Chereads / CINTA SUCI GADIS DESA / Chapter 2 - Bab 2 : Tamu tak terduga

Chapter 2 - Bab 2 : Tamu tak terduga

Pada hari berikutnya disuatu sore yang berudara segar, langit cerah yang bersibak warna merah keemasan diufuk barat, angin yang menyapu pohon bambu yang menimbulkan suara hitis dihati,

Langkah Faisal yang kalem dan seraya menikmati alam murni disekitarnya, Grobak sapi melintas disampingnya membut Faisal kaget, karna melihat seoran gadis yang duduk diteras rumah yang terbuat dari anyaman bambu, Gadis merasakan kehadiran Faisal.

"Selamat sore Ratih." tegur Faisal.

"Oo..." Rati kaget.

Ratih menggeleng wajahnya yang cantik, matanya bagai kristal yang terpancar indah, sungguh mati Faisal mengagumi sosok Ratih.

"Boleh saya bertamu dirumahmu.?"

"Ah, malu..."

"Kenapa mesti malu.?

"Rumahku tak pantas menerima tamu seperti tuan.

"Ouw.. jangan panggil aku dengan sebutan tuan, Panggil saja namaku Faisal."

"Tap Tuan kan orang kaya dan terhormat...."

"Itu anggapanmu, bagiku sama saja." jawab Faisal.

"Sungguh.?"

Faisal mengangguk dan melempar senyum kepada Ratih.

"Silahkan."

"Terimah kasih."

Ratih terlebih dahulu berjalan mauk kedalam rumah, Faisal mengekor dibelakangnya.

"Silhkan duduk mas, kursinya tentunya tidak sebagus dirumah Den Murwoto."

Faisal duduk dikursih yang terbuat dari anyaman bambu, Ratih masuk keruang dalam, Faisal sempat menyapu pandang keseluruh ruangan itu. Rasa kasihan menjalar dihati sanumbarinya yang paling dalam, sebentar kemudian Ratih, keluar bersama seorang ibu.

"Selamat datang Den, kami seperti mendapat anugrah, Aden mau datang kerumah kami yang miskin ini." Kata perwmpuan setengah tua itu yang benar-benar hormat kepada Faisal. sebaliknya Faisal malah jadi kikuk.

"Ibu jangan melebih-lebihkan saya, berlakulah sewajarnya,"

"Ibu mengucapkan terimah kasih atas kerendahan hatimu Den,"

"Panggil saja Faisal bu."

"Ya.... Nak Faisal, Ibu tidak bisa memberi suguhan apa-apa"

"Bukan... saya kemari bukan mengharapkan apa-apa, saya hanya kepengen berteman baik sama Ratih Bu." jelas Faisal.

"Terimah kasih Den."

Mata Faisal menatap Ratih, mata mereka saling bertubrukan, namun Ratih tersipu, bagi Faisal, Ratih lebih kelihatan menarik dari pada gadis-gadis yang ia jumpai dikota.

"Nak Faisal,,,, ibu mau kedapur silahkan ngobrol dengan Raih."

"Terimah kasih Bu..."

Perempuan setengah tua itu berjalan masuk keruang dalam, Ratih kemudian duduk berhadapan dengan Faisal, Gadis itu kebanyakan tertunduk memandang kain kebayanya yang sudah jelek.

"Aku jadi betah tinggal didesa ini Ratih..." Kata Faisal kepada Ratih. Ratih hanya tersenyum, senyumya itu manis sekali. lalu Faisal melanjutkan perkataannya.

"Kapan Ratih mau menemaniku jalan-jalan.?

Gadis itu tidak menjawab.

"Sekarang.?" Desak Faisal

Gadis itu menggeleng.

"Kenpa.?" tanya Faisal.

"Aku malu..."

"Sebabnya..?"

"Aku gadis desa yang Miskin..."

"Oohhh..."

Faisal mengeluh, Lalu ia menatap wajah Gadis itu, pandangan mereka berpadu, terharu perasaan Faisal ketika mendengar kepolosan Ratih, Maka ia memegang jari-jari Ratih namun Gadis itu cepat-cepat menarik tangannya lantaran malu.

"Jangan begitu ah Mas..!" keluhnya dengan malu-mali kucing.

"Ratih, terus tetang aku jatuh hati padamau..."

Mendengar apa yang dikatakan Faisal, Ratih terdiam, seluruh tubunya berubah terasa dingin mendadak, matanya lebih banyak menyimpan rasa malu.

"Hari hampir gelap Mas Faisal..."

Faisal lali menoleh keluar.

"Kalau begitu aku pulang dulu ya..."

Gadis itu mengangguk

"Sekarang panggilkan ibumu, aku akan memohon diri."

Ratih berjalan masuk keruang dalam, pinggul gadis itu bergoyang-goyang memikat, Pinggangnya yang ramping dan pinggul yang berbentuk gitar itu, terbungkus kain kebaya yang melilit ketat. hanya sayang pant*tnya belum membentuk ya. karna dia masih per*wan. jika saya telah bergelimang diatas ranj*ng kenikmat*n, pasti pant*t itu akan terbentuk dan lebih indah. Faisal berkata dalam hati sambil mengaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

Tak lama Ibu Ratih keluat lalu Faisal berpamitan.

"Saya mohon pamit bu.."

"Janhan bosan main kemari nak Faisal, ibu sangat senag sekali." kata wnita tua itu.

"Tentu bu, pada kesempatan yang lain, saya akan main lagi kesini. permisi Bu, Ratih aku pamit ya."

Dalam perjalanan pulang menuju lerumah, jalan terlihat gelap, Sehingga Faisal sering tersandung batu jalanan namun ia tak pernah memaki, ia bahlan tersenyum, karna dia telah menemikan pilahan hatinya yang sungguh indah.

Faisal terus membayangkan semua keindahan yang dia lihat pada gadis desa itu, yang indah berwarna hitam, bulu matanya yang penuh dan lentik, alis matanya yang hitaam lebat teratur rapi bagai bulan sabit.

Bibirnya merah delima tanpa lipstik, hidungnya yang kecil mancung, rambutnya yang hitam pekat terurai panjang sebatas punggung yang sering ia ikat dengan gelang karet, sehingga lehernya yang jenjang terlihat mengundang untuk dikecup,

******