"Salsa, sebaiknya kamu jangan terlalu dekat dengan Saga. Dia itu suka sama kamu," Arsen meraih tangan Salsa dan membawanya pergi menjauh dari Saga. Hati Arsen merasa cemburu saat Salsa terlalu dekat dengan Saga.
Salsa tersenyum senang, akhirnya Arsen cemburu juga.
"AKU CINTA KAMU SALSA!" teriak Saga lantang. Langkah Arsen dan Salsa terhenti.
Cinta? Salsa bergeming, bagaimana bisa Saga mencintainya? Padahal pacaran ini hanya sekedar settingan sekaligus demi sang ayah.
Reaksi Arsen pun tak bisa menahan amarahnya. Langkah lebarnya menghampiri Saga, menarik kerah seragam sang kapten basket itu dengan penuh keberanian.
Saga tersenyum remeh, ternyata mudah sekali memancing amarah Arsen hanya dengan mencintai Salsa.
"Kenapa? Salsa cantik. Bahkan kami sekarang pacaran. Lo sanggup di duakan Salsa?" tanya Saga menantang Arsen. Nafas Arsen memburu dengan wajah memerah menahan emosi.
Arsen menoleh menatap Salsa meminta penjelasan. "Apa kamu pacaran sama Saga?" tanya Arsen seperti menyerah dengan nasib asmaranya sekarang.
Salsa hanya diam tak bisa menjawabnya. Jika harus jujur, maka Arsen akan pergi dan membencinya karena telah berkhianat.
"Saga bohong. Dia gak cinta sama aku. Kamu percaya kan?" Salsa gigit bibir karena greget dan gelisah setengah mati. Semoga Arsen percaya tak terpengaruh kata-kata bualan buaya Saga itu.
Arsen menggeleng. Seketika dunia Salsa runtuh dan hancur.
"Kenapa gak percaya? Kamu lihat ini," Salsa menunjukkan cincin dengan harga dua ribuan berwarna silver itu pada Arsen sebagai tanda bukti cinta dari sang kekasihnya.
"Aku masih memakai cincin ini. Aku mencintaimu Arsen. I love you," ungkap Salsa dengan bucinnya.
Seisi kantin hening sekali bahkan suara sendok dan tukang bakso saja tak terdengar. Semuanya ikut menyaksikan drama roman picisan anak SMA ini dengan khidmat.
"Kita sampai disini ya? Aku gak mau di duakan," Arsen pergi begitu saja tanpa menatap Salsa lagi, hatinya harus kuat melupakan Salsa.
"Semