Josh tidak menjawab, tubuhnya malah bergoyang goyang mengikuti irama musik yang memecahkan telinga.
Ervin mengambil gelas kosong yang ada didepannya lalu mengisinya dengan minuman yang ada didepannya sampai penuh.
"Jangan terlalu banyak, aku tidak mau harus mengantarmu pulang seperti waktu itu," ucap Josh dengan tubuh yang masih bergoyang goyang.
"Aku malam ini ingin mabuk," jawab Ervin sambil meneguk minumannya.
"Alamat nyusahin lagi!" Ucap Josh sambil melemparkan kacang kulit ke tubuhnya Ervin.
Ervin melihat ke depan, ke tempat orang-orang yang sedang bergoyang mengikuti irama musik yang memekakkan telinga.
"Itu si Thomas baru datang." Josh menunjuk ke orang yang baru saja datang dengan memakai jaket kulit hitam.
Ervin melihat Thomas dan langsung melambaikan tangannya. "Di sini!" Teriak Ervin.
Thomas langsung berjalan ke arah tempat duduk Josh dan Ervin. "Sudah lama?" tanyanya sambil duduk.
"Belum, dia yang sudah lama," tunjuk Ervin ke Josh. "Aku datang, tubuhnya sudah digerayangi wanita-wanita dengan baju kurang bahan."
"Dasar playboy cap kampret!" Ucap Thomas sambil menuang minuman ke dalam gelas kosong di atas meja.
"Ngatain aku playboy, kamu sendiri apa? Seminggu sekali ganti pacar, cuma buat dirayu lalu ditiduri," balas Josh melempar kacang ke mukanya Thomas.
"Beda, aku pacaran. Jadi aku melakukannya karena cinta. Tidak seperti kamu, tiap malam tidur dengan wanita penghibur. Kena penyakit, tau rasa kamu!" Ucap Thomas kemudian meneguk minumannya sampai habis dan diisinya kembali.
"Tunggu, kalian berdua jangan nyusahin aku ya. Minum sampai mabuk lalu aku yang repot mengurus kalian berdua pulang. Jangan minum banyak-banyak!!" Josh menggeser botol minuman lebih mendekat ke dirinya. "Aku tidak mau repot!"
Ervin hanya diam saja, tidak ikut bicara dengan Josh dan Thomas. Mereka berdua memang tidak pernah akur kalau sedang bersama.
Josh merupakan salah satu pewaris tunggal yang akan mewarisi perusahaan Ayahnya yang bergerak dalam bidang properti dan perhotelan. Dengan perpaduan Ayah Belanda dan Ibu Jawa, membuat paras Josh banyak digilai para wanita tetapi tidak ada satu pun wanita yang pernah dipacarinya. Karena baginya, cinta itu hanya kebohongan.
Thomas juga merupakan salah satu pengusaha sukses muda yang mempunyai IQ di atas rata-rata. Mempunyai wajah yang blasteran sehingga mudah baginya mendapatkan wanita mana pun yang diinginkannya. Satu kelemahan dalam hidupnya hanya takut pada kecoa.
Ervin sendiri adalah seorang CEO dengan perusahaan besar yang bergerak dalam segala bidang, mulai dari properti sampai otomotif semua dikuasainya. Ayahnya seorang pemilik perusahaan besar dan mewariskan seluruh kekayaannya kepada Ervin yang merupakan anak tunggal.
Thomas dari tadi memperhatikan Ervin yang sedikit bicara, entah sudah berapa gelas minuman yang Ervin teguk.
"Kenapa dia?" tanya Thomas kepada Josh dengan suara sedikit pelan.
"Tahu, dari mulai datang dia begitu," jawab Josh yang ikut memperhatikan Ervin.
"Biasanya kalau dia begitu, habis bertengkar dengan istrinya," kata Thomas.
"Biasanya begitu. Makanya aku tidak percaya dengan yang namanya cinta. Menikah dengan alasan karena cinta, tidak bisa hidup tanpa cinta. Semua itu bohong. Ujung ujungnya cerai juga" kata Josh.
"Itu beda, banyak yang bertahan sampai tua bahkan sampai meninggal. Kamu saja yang tidak tahu apa itu cinta. Aku sumpahin, suatu saat nanti kamu akan menjadi budaknya cinta."
"Tidak mempan buatku, cinta itu tidak ada. Seumur hidup tinggal dengan orang yang sama, melihatnya setiap hari. Apa tidak bosan?" tanya Josh.
