Chereads / Promise Love (Indo version) / Chapter 3 - 3. Perjanjian 3 Bulan

Chapter 3 - 3. Perjanjian 3 Bulan

Salsa menutup pintu mobil Saga dan berlalu tanpa mengucap terima kasih. Ia terlanjur kesal dengan Saga. Jika di ingat kembali, Saga itu terlalu mengusik dirinya.

Saat masih di kantin, Saga meminta nomor Salsa. Sontak saja itu membuat Salsa mendelik tajam dan kaget.

"Dengarkan aku ya Saga! Nomor itu banyak! Ada nomor sepatu, nomor baju, nomor-" Salsa tampak berpikir sejenak. Nomor apalagi ya?

Saga tersenyum nakal. "Nomor b*?"

Salsa dibuat kaget sekali lagi. Tangannya memukul Saga, sang empu bukannya kesakitan namun merasa geli karena rasa pijatan.

"Kok jadi nomor itu sih? Padahal kan masih ada nomor yang-"

"Nomor hp kamu Salsayang," Saga menyela dengan cepat, nadanya lembut dan manja.

Karena kantin hanya di dominasi oleh suara keributan Salsa dengan suara cemprengnya dan Saga sebagai raja gombalnya sampai Salsa mati kutu, baper, ekstra salah tingkah juga! Benar-benar paket komplit.

Namun Salsa merasa senang karena baru kali ini seorang cowok bersikap manis dan romantis meskipun itu bukan Arsen, kekasihnya sendiri.

"Gak mau ya?" Saga memasang raut sedih yang dibuat-buat karena tak di kasih permen, anak kecil yang kecewa. Siapa pun yang melihat Saga sekarang tak akan percaya jika itu sang kapten basket terkenal cool, cueknya dan tak peduli apapun karena bagi Saga itu tidak penting termasuk perasaan cinta.

Salsa berdecak kesal. "Kosong delapan satu dua--aduh! Kenapa sih? Bukannya kamu minta nomor? Kenapa mulut aku di bungkam gini! Jangan culik aku!" ucap Salsa mulai ngawur. Apa ia salah menyebutkan deretan nomornya pada Saga?

Culik apa? Saga menggeleng heran melihat tingkah aneh Salsa yang suka panik lah masa gak?

"Jangan disebut gitu. Kalau nanti ada yang chat kamu? Terus tiba-tiba di telepon tengah malem? Hiihh ngeri loh," Saga pura-pura takut agar Salsa ketakutan karena kesalahannya sendiri menyebutkan nomor di tempat umum dengan suara lantang toa-nya.

"Telepon tengah malem kan gak apa-apa kalau kangen," Salsa berusaha bersikap pemberani dan biasa saja. Memangnya ia langsung takut dan nyali menciut? Tidak! Ia adalah gadis pemberani! Hantu saja sampai kabur melihatnya karena tak mau mendengarkan jeritan suara cetarnya.

"Gak ada kata kangen kalau notifikasi telepon gak muncul!" seru Saga gregetan. Ah sudahlah! Ia harus banyak bersabar. Kangen. Telepon. Sama saja selalu ada bubungannya dengan drama cinta.

Salsa menyipit mentap Saga. "Kok gitu? Kenapa kamu yang marah? Pacarmu berulah lagi ya?" tanya Salsa dengan polosnya, padahal Saga sudah jelas tertera status jomblo di jidatnya sebesar palang spanduk di jalanan.

Saga menggeleng. Berusaha kuat dengan tak meledakkan tawanya. Salsa lucu, Saga tak bisa memungkirinya bahwa ia suka dengan Saga. Tapi! Bukan suka jatuh cinta, menurutnya Salsa itu asik.

Begitulah beberapa menit sebelumnya saat akan pulang mengantarkan Salsa yang sudah mengantuk dan lelah.

***

"Salsa? Ayo bangun! Saga udah nungguin kamu tuh," suara Sasa, mamanya itu mengusik tidur nyenyak Salsa yang tengah bermimpi menunggangi ikan paus menjelajahi lautan.

"Apa ma? Aku masih ngantuk banget. Tambah satu jam lagi ya?" Salsa mencoba bernegoisasi pada mamanya.

"Salsa? Aku kira kamu belum mandi," Saga yang sudah di ambang pintu kamar Salsa dan menyaksikan cewek itu duduk dengan mata masih terpejam dan mulut mangapnya. Seberat itukah ngantuk Salsa sampai buka mata tak mau memandangnya yang sudah rapi dan ganteng ini?

