Ting!
Sebuah notifikasi pesan masuk dari Salsa.
Saga tak berniat membalasnya hanya membaca sekilas saja.
'Maaf Salsa, untuk kali ini aku tidak mempedulikanmu,' batin Saga. Ia masih kecewa mengingat kedekatan Salsa dan Arsen tadi pagi terlihat begitu romantis.
Aldo menggeleng heran. "Kenapa Salsa lo cuekin gitu? Kalian lagi berantem ya?" tanya Aldp menyelidik curiga, tak biasanya Saga mendiamkan Salsa. Pasti keduanya sedang terlibat perang dingin.
"Gue masih kepikiran yang tadi pagi Al. Mereka deket banget. Bahkan Salsa gak marah lagi pas Arsen bantu-bantu nyapu halaman sekolah," Saga menjelaskan. Ia takut kehilangan Salsa dengan cepat. Ia tidak siap. Terlanjur nyaman dan senang itulah yang saat ini hatinya sedang ia rasakan. Anggap saja ini terlalu egois.
"Salsa telat?" Aldo menghabiskan siomaynya, sedikit tertarik. Pasti Saga sedang menahan rasa cemburu. Terlihat dari pendar mata berkilat tajam. Baru kali ini Saga menunjukkan rasa cemburunya. Selama para fans-nya berusaha mengambil perhatian tidak ada satu pun yang dapat meluluhkan Saga. Tapi begitu Salsa hadir lalu mengaku berstatus kekasih rasanya mengejutkan padahal Salsa belum memutuskan hubungannya dengan Arsen. Terikat dua hati sekaligus.
"Mereka telat bareng. Pantesan aja aku ke rumah Salsa tadi sepi. Ternyata udah nebeng sama Arsen," tiba-tiba selera makan Saga menghilang, ia membiarkan setengah bakso yang hampir habis itu tidak tersentuh lagi.
"Salsa jauh lebih nyaman sama Arsen. Relakan aja, lagipula lo cuma berandiwara."
Meskipun bersandiwara tapi setiap Saga dekat dengan Salsa merasakan debaran aneh.
"Arsen laki-laki yang gak pantes buat Salsa," ujar Saga lesu. Bagaimana di setiap harinya menemui Arsen berjalan bersama wanita berbeda. Sangat bahagia bahkan mesra sekali. Saga juga sudah menyimpan buktinya.
2 hari sebelumnya..
Saga duduk sendirian memesan secangkir kopi hangat di sebuah kafe. Awalnya berjalan biasa-biasa saja. Namun saat mendengar suara yang Saga familiar pandangannya mengarah pada jam 3 tepat. Disana duduklah Arsen bersama wanita cantik bila di taksir umur 20 tahun.
"Sayang, kapan kamu putusin Salsa?"
Arsen berpikir, bingung harus menjawab apa. Karena hatinya sulit melepaskan Salsa. Selain cinta, ia juga menginginkan harta kekayaannya.
"Sabar ya sayang, aku pasti bakalan putusin Salsa. Aku butuh waktu," jawban yang selalu Arsen lontarkan adalah mengulur, tapi tidak di tepati.
Bibir merah ranum itu cemberut semakin menambah kesan imut di buat-buat.
"Kamu gak sayang aku?"
"Sayang banget. Buktinya tas mahal keluaran terbaru ini saja aku yang beliin. Kurang hm?"
Saga mendengus, percakapan yang terdengar menggelikan di telinganya. Bagaimana kalau Salsa tau?
"Aku gak tega ngasih tau Salsa. Pasti dia sedih," hati berat Saga menolak untuk menangkap jepretan foto saja. Lebih baik menjadi rahasia. Entah sampai kapan Arsen bermain gila diluar sana.
Aldo setelah menyimak cerita dari Saga terkejut. Tak menyangka Arsen sejahat itu menyakiti ketulusan Salsa. Di berikan hati tapi merampas jantung. Serakah.
"Kenapa gak lo rekam atau foto aja sih!" terlanjur kesal Aldo menggebrak meja, biarlah ia menjadi pusat perhatian seisi kantin. Saga terlalu bodoh untuk berani. Hanya karena Arsen seorang ketua geng motor paling terkenal.
"Gue gak mau Salsa sedih. Apa selama ini dia pernah sedih?"
Salsa justru lebih banyak tersenyum saat berinteraksi dengan Saga. Aldo menyadari hal itu dari pengamatannya akhir-akhir ini.
"Sekarang samperin ke kelasnya sana. Pasti Salsa nungguin lo sekarang."
Saga berdecak. "Males."
Aldo mendekatkan tubuhnya, berbisik nakal membuat Saga merinding di buatnya.
"Kalau males masih ada Arsen yang berharap menempati posisi pertama di hati Salsa. Cowok kadal dan playboy. Jangan kalah sama dia," menyemangati Saga, itulah tugas Aldo. Ia tau Saga hanya gengsi mengakui perasaannya pada Salsa bahwa temannya itu benar-benar jatuh cinta. Terjebak dengan perjanjiannya sendiri.
Langkah Saga berlari, ia tidak akan menyerahkan cewek se-tulus Salsa pada Arsen yang suka bohong.
Aldo tersenyum menyaksikan Saga terburu-buru menuju kelas Salsa.
Di kelas Salsa, suasana sangat ramai bahkan berkumpul sebagai penonton. Bagaimana tidak? Arsen bersimbuh dengan bunga mawar juga boneka yang di bawanya. Salsa tampak menunduk malu. Sangat so sweet sekali Arsen-nya.
"Salsa, aku berani ngelakuin ini sebagai bukti bahwa cintaku ke kamu tidak main-main. Bahkan pernyataan berkali-kali pun aku sanggup dan berani," lantang dan santai, Arsen mengatakannya seolah tak merasa risih menjadi pusat perhatian para siswa yang berkerumun saat ini.
"Arsen, aku gak meragukan cinta dari kamu. Aku percaya," terlalu mudah mempercayai Arsen dan tidak tau bagaimana kelakuan Arsen diluar sana bergonta-ganti wanita di atas umurnya, memanjakannya berbelanja seakan bebas dari Salsa.
Arsen mengembangkan senyum kemenangannya. Salsa mudah di kelabui. Gadisnya itu tidak pernah bertanya soal aktivitasnya selain kumpul di warung markas.
Salsa menerima bunga mawar dan bonekanya. Kemudian sahutan sorak-sorai dari para siswa yang berkerumun.
"CIEE!"
"Jadian dua kali nih."
"Kapan traktirannya?"
Suara lantang dan tenaga besar itu membelah kerumunan, menampakkan Saga dengan wajah merahnya. Ia mendangar semuanya termasuk di bagian pernyataan cinta Arsen untuk yang kedua kalinya. Dasar playboy!
"MINGGIR KALIAN SEMUA!" amarah Saga di luar kendali. Ia mendorong Arsen kasar. "Ngapain lo ngasih harapan ke Salsa?" tatapan menghunus tajam serta nafas memburu, Saga di selimuti emosi berkobar.
Arsen berdiri, bibirnya tersenyum remeh. "Ngasih harapan maksud lo?"
"Gak usah pura-pura gak tau!"
"Saga, jangan buat keributan disini. Arsen cuma ngasih ini aja," tangan lembut Salsa menyentuh lengan Saga, berusaha menenagkan cowok itu.
"JANGAN NGASIH HARAPAN KALAU DILUAR SANA LO MAIN SELINGKUH!" keberanian Saga sudah melebihi diatas angin, biarlah image Arsen rusak sebagai ketua geng motor yang selama ini di segani.
Arsen panik. Bagaimana bisa Saga mengetahui kebiasaan buruknya?
"MANA ADA GUE SELINGKUH. PRINSIP GUE ITU SETIA!" mendekat dan berteriak tepat di wajah Saga, bagi Arsen sekarang Saga adalah musuh terbesarnya.
"Jangan asal bilang setia kalau lo jalan sama cewek lain. Salsa emang gak tau. Tapi gue, kemana pun lo pergi entah kenapa gue selalu menemukan pemandangan kotor yang seharusnya gak perlu di lihat."
Kalah telak. Arsen merasa skakmat. Bisa berbahaya baginya selama ada Saga. Apakah cowok itu sekarang memiliki buktinya? Atau Salsa sudah tau?
"Dasar mata-mata," desis Arsen menggeram. Lebih baik ia pergi daripada Saga semakin membongkar perselingkuhannya.
Salsa masih bingung. Saga datang dan menghajar Arsen lalu menuduhnya berselingkuh. Jika semua ini memang terbukti benar, maka hancur sudah perasaannya.
"Saga, kamu gak mungkin bohong kan yang di bilang tadi?" senyuman hambar dari bibir Salsa membuat Saga merasa bersalah.
Saga menggeleng. Ia merengkuh Salsa ke dalam pelukannya.
"Nanti kamu pasti akan menyaksikannya sendiri."
Tak kuasa menahan luka begitu hebat juga hancur secara bersamaan. Bahu Salsa bergetar, ia menangis. Arsen yang selama ini di pujanya sebagai laki-laki paling setia dan romantis. Tapi ekspetasinya terlalu tinggi hingga tak menyadari kelakuan Arsen diluar sana yang bermain gila bersama wanita lain tanpa sepengetahuannya.
'Maafin gue. Sebelum semuanya terlambat dan lo semakin terluka parah karena korban cinta. Arsen itu ingkar janji. Dia gak mungkin sanggup setia sama lo sa. Udah keliatan tiap hari jalan kesana-kemari sama cewek lain. Mesra banget, seolah gak inget lo sa,' dalam hati Saga ia ikut merasakan terluka, cewek setulus Salsa harus merasakan hancurnya di khianati saat di berikan kepercayaan justru menganggapnya kecil dan sepele. Mungkin Salsa tidak akan percaya lagi apa itu kesetiaan dari cinta.
Bisik-bisik tidak mengenakkan itu bersahutan.
"Arsen playboy ya?"
"Kasihan Salsa kecewa banget."
"Arsen kok tega sih nyakitin Salsa."
"Duh, semoga cowok yang kayak gitu gak ada lagi deh di Bumi. Parah sih ini."
Salsa semakin menitikkan air matanya, deras. Kemarin adalah moment romantis yang baru saja di laluinya. Hukum bersama dan membersihkan halaman sekolah. Kemudian makan bareng di warung markasnya Arsen tapi tiba-tiba cowok itu menariknya pergi seolah ada yang mengejarnya. Tunggu...mungkinkah?
"Aku kemarin makan bareng di warung. Tapi Arsen narik tanganku gitu aja. Kami berdua lari," berhenti menangis, Salsa mendongak menatap Saga. Ia hanya sebahunya.
Saatnya...
***