Sepasang mata itu mengerjap pelan kala cahaya matahari dengan sengaja menggelitiknya. Dia membalik tubuhnya membelakangi sang mentari yang rupanya telah muncul ke permukaan bumi, menyinari dengan cahayanya yang terang.
Tidak saat dia menghadap sang mentari atau membelakangi si penguasa hari itu sepertinya ingin dia bangun kali ini. Sangatnya yang cukup menyengat membuatnya mau tak mau harus bangun dari baringan nyamannya dan menyudahi mimpi indahnya.
Tok! Tok! Tok!
Ketikan pintu dari luar kamar terdengar tiga kali memberitahu sang penghuni kamar akan kehadiran sosoknya di luar. Arsyid tahu siapa itu. Tanpa dijawab pun pintu terbuka lebih dulu menyembulkan sosok yang sama dengan pembuka pintu semalam.
"Sudah pagi. Pertemuannya satu jam lagi," katanya mengingatkan dengan raut dibuat secair mungkin.
Arsyid tak menyahut. Dia hanya mendudukan tubuhnya lantas melihat jam di dinding, pukul delapan tiga puluh.