Chereads / Promise Love (Indo version) / Chapter 9 - Clara Cemburu

Chapter 9 - Clara Cemburu

Salsa, Nisa dan Putri masih asik mengobrol. Karena guru mata pelajaran pertama belum memasuki kelas jadilah suasana saat ini sedikit gaduh.

"Sa, lo kenapa daritadi diem terus? Ada masalah ya sama bokap?" tanya Nisa mudah menebak apa yang sedang Salsa pikirkan.

Salsa menggeleng, ia masih kepikiran dengan Saga juga perempuan seksi yang tadi satu mobil. 'Aku takut Saga tiba-tiba ingkar janji hanya kepincut perempuan itu,' batin Salsa gelisah sendiri. Tapi tidak memungkinkan juga, dari sikap Saga setiap kalimat manja saja di abaikan. Bahkan Saga merasa tidak nyaman. Seharusnya Salsa tidak perlu mengkhawatirkannya. Saga pasti bisa menjaga hati dan perasaannya.

"Minum dulu sa, tenangin pikiran lo," Putri menyodorkan air mineral yang tadi baru saja di belinya sebelum memasuki kelas.

Salsa menerimanya, tersenyum pada Putri. "Makasih."

Di kelas lain, Saga merasa terusik karena ponselnya terus-terusan berbunyi. Beruntungnya masih tidak ada guru yang datang.

Saga sedang berada di luar kelas, tidak banyak teman-temannya keluyuran. Mereka lebih tertib berada di dalam daripada tertangkap basah oleh guru BK yang kerap kali berpatroli siap mencatat siswa-siswa nakal melanggar peraturan sekolah.

"Ck, ganggu banget sih!" gerutu Saga kesal, ia malas menatap layar ponselnya menampilkan nama Amanda, sekretaris pribadinya. Ada apa gerangan perempuan itu menyepam telepon?

Daripada Amanda semakin mengganggunya terus-terusan tiada habisnya akhirnya Saga terpaksa menjawab panggilan telepon dari Amanda.

"Ya, halo?" nadanya tidak bersemangat, Saga malas meladeni Amanda. Pasti ada maunya lihat saja.

(Sayangku Saganteng, aku laper nih. Pesankan goobne dong) terdengar suara Amanda di manja-manjakan, agar Saga mudah terbuai di buatnya.

"Kamu gak bisa pesan sendiri? Terus gunanya hp apa?" balas Saga bertanya balik, ketus. Amarahnya seketika meledak. Amanda terlalu manja.

Goobne adalah kedai ayam goreng ala bumbu Korea yang sedang populer saat ini. Harganya juga terjangkau, sangat ramai dari pagi sampai malam jam 10. Setelahnya tutup karena sudah larut malam.

(Saganteng sayang kok marah? Aku kan lagi rapat nih. Tadi aja izin ke toilet sama ayah kamu) ada saja alasan Amanda, ia ingin Saga menuruti segala keinginannya.

"Aku gak peduli. Kamu sadar gak sih? Telepon aku yang lagi di kelas. Kalau sampai ada guru dan pelajaran dimulai, hp-ku disita. Tolong Amanda, mengertilah," Saga terlalu lelah memberikan pengertian pada Amanda. Andai saja Saga mempunyai kuasa untuk memecat Amanda saat ini juga, sudah pasti akan ia lakukan.

(Karena aku butuh perhatian dari kamu Saga. Aku disini gak ada temen pas lagi kerja. Cuma kamu yang bisa mengerti aku) jawaban Amanda dibuat-buat sedih agar Saga brersimpati.

Saga tidak peduli, ia memutuskan panggilan sepihak. Biarkan saja nanti Amanda ceramah panjang lebar saat ia usai pulang sekolah dan kembali ke kantor.

Clara yang tadinya menguping pembicaraan Saga sedang menelpon seseorang pun bergegas kembali ke tempat duduknya.

'Dari suaranya aja cewek. Jangan-jangan pacar baru lagi?' Batin Clara menerka-nerka. Ia kesal karena Saga tidak cukup dengan satu wanita saja. Andai saja dirinya kini berstatus sebagai kekasih Saga, sudah di pastikan cowok itu masih berkomunikasi dengan wanita manapun tanpa memikirkan perasaan Clara yang sudah terbakar panas api cemburu.

"Darimana lo?" tanya Aldo teman sebangku Saga. Keduanya dekat sebagai teman akrab sejak kelas 10.

"Amanda telepon. Ganggu banget dia. Udan tau bentar lagi pelajaran masih aja ngeyel. Lama-lama gue blok juga," jawab Saga dengan gerutuan kesalnya.

Clara tersenyum puas. Ia tidak perlu khawatir, karena Saga sendiri saja tidak menyukai cewek yang namanya disebut-sebut Amanda itu. 'Saga gak mungkin bakal suka sama Amanda. Di ganggu sedikit aja nomornya di blok,' batinnya dalam hati.

"Amanda siapa lo sih ga?" Aldo bertanya penasaran, ingin tau ada hubungan apa sebenarnya. Tidak mungkin sembarang perempuan bisa mengusik Saga begitu mudahnya, yang ada mereka mendapat amukan dari Saga sekaligus malu mendapat serbuan dari para fans-nya.

"Dia sekretaris pribadi gue. Ayah yang berharap nantinya gue meneruskan Dirgantara Group," jawab Saga malas-malasan, tak bersemangat. Amanda itu akan mengganggu hari-harinya selama ia menjadi kekasih Salsa. Sudah selesai satu cewek bernama Clara sekarang di gantikan oleh Amanda. Saga benar-benar di buat pusing.

'Apa? Sekretaris pribadi Saga? Itu artinya mereka deket banget lebih dari perangko? Ahh! Gak bisa di biarkan ini,' umpat Clara dalam hatinya kesal. Tidak akan ada celah sedikitpun ia biarkan Amanda bisa merebut hati Saga bahkan meluluhkannya. Sekarang, ia harus membereskan dua perempuan. Amanda dan Salsa.

***

Di kantin, Nisa dan Putri saja duduk berhadapan menunggu dinginnya bakso yang masih mengepulkan asapnya, panas.

"Salsa tadi kenapa gak mau di ajak ke kantin?" tanya Nisa ingin tau. Biasanya Salsa paling semangat masalah makan di kantin, Salsa tidak suka menahan rasa lapar terlalu lama.

Putri mengagkat kedua bahunya acuh. "Gak tau," Putri mencicipi sedikit kuah bakso, setelah di rasa sudah dingin ia memakannya pelan-pelan. Karena rasanya pedas bercampur panas itu tidaklah enak jika bersatu.

"Mungkin bawa bekal kali nis. Makannya makan di kelas, anak-anak yang lain juga ada disana. Salsa gak sendirian," tambah Putri setelah makan satu suap bakso. Pedas juga ya ternyata, seharusnya nunggu dingin lagi, ucapnya dalam hati menyesal. Lidahnya terbakar.

"Tapi Salsa kayak lagi mikirin sesuatu. Sejak pelajaran pertama dia ngelamun," dari pengamatan Nisa karena ia duduk sebangku dengan Salsa. Tau persis bagaimana sahabatnya itu jika ada sebuah masalah.

"Saga sayang. Apa kabar? Maaf ya aku akhir-akhir ini menjauh dari kamu," suara lemah lembut nan manja dari Clara itu menarik perhatian Putri dan Nisa. Keduanya masing-masing mengurungkan niatnya untuk makan.

"Mau ngapain lagi itu si Clara?" sejenak Nisa meletakkan sendoknya, nanti saja makannya di lanjutkan. Menonton Clara merayu Saga jauh lebih menarik.

Saga pun seketika berdiri berpindah tempat duduk di sebelah Aldo yang tadinya berhadapan. Tidak mungkin Clara bisa duduk di sampingnya karena kursinya tersedia dua.

