpikir, kenapa ia harus setuju dengan perjanjian itu. Apa Seno bisa dipercaya?

****

Winda membaca sebuah majalah berisi galery yang menampilkan beberapa negara-negara di dunia. Matanya menangkap satu negara yang menurutnya sangat menarik.

"Yun, kamu pernah gak pergi ke luar negeri?" Winda bertanya. Yuni yang masih membersihkan gelas-gelas pun menoleh untuk melihat Winda.

"Ehmmm pernah, ke Korea pas aku masih kecil," Jawabnya sambil tersenyum.

"Kalau ke kanada?" Winda kembali bertanya.

Dan kali ini Yuni terkekeh geli, "Boss, kenapa pertanyaannya hari ini aneh banget sih. Jelaslah aku gak pernah kesana."

Mendengar jawaban dari Yuni, Winda pun hanya mengecurutkan bibirnya. Lalu matanya melihat kembali isi majalah tersebut. Ia bergumam kecil, "Ottawa, Kanada."

....

TBC

Guys, versi di webnovel akan sangat panjang dan dramatis lagi. semoga kalian gak bosen :)