Mendengar suara Saga yang terasa dekat di mata jauh di jarak membuat Salsa membuka matanya dengan lebar. Apa? Sejak kapan Saga sudah berdiri siap grak di depan kamarnya?

"Eh- ada Saga. Kamu kenapa ke rumahku?" tanya Salsa tersenyum salah tingkah. Kalau di liat-liat ternyata Saga ganteng juga ya? batinnya senyum sendiri membayangkan Saga adalah pacar sungguhannya. Tapi Salsa menggelengkan kepalanya, tidak! Hanya Arsen pacarnya sekarang.

"Berangkat sekolah bareng kamu. Biar mereka tau kalau kita ini pacaran," jawab Saga tersenyum manis. Salsa sampai meleleh melihatnya, maafkan aku Arsen karena Saga memang ganteng.

"Ayo Salsa. Segera mandi dan sarapan," suara dingin dan tegas milik Arga itu membuat Salsa melangkah malas ke kamar mandinya. Saga menjemputnya pagi-pagi buta. Mengganggu tidur dan mimpi indahnya. Salsa kesal dengan Saga pokoknya! Hari ini ia tak akan bicara dengan cowok itu.

Selesai sarapan, Saga dan Salsa pamit pada Arga dan Sasa. Sebelum itu Arga menceramahi Saga agar tidak mengebut karena Salsa mabuk perjalanan.

Salsa hanya menunduk malu. Kenapa ayahnya itu harus ember ke Saga? Lebih baik ia jalan kaki saja daripada harus menghirup aroma mobil dan bensin yang membuatnya mual.

Salsa berjalan lebih dulu daripada Saga. Ia enggan berangkat bersama Saga. Salsa ingin kabur namun masih berada di kandangnya.

"Kalau Arsen liat aku satu mobil sama Saga?" Salsa jadi rungsing sendiri dan gelisah di tempatnya. Tak berniat masuk ke dalam mobil Saga. Pikirannya masih berkelana pada Arsen.

"Salsa? Aku udah lama loh nunghu kamu," Arsen menyapa Salsa yang masih berdiri di sebelah mobil merah berani entah milik siapa.

Salsa terkejut menyadari kehadiran Arsen. "Sayang? Emm-" matanya melirik was-was memastikan Saga masih berada di dalam rumahnya. Salsa menatap Arsen kembali. Ia akan gunakan kesempatan ini untuk berangkat dengan Arsen.

"Aku mau berangkat sama kamu aja sayang. Ayo cepetan!" Salsa tidak sabaran, menaiki motor ninja Arsen yang tinggi dan membuatnya bertambah susah karena ukuran tubuh yang pendek.

Arsen yang masih bingung dengan sikap Salsa yang di kejar setan itu menimbulkan tanda tanya bagi Arsen. Tanpa menunggu lama, Arsen melajukan motornya meninggalkan rumah bertingkat dua bernuansa Eropa itu dengan cepat, karena Arga pasti akan mengusirnya lagi. Ya, dimata Arga dirinya hanyalah cowok badboy yang nakal sampai Arga tak menyetujui hubungannya dengan Salsa. Namun Arsen tak peduli yang terpenting Salsa mau setia dengannya.

Tapi di sisi lain, saat Saga akan membuka pintu mobilnya tak mendapati sosok Salsa disana. Kemana? Saga menatap sekitarnya siapa tau Salsa main petak umpet. Tapi sepi tidak ada siapa pun. Memang, karena rumah Arga berada di kawasan lahan luas tanah sendiri yang jauh dari keramaian kota.

Saga tak ambil pusing, biarkan saja Salsa berangkat sendiri. Sebenarnya Saga malas kalau bukan perintah dari Arga.

***

"Kemarin kenapa gak mau aku anter pulang?" Arsen menatap lekat Salsa yang berada di sampingnya. Ya, kemang duduk bersama satu bangku dengan Salsa karena Arsen sendiri ingin menjaga Salsa lebih dekat.

Salsa berpikir sejenak mencari alasan. Biasanya ia selalu pulang dengan Arsen, wajar saja kekasihnya itu heran.

"Anu--aku ada janji sama Nisa dan Putri main bareng ke mall," jawab Salsa ragu-ragu.

Arsen kurang percaya. Tapi demi bubungannya baik-baik saja Arsen tak akan bertanya lebih jauh lagi meskipun itu alasan bohong yang Salsa buat. Nisa dan Putri kemarin mengikuti ekskul melukis.