"Al, gue duduk disini aja ya?" tanpa mengatakam apapun selanjutnya Aldo mengangguk mengerti. Siapa lagi kalau bukan karena Clara?

"Saga sayang. Kenapa kamu pindah? Disini aja sama aku, biar keliatan so sweet," lagi, Clara merayu Saga namun cowok itu mengabaikannya. Sial! Trik apalagi yang harus gue lakuin biar Saga mau duduk di sebelah gue lagi? batin Clara tampak berpikir mencari sebuah cara.

Saga menatap Clara tidak suka. "Aku bukan pacarmu. Dan berhenti panggil aku sayang," suaranya setengah berbisik namun bagi Clara yang mendengarnya terasa menyeramkan. Saga sangat marah.

"Terus? Maksudnya pacar kamu sekarang cuma Salsa gitu?" Clara menggeleng sedih, ia akan membuat Saga mengungkap siapa Amanda sebenarnya. "Kamu tadi teleponan sama cewek. Jangan-jangan kamu selingkuh dari Salsa?" di akhir kalimat suara Clara sedikit lantang hingga para pengunjung di kantin memperhatikannya penasaran.

Saga mengernyit. Oh, rupanya Clara cemburu tentang itu. Ini termasuk kesempatan bagi Saga memanas-manasi hati Clara, biarlah cewek itu nantinya menyerah dan berhenti mengejarnya.

"Dia gebetanku. Ada masalah?" Saga mulai berakting, tunggu saja beberapa detik Clara akan mengamuk.

"Masalah, aku gak mau kamu berpaling. Saga, cintaku udah sebesar ini. Apa-" ucapan Clara disela oleh Saga.

"Maaf, cintaku hanya untuk Salsa sampai kapanpun," kemudian Saga beranjak dan pergi darisana. "Al, urusin cewek ini. Jangan biarin dia ganggu istirahat gue sama Salsa," sebelum melangkah Saga berpesan pada Aldo. Ia percayakan cowok itu pasti bisa menjaga Clara agar tidak semakin menjadi dan membuat keributan.

Clara pun berusaha menyusul Saga namun Aldo dengan sigapnya menarik tangan Clara. "Mau kemana lo? Disini aja, gak usah ganggu Saga. Atau lo mau tinggal nama?"

"LEPASIN ALDO!" Clara berontak berteriak, tak peduli seisi kantin menatapnya heran.

"Clara gitu ya? Kenapa terobsesi banget sama Saga," akhirnya Putri berkomentar, ia kembali melanjutkan makan baksonya sembari menonton drama di depan mata.

"Biasalah, Clara cuma pengen hartanya Saga aja. Gak mungkin juga dia cinta sama Saga. Kemarin gue liat Clara di pangku Arsen. Ah seger banget nih es jeruknya," Nisa sangat santai menikmati segarnya es jeruk saat siang hari begini, sejenak melepaskan lelah setelah berpikir tak karuan usai pelajaran 3 jam lamanya.

"Jangan bohong. Itu gak bener, kalau Salsa tau dia kecewa banget nis," Putri jadi gelisah sendiri, ia tau Nisa itu tak bisa mengerem sedikit ucapannya. Pasti hari ini atau kapan ia akan memberitahukannya pada Salsa.

"Emang faktanya gitu. Tanya aja Arsen langsung kalau lo berani."

"Jaga rahasia ini dulu. Gue gak mau liat Salsa sedih."

Nisa mengangguk. "Ok, gue jamin ini rahasia dan Salsa gak akan tau"

"Awas aja kalau mulut lo itu ember. Terus keceplosan," Putri tidak suka Nisa kelepasan jujur.

"Gak Putri. Percaya sama gue," sedikit jengah Nisa mengatakan ini.

Sudah sewajarnya mereka menjaga perasaan Salsa agar tidak larut dalam kesedihan. Sebagai sahabat sejak SMP, kebahagiaanlah yang paling utama di bandingkan menangis meratapi sesuatu. Seperti kekasih.

***