Chereads / Gairah Cinta Duda Tampan / Chapter 27 - GCDT 27

Chapter 27 - GCDT 27

Mata Abhel terpejam membayangkan sosok Roy, pemuda yang dia sukai.

"Dia memiliki wajah tampan, tubuhnya kekar, matanya tajam dan kulitnya agak kecokelatan, terkesan seksi dan macho," ucap Abhel masih dengan mata terpejam.

"Apa dia sudah punya kekasih?" seketika mata Abhel terbuka, hatinya mencelos akan pertanyaan yang diberikan Riris padanya.

"Tidak," Abhel menggeleng kuat dan yakin.

"Yakin dia belum punya? Atau kamu tidak tahu?" cecar Riris, Abhel terlihat berfikir merenungkan pertanyaan Riris yang dia sendiri pun ragu akan jawabnya.

Tapi karena seringnya Abhel memperhatikan gerak-gerik Roy setiap hari membuat Abhel yakin jika pemuda itu belum memiliki kekasih, terlebih jarang pemuda itu berjalan bersama seorang gadis.

Abhel hanya sering melihat Roy mendorong kursi roda yang di duduki seorang wanita paruh baya dan yang dia yakini adalah mama Roy, dan mereka selalu ke taman jika Sabtu sore, dan Minggu pagi Roy pasti jogging mengelilingi taman itu sendiri.

Itu yang membuat Abhel benar-benar yakin dan mungkin sangat yakin seratus atau seribu persen. Lagi Abhel mengangguk walau ada sedikit keraguan.

"Kau tahu aku dulu juga seperti dirimu, cinta bertepuk sebelah tangan," mata Riris memandang jalanan melalui kaca yang ada di cafe tempat mereka saat ini nongkrong.

"Lalu?" tanya Abhel penasaran, kedua alisnya bertautan.

"Aku menceritakan kisah cintaku yang kandas sebelum berlayar pada temanku, dan dia menyarankan aku mendatangi seseorang dan katanya dia bisa membuat aku memiliki pemuda itu,

Awalnya aku ngga mau, tapi dia membujuk dan menakuti-takuti aku jika tidak segera bergerak, pemuda itu diambil wanita lain, akhirnya setujulah aku, karena entah rasa cinta atau obsesiku.

Aku pergi ke sebuah rumah, tapi tentu saja di temani sahabatku itu, takut sesuatu akan terjadi bila aku pergi sendiri," panjang lebar Riris menceritakan pengalamannya, dan Abhel hanya menjadi pendengar yang baik.

"Sesampainya di rumah itu, aku bertemu dengan seorang wanita dan aku disuruh menceritakan apa yang aku alami, akhirnya mengalirlah cerita yang aku alami dari mulutku,

Setelah mendengarkan ceritaku wanita itu pergi masuk kedalam kamar entah apa yang dia lakukan, saat dia kembali duduk bersama kami, wanita itu memberikan aku obat, dan orang itu menyarankan agar aku menggunakan dan memberikan pada pria yang aku maksud tanpa pria itu tahu, dan itu syarat jika ingin aku benar-benar memiliki Boy, suamiku sekarang ini," senyum tercipta di bibir Riris, membayangkan kegilaan yang dia lakukan.

"Aku menerima obat itu tanpa bertanya pada wanita itu dan setelah berbasa basi kami pamit pada wanita itu, dan dalam perjalanan pulang aku bertanya pada temanku itu, ini obat apa, obat perangsang katanya, refleks aku kaget sekaligus terkejut dong," Riris melanjutkan ceritanya, sedang Abhel hanya mengangguk-angguk paham.

Bukankah memang begitu, cinta itu gila, cinta itu buta. Hanya orang bodoh yang menyia-siakan kesempatan itu.

"Lalu?" Abhel bertanya kembali, rasa penasaran mendominasi, apalagi mendengar kata obat yang Riris, sahabatnya ucapkan.

"Ya, aku berfikir bagaimana caranya memberikan obat itu pada dia. Tetapi jangan sampai ketahuan, beruntung waktu itu ada pesta, dan sialnya dia tidak minum alkohol jadi agak sulit mencampurkan obat itu,

Dan mungkin kami memang berjodoh, dia meminta minuman sirup sebagai ganti minuman alkohol tersebut, dan beruntung teman kami yang menyediakan sirup," Riris menjeda ucapannya, mengambil nafas dan menghirup udara di sekitar.