***

Salsa memilih ke kamar mandi ingin membasuh wajahnya karena mata yang terasa berat ingin tidur setelah melalui pelajaran Sejarah. Nisa dan Putri sudah di kantin tapi Salsa meminta tempat duduknya di amankan.

"Seger juga. Adem," Salsa menatap pantulan dirinya di cermin. Cantik. Satu kata yang memuji dirinya sendiri, Salsa akui dirinya manis dan imut tapi Saga tidak mungkin tertarik dengannya.

Tunggu..Saga? Lagi-lagi cowok itu mengusik pikirannya.

Salsa melangkahkan kakinya menuju kantin, lebih baik menenangkan pikirannya dengan makan.

Namun tangannya di cekal oleh seseorang, dari teksturnya berotot Salsa bisa menduganya ini laki-laki. Saat menoleh wajah Saga yang datar dan tak bersemangat itu lagi.

"Mau apa?"

"Kenapa tadi ngilang? Aku nunggu kamu," kedua mata Saga menatap Salsa lekat. Beberapa saat pandangan itu saling bertemu.

Salsa terpaku. 'Kenapa suka deg-degan ya?' batinnya heran.

"Ehm! Udah liatnya?" Arsen berdehem membuat Salsa dan Saga memutuskan pandangannya.

"Salsa. Ayo makan bareng aku," ujar Arsen.

"Sama aku aja. Nanti aku bayarin sepuasnya," Saga menyahut tak mau kalah.

Salsa menatap Arsen. "Sebentar ya? Aku mau ngomong sama Saga dulu. Tapi aku makannya bareng kamu kok," Salsa menampilkan senyuman cerianya. Arsen harus yakin dengan perasaannya yang hanya untuk cowok itu bukan Saga.

Salsa menarik tangan Saga menjauh dari Arsen. Ia harus menegaskan bahwa hubungan palsu ini akan cepat berakhir. Salsa merasa tidak nyaman dengan Saga. Ia takut Arsen berpikiran negatif tentang drinya dan Saga.

"Pacaran kita cuma tiga bulan. Gak lebih, karena aku gak mau Arsen nanti salah paham," Salsa langsung menyampaikan intinya. Saga hanya terkekeh membuat Salsa heran, apa aneh ya? Atau lucu? Saga sekarang lebih banyak senyum daripada dulu yang selalu tak ada semangat dan datar.

"Tiga bulan? Kenapa harus ada targetnya gitu? Apa kamu gak suka berada di dekatku?" tanya Saga meminta kejelasan. Sangat singkat sekali, padahal baru saja dimulai dan Saga menikmati alur ini terlebih lagi Salsa yang unik dan menunjukkan sisi lucunya membuat Saga sedikit tertarik pada cewek berbando pink itu.

"Pokoknya dalam waktu 3 bulan Morgan Group harus kembali normal dan sukses. Kalau gak-" Salsa tersenyum licik, saatnya Saga menuruti perintahnya kali ini.

"Kalau gak apa?" Saga menantang Salsa yang sok berani. Memang apa yang cewek itu punya? Uang saja tak menjamin Saga akan menurut.

"Perjanjian kita kerja samanya batal. Lebih baik aku cari cowok lain aja."

"Kenapa gak Arsen aja?" tanya Saga heran. Arsen juga kekasih Salsa.

"Gak bisa. Arsen kan gak ngerti dunia bisnis," jawab Salsa mencari alasan. Tapi melainkan karena ayahnya tidak suka dengan Arsen.

Saga hanya mengangguk paham. "Pahamnya cuma selingkuhin kamu ya?"

Salsa mendelik tajam. Memukul Saga kesal. Sembarangan kalau ngomong!

"Arsen itu setia kok! Gak mungkin dia selingkuh!"

Merasa namanya disebut, Arsen menghampiri Salsa. "Selingkuh apa? Mana buktinya?" Arsen tidak suka di tuduh tanpa bukti. Termasuk Saga yang merusak kepercayaan Salsa.

Saga tersenyum kemenangan. Sudah jelas Arsen pernah selingkuh namun mengelak juga.

"Biar waktu yang berbicara. Bangkai busuk akan tercium juga," Saga melangkah pergi. Tak peduli dengan Arsen yang memakinya dengan semua nama binatang. Ah ternyata cewek sebaik Salsa di sakiti oleh Arsen, badboy brengsek di sekolah ini.

***

Bersambung...