Perlahan Ervin membuka pintu, tidak terlihat istrinya ada di dalam kamar.
"Kemana Serlin?" gumamnya sendiri. "Rupanya sedang mandi." Ervin bicara sendiri setelah mendengar bunyi air dari dalam kamar mandi.
Selagi menunggu Serlin mandi, Ervin membuka baju kemejanya dan masuk ke dalam walk in closet.
Serlin ke luar dari kamar mandi hanya memakai bathrob dan rambut basah yang ditutup handuk, langsung masuk ke dalam walk in closet.
Ervin yang berada di dalam walk in closet melihat istrinya hanya memakai bathrob dan rambut yang basah, tentu saja memancing jiwa laki lakinya. Didekatinya Serlin yang sedang memilih pakaian, dipeluknya dari belakang.
"Ervin, apa yang kamu lakukan?! Lepaskan!" Serlin mencoba melepaskan tangan Ervin yang melingkari perutnya.
"Aku rindu padamu," bisik Ervin, kemudian mencium tengkuk Serlin yang sedikit basah.
"Aku baru selesai mandi, Ervin. Lepaskan!" Serlin terus saja memberontak berusaha melepaskan tangan Ervin.
Ervin semakin memeluk Serlin erat. Tangannya sekarang bukan hanya memeluk pinggang tetapi sudah merayap naik di antara dua bukit kembar milik istrinya.
Serlin yang merasa tidak mau melayani Ervin langsung berteriak dan memberontak. "Lepaskan Ervin!!" Teriaknya dengan nada kencang.
Ervin yang sudah mulai terbakar gairah seketika langsung terhenti, mendengar teriakan Serlin. Tubuhnya diam mematung, tidak percaya dengan apa yang terjadi. Serlin menolaknya dengan begitu kasar.
Napas Serlin naik turun menahan marah. Tangannya mengambil pakaian yang tergeletak dilantai, dengan terburu buru segera pergi ke luar tanpa menoleh sedikit pun pada Ervin yang masih diam mematung berdiri di belakangnya.
Ervin mengepalkan tangannya di antara ke dua sisi tubuhnya. Dadanya bergemuruh dengan menahan marah, penolakan yang diberikan istrinya melukai hatinya.
Setelah beberapa menit berada di dalam, Ervin ke luar menuju kamar mandi. Dilihatnya Serlin sudah tidak ada, hanya menyisakan kamar yang berantakan dengan pakaian yang berceceran di mana-mana.
Ervin hanya bisa menarik napas panjang lalu masuk ke dalam kamar mandi, tidak lama terdengar suara air pertanda Ervin sedang membersihkan tubuhnya.
Pintu di ketuk dari luar ketika Ervin sedang menyisir rambutnya. "Masuk."
Bi Sumi langsung masuk dengan membawa nampan berisi secangkir kopi dan kue-kue kecil.
"Simpan di meja saja Bi dan tolong bereskan pakaian yang berceceran ini," kata Ervin mendekati Bi Sumi yang sedang menaruh kopinya di meja.
"Iya, Tuan." Bi Sumi langsung mengambil pakaian yang tergeletak di mana-mana.
Ervin menyeruput kopinya, diambilnya ponsel yang ada di atas meja. "Serlin ke mana Bi?" tanyanya.
"Tadi ke luar, ada mobil yang menjemput," jawab Bi Sumi sambil merapihkan tempat tidur.
Ervin membaca satu per satu pesan yang masuk termasuk pesan dari Thomas yang mengajaknya ke luar kota. Ervin menyimpan kembali ponselnya tanpa ada yang dibalasnya satu pun.
"Jam berapa tadi Serlin pulang?" tanya Ervin lagi.
"Tidak lama setelah Tuan berangkat ke kantor, setelah itu mungkin Nyonya istirahat karena tidak ke luar lagi," jawab Bi Sumi masuk ke dalam kamar mandi dan ke luar lagi dengan keranjang pakaian kotor.
"Bi Sumi, bilang ke sopir untuk menyiapkan mobil. Aku mau ke luar," kata Ervin melangkah menuju walk in closet.
"Baik Tuan," Bi Sumi segera ke luar dengan membawa sekeranjang pakaian kotor.
Ervin yang berada di walk in closet nampak sedang memilih kemeja yang akan dipakainya. "Aku suntuk di rumah, rasanya sudah tidak nyaman lagi. Lebih baik aku ke luar menemui Thomas. Ada apa dia mengajakku ke luar kota?" gumamnya.
