Setelah menempuh perjalanan yang menghabiskan waktu hampir setengah jam lebih, akhirnya Ervin sampai juga di depan gedung kantornya yang menjulang tinggi. Terlihat seorang petugas keamanan langsung berlari menyambut kedatangan Ervin. "Selamat pagi Pak," sapanya hormat kepada pemilik perusahaan tempatnya bekerja.
"Pagi," jawab Ervin. "Parkirkan mobil!" Ervin melemparkan kunci mobilnya yang langsung ditangkap dengan cepat.
"Baik Pak," jawabnya.
Ervin tanpa menunggu lama, langsung masuk ke dalam gedungnya sendiri. Langkah tegap dan wajahnya yang berkharisma mengundang para karyawan untuk menyapanya dengan hormat, apalagi Ervin adalah seorang pemimpin perusahaan.
Sambil berjalan Ervin melihat jam tangan yang melingkar ditangannya. Langkahnya langsung menuju ke lift yang akan membawanya ke lantai teratas, tempat ruang kerjanya berada.
Sesekali Ervin membalas sapaan para karyawannya yang berpapasan dengan dirinya.
Setelah Ervin masuk ke dalam lift yang dikhususkan untuk dirinya, dengan segera ditekannya salah satu nomor yang akan membawanya ke lantai yang ditujunya.
Hanya beberapa menit saja lift sudah sampai di lantai yang dituju. Dengan segera Ervin ke luar dan langsung menuju ke ruangannya. Nampak sekretarisnya sedang duduk di meja kerjanya dengan setumpuk dokumen.
"Selamat pagi Pak," sapa sekretarisnya begitu melihat Bosnya melewati mejanya dan langsung masuk ke ruangannya.
"Pagi," jawab Ervin singkat.
Bianca langsung berdiri dan mengikuti Bosnya masuk ke dalam ruangannya.
"Pak, meetingnya sudah aku undurkan setengah jam ke depan," kata Bianca setelah berdiri di depan meja Bosnya.
"Baiklah, kita meeting setengah jam lagi," jawab Ervin. "Siapkan semuanya untuk keperluan meeting."
"Iya Pak," jawab Bianca. "Kalau begitu aku kembali ke mejaku. Permisi."
"Bianca, tolong buatkan kopi jangan terlalu manis."
"Baik Pak," jawab Bianca segera pergi ke luar dari ruangan Bosnya dan langsung menuju pantry.
"Bianca, meeting hari ini jadi atau tidak? Aku tadi datangnya kesiangan. Terjebak macet di jalan. Gila, macetnya seperti apa. Kalau aku lagi hamil, mungkin sudah beranak di jalan," kata teman sekantornya yang sudah ada di pantry.
"Meetingnya diundur setengah jam ke depan, mungkin kamu tadi belum datang sewaktu aku kasih pengumuman," jawab Bianca.
"Syukurlah, kupikir aku ketinggalan. Bisa dipecat kalau tidak ikut meeting."
"Tenang saja, Pak Ervin juga datangnya kesiangan makanya meetingnya aku undur karena belum datang," kata Bianca sambil meracik kopi untuk Bosnya.
"Kopi untuk Pak Bos?" tanyanya kemudian.
"Iya, Bos yang minta," jawab Bianca. "Kamu sendiri lagi ngapain?"
"Bikin kopi, pagi-pagi kepalaku sudah sakit gara-gara terjebak macet," jawabnya. "Aku duluan ya, mau mempersiapkan berkas untuk meeting nanti."
"Iya," jawab Bianca singkat sambil mengaduk kopinya. Kemudian dia pun pergi ke luar menuju ke ruangan Bosnya lagi.
Bianca mengetuk pintu ruangan Bosnya. "Pak, kopinya." Langsung dibukanya pintu yang tidak pernah Bosnya kunci itu.
"Taruh saja di sini," Ervin menggeser beberapa dokumen untuk memberi ruang Bianca menaruh kopinya.
Setelah menaruh kopi, Bianca langsung ke luar lagi dari ruangan Bosnya. Kembali ke mejanya dan meneruskan pekerjaannya yang tadi sempat tertunda.
Setelah beberapa menit berlalu, pintu ruangan Ervin terbuka dari dalam. "Bianca, siapkan semua berkas yang akan dibahas dalam meeting."