"Aku ke dapur menemui art si pemilik pesta, pura-pura memesankan pada asisten rumah tangga teman kami itu, dan saat Art itu lengah, aku memasukkan obat itu." Riris kembali tersenyum.

"Dan setelah memasukkan obat tersebut aku keluar dari dapur dan bergabung kembali dengan mereka, agar mereka tidak curiga tentunya," Riris terkekeh sedang Abhel mendengarkan kata demi kata yang terlontar dari bibir Riris, sahabatnya.

"Setelah meminum sirup tersebut, aku melihat dia bergerak gelisah, terlihat tidak nyaman. Dan aku tahu obat itu sedang bekerja, karena temanku pernah memberitahu kinerja obat perangsang itu," timpal Riris kemudian.

"Lalu, lalu?" Abhel berdiri dan pindah duduk menjadi di sebelah Riris, rasa penasaran benar-benar mengerogoti otaknya.

"Cih, nggak sabaran banget," cibir Riris sambil tersenyum dan terlihat menerawang jauh.

"Aku mendekati dia, dan pura-pura bertanya apa yang terjadi padanya," Riris menyeruput es capucino yang dia pesan, tangannya kemudian mengambil kentang goreng dan memasukkan kedalam mulutnya, dan mengunyahnya pelan.

Seketika Riris menoleh kearah Abhel karena bahunya dipukul oleh sahabatnya itu.

"Lu kenapa sih?" tanya Riris sewot dan merasa kesal, sedang Abhel hanya nyengir.

"Gue kesel bin gedek sama lu, di tungguin lanjutan ceritanya malah ngemil," Abhel mencebik kesal.

"Ha ha ha ha, maaf, maaf," Riris tertawa terbahak tanpa merasa bersalah, membuat Abhel semakin kesal saja pada sahabatnya itu.

"Jadi gimana kelanjutannya?" tanya Abhel dengan nada ketus tapi masih penasaran, baru kali ini mempunyai pengalaman yang membuat dia ingin mencoba.

"Ya, ya, ya gue lanjutin ceritanya," Riris memutar bola mata jengah, lalu mengalirlah cerita setelah pemuda yang dia taksir setelah minum es sirup itu hingga berakhir di ranjang.

"Rasanya gimana? Sakit? Kata orang kalau pertama kali kita gituan pasti rasanya sakit," cecar Abhel sambil menggerak-gerakkan jari tengah dan jari telunjuk, Riris tersenyum simpul.

"Pertama memang sakit, tapi lama-lama nagih. Ha ha ha," Riris tertawa terbahak lalu menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya saat menyadari para pengunjung menoleh dan menatap tajam kearah meja Riris dan Abhel, mungkin mereka merasa terganggu.

"Setelah kami melakukan perbuatan itu, kami tertidur di kamar tamu teman kami, di saat dia bangun, dia begitu terkejut, aku yang sudah bangun terlebih dahulu memilih pura-pura masih tidur, merasakan tubuh ini terasa remuk,

Dia mengacak rambutnya dan mengumamkan sesuatu entah apa, aku ngga denger karena gumaman itu sangat lirih. Dan setelah itu aku bangun dan pura-pura terkejut saat melihat tubuh kami tanpa sehelai benang pun,

Aku pun menangis histeris, Mas Boy menghampiriku setelah memakai celana boxernya, dan dia kelimpungan mendengar suara tangisanku. Dia sangat berusaha menenangkan aku, dan bertanya apa yang harus dia lakukan dan aku menjawab kalau dia harus menikahi aku, karena dia telah merusak harga diriku," Riris bernafas, rasanya mulutnya seperti berbusa bercerita panjang lebar.

"Dia mau gitu langsung nyanggupin permintaan lu?" desak Abhel penasaran, serius dia benar-benar penasaran akan kisah cinta sahabat SMP nya ini.

"Dia awalnya menolak, tetapi setelah aku mendesak dan mengancam akan membeberkan perbuatan dirinya pada semua orang, mau tidak mau dia harus mau bertanggung jawab.

Aku sangat bahagia walau harus menjatuhkan harga diriku, karena kini aku benar-benar sangat bahagia, dan kami akan memiliki seorang anak," sambung Riris sambil mengusap pelan perutnya yang masih rata.

"Lu, lu hamil, Ris?" kedua mata Abhel melebar sempurna, sedang Riris hanya mengangguk dan tersenyum cerah.