Setelah selesai memakai kemeja tangan panjang yang digulung sampai pangkal lengannya, dipadu padankan dengan celana jeans biru dongker dan sepatu pantofel kulit. Ervin melangkah ke luar, bercermin kembali di meja rias istrinya.
Beberapa menit Ervin mematut diri di depan cermin. Setelah dirasa cukup rapih, Ervin mengambil ponselnya yang di atas meja kemudian pergi melangkah ke luar dari dalam kamarnya.
"Bi!!" Teriak Ervin memanggil pelayan kesayangannya dari tangga.
"Iya, Tuan," Bi Sumi yang baru saja masuk dari pintu depan, langsung menemui Tuannya.
"Mobilnya sudah siap?" tanya Ervin sambil membetulkan jam tangan yang melingkar manis di tangannya.
"Sudah, Tuan. Mobilnya sudah siap di depan."
Ervin langsung melangkah ke depan. "Jaga rumah Bi," ucap Ervin.
"Tentu Tuan," jawab Bi Sumi mengikuti Tuannya dari belakang.
"Tuan tidak memakai sopir?" tanya Bi Sumi.
"Tidak, aku mau ke Apartemen Thomas. Kalau ada apa-apa, hubungi aku," kata Ervin sambil membuka pintu mobilnya.
"Iya. Hati-hati di jalan, Tuan," kata Bi Sumi.
"Iya, Bi," jawab Ervin, kemudian melajukan mobilnya ke luar dari halaman rumahnya.
Bi Sumi hanya bisa melihat sampai mobil Tuannya menghilang di antara pintu besi yang menjulang tinggi. "Kasihan Tuan Ervin. Sepertinya mereka bertengkar lagi. Semoga saja Nyonya bisa berubah, sebelum benar-benar kehilangan Tuan," gumam Bi Sumi, kemudian melangkah masuk kembali ke dalam rumah.
Ervin memasang lagu kesukaannya, sesekali terdengar suaranya mengikuti nada yang terdengar. Tubuhnya sedikit bergoyang goyang mengikuti irama musik.
"Aku lupa, kenapa tidak telepon si Thomas? Bagaimana kalau dia tidak ada?" tanyanya sendiri. Dirogohnya ponsel yang ada di saku celana jeansnya.
"Halo, Thomas."
Terdengar suara di ujung telepon menjawab panggilan Ervin.
"Ok, aku meluncur ke sana. Jangan ke mana-mana!" Ervin langsung melajukan mobilnya sedikit lebih cepat dari tadi.
Hanya hitungan menit Ervin sudah berada di depan pintu Apartemen Thomas yang berada di kawasan elite di Ibukota. Ervin kembali mengambil ponselnya untuk menghubungi Thomas. "Buka pintunya atau aku gusur Apartemenmu ini" Teriak Ervin setelah panggilannya dibuka Thomas.
Tidak lama kemudian pintu terbuka sendiri. Ervin langsung masuk dan mendapati Thomas yang sedang duduk santai di depan televisi. Nampak pula, sahabatnya yang lain si Josh sedang asik makan spaghetti kesukaannya.
"Kamu ada di sini?" tanya Ervin langsung duduk melihat si Josh.
"Kenapa? Nggak boleh?" tanya Josh.
"Kamu nggak ke kantor? Mau di coret dari kartu keluarga biar tidak dapat warisan?" tanya Ervin meledek.
"Tadi sudah berangkat tapi gila, aku terjebak macet. Aku belok saja ke sini, dari pada karatan di jalan," jawab Josh dengan mulut penuh makanan.
"Makanya kalau berangkat ke kantor itu pagi-pagi jadi tidak terjebak macet," ucap Thomas.
"Aku paling tidak bisa bangun pagi, apalagi semalam aku habis uhu uhu uhu," jawab Josh. "Gila, tuh cewe hebat sekali. Aku sampai terkapar." Josh tertawa membayangkan kejadian semalam.
"Dasar gila!" Ervin melempar bantal kursi yang ada di sampingnya ke wajah Josh.
"Mainannya jangan bantal, aku lagi makan nih," protes Josh pindah duduk.
Thomas yang paling kalem di antara mereka bertiga hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah kedua sahabatnya.