"Baik, Pak," jawab Bianca melihat jam tangannya. "Ya Ampun, aku kelupaan 5 menit lagi meetingnya di mulai," gerutunya pada diri sendiri. Dengan terburu buru Bianca segera mengambil berkas yang telah disiapkan dari tadi. Dan segera pergi menyusul Bosnya yang telah pergi lebih dulu ke ruang meeting.
Ervin masuk ke ruangan meeting dengan langkah tegap dan percaya diri yang tinggi. Nampak staf direksi telah hadir semua, hanya tersisa kursi untuk dirinya dan sekretaris pribadinya yang nampak kosong.
Ervin menarik kursinya dengan percaya diri yang tinggi, di atas mejanya nampak sebuah plang papan nama yang bertuliskan namanya Ervin Wijaya dengan terukir indah dan jabatannya sebagai Presiden Direktur.
Tidak lama kemudian Bianca masuk dengan membawa beberapa berkas ditangannya dan langsung menduduki kursi yang kosong disebelah Ervin.
Setelah semuanya hadir, meeting dimulai dengan dipimpin langsung oleh Ervin. Semua nampak serius mendengarkan penjelasan dari satu per satu orang yang mengikuti meeting untuk mengemukakan pendapatnya.
Ervin dengan serius mendengarkan setiap usulan atau pendapat dari semua orang. Bianca juga sibuk mencatat apa yang kira-kira penting.
Meeting berjalan cukup lama karena banyak pendapat yang dikemukakan dalam peserta meeting. Ervin mendengarkan dan menghargai semua pendapat mereka.
Sebagai pemilik perusahaan, Ervin bukanlah orang yang mementingkan pendapatnya sendiri tetapi selalu mendengarkan pendapat dari semua karyawannya. Itulah yang menjadikannya disukai semua karyawannya karena merasa dihargai.
Semua telah mengemukakan pendapatnya dan semua telah dibahas, akhirnya meeting selesai juga setelah berjalan cukup lama.
Ervin segera ke luar terlebih dahulu, diikuti satu per satu orang ke luar dari ruang meeting. Tidak lama kemudian Bianca ke luar dengan membawa kembali berkas yang tadi dibawanya.
Ervin masuk ke ruangannya dan langsung minum air putih yang ada di atas meja kerjanya.
Pintu terbuka, masuk Bianca dengan membawa berkas di tangannya. "Pak, ini hasil dari meeting tadi. Semuanya telah aku tulis di sini." Bianca menyimpan semuanya di meja Ervin.
"Biar nanti aku baca ulang. Simpan saja dulu di situ," kata Ervin membuka laptopnya.
"Iya Pak," jawab Bianca. Setelah menyimpan semuanya di atas meja, Bianca pergi ke luar dari ruangan kerja Bosnya.
Ervin merasakan ponselnya bergetar di dalam saku celananya. Segera diambilnya dan terlihat dilayar tulisan Josh yang tertera.
"Halo," kata Ervin.
Beberapa saat Ervin terdiam mendengarkan dari sebrang telepon Josh bicara.
"Baiklah nanti malam aku ke tempatmu.
Tapi aku juga tidak janji akan datang karena aku mungkin pulang dari kantor sudah malam. Banyak pekerjaan yang harus aku periksa ulang," kata Ervin.
Ervin kembali terdiam mendengarkan Josh berbicara lalu tidak lama kemudian telepon ditutup.
"Pesta? Pesta apa? Josh ini tidak pernah berubah dari dulu, senang sekali mengadakan pesta. Terakhir mengadakan pesta, bukannya baru seminggu yang lalu? Lihat nanti saja, aku bisa datang atau tidak." Ervin bicara sendiri, mengingat kelakuan sahabatnya Josh.
.....
Jauh dari keramaian kota yang penuh dengan gedung-gedung pencakar langit. Nampak Aneska sedang mengayuh sepedanya menyusuri jalan setapak untuk sampai ke tempat yang ditujunya.
Nampak di sisi kanan dan kirinya sawah yang yang padinya sudah mulai menguning yang sebentar lagi siap untuk di panen.
Aneska mengayuh sepedanya dengan sangat hati-hati, jangan sampai dirinya jatuh ke dalam parit yang ada di sisi kirinya.
"Angin memainkan rambutnya yang diikat ekor kuda, wajahnya terasa segar diterpa angin. "Aku harus cepat-cepat sebelum sayurannya dibeli pedagang lain. Kasihan Ibu kalau harus menjual sayur yang kurang bagus."
Aneska mengayuh sepedanya dengan sedikit lebih cepat dengan tujuan menuju ke kebun sayur.