"Susah bicara dengan orang yang belum merasakan cinta karena hatimu belum tersentuh. Nanti kalau kamu sudah tahu. Hidupmu kelar!!" Teriak Thomas.
Mereka bertiga lalu terdiam. Josh asik sendiri menggoyang goyangkan tubuhnya di kursi sementara Thomas sibuk membalas semua chat dari para wanita koleksinya. Sementara Ervin, pandangannya tetap melihat ke orang-orang yang sedang bergoyang jingkrak-jingkrak mengikuti musik yang semakin malam semakin keras.
Jarak beberapa meter dari tempat ketiga orang itu duduk, nampak beberapa wanita yang sedang memperhatikan mereka. Dari pakaian yang mereka pakai terlihat kalau mereka dari kalangan berkelas.
"Bukankah itu Ervin? Suaminya si Serlin." Tanya salah satu wanita yang berpakaian merah dengan potongan baju ketat berdada rendah sehingga memperlihatkan dadanya yang membusung tinggi.
"Sepertinya iya, itu Ervin. Beruntung sekali si Serlin punya suami seperti itu. Kalau aku jadi istrinya, tidak akan aku biarkan dia masuk ke tempat seperti ini, yang banyak wanita penghiburnya," jawab temannya yang wajahnya sedikit blasteran.
"Kalau aku jadi si Serlin, tidak akan aku biarkan dia keluyuran walau pun di dalam rumah. Setiap hari aku kurung di dalam kamar, biar setiap saat bisa bertempur terus," celetuk yang duduknya paling ujung.
"Maunya kamu, cuci tuh otak. Pikiranmu selalu ke arah sana. Dasar otak mesum," jawab yang lain, diakhiri dengan tawa terbahak dari mereka semua.
Ervin sendiri tidak tahu kalau dirinya sudah dijadikan bahan tertawaan kumpulan wanita yang mejanya berada di sudut ruangan.
Josh melihat ke sekeliling, mencari mangsa untuk dia tiduri malam ini. Pandangannya tertuju pada wanita yang sedang duduk sendiri di depan meja bartender. Diperhatikannya baik-baik wanita tersebut dari tempat duduknya. "Tubuhnya bagus, tetapi wajahnya tertutup rambut."
"Siapa?" tanya Thomas yang mendengar Josh bicara sendiri. Begitu pun dengan Ervin yang melihat ke arah Josh.
"Wanita yang pakai baju hitam, duduk sendiri di meja bartender." Tunjuk Josh. "Tapi wajahnya tidak kelihatan, dilihat dari tubuhnya sih bagus."
"Thomas dan Ervin melihat yang Josh tadi tunjuk. "Lumayan, tubuhnya bagus tapi kalau wajahnya jelek bagaimana?" tanya Ervin yang bersuara juga.
"Tidak masalah, aku butuh tubuhnya bukan wajahnya. Hanya sekali pakai saja," jawab Josh seenaknya saja.
"Dasar gila, wajah itu nomor satu. Waktu kamu bergoyang berada di atas tubuhnya, memang matamu lihat ke mana?" tanya Thomas mencibir.
"Lihat dada montoknya, lebih indah dari pemandangan mana pun. Seperti pacar kamu cantik semua saja. Aku juga tahu, tidak semua pacar kamu itu cantik. Contohnya si Silvi, tubuhnya aduhai tapi wajahnya amburadul dengan hidung peseknya," jawab Josh balas mencibir.
Ervin geleng-geleng kepala, melihat kedua sahabatnya yang tidak bisa rukun lebih dari sepuluh menit. "Kalian ini sudah tua, tapi kelakuan seperti bocah. Masalah wajah saja jadi bicara ke mana-mana."
"Dia yang mulai," tunjuk Josh ke Thomas.
"Kamu yang mulai," balas Thomas, melempar kulit kacang ke wajahnya Josh.
"Jorok, bekas kulit kacang siapa itu?" Josh buru-buru mengusap wajahnya dengan tissue yang ada di meja.
"Bekas kamu sendiri, dari tadi tidak ada yang makan kacang kecuali kamu." Thomas kembali melempar kulit kacang ke wajahnya Josh.
Josh mulai kesal, dibalasnya Thomas dengan memiting tangannya sehingga terjadilah pergulatan di atas sofa yang saling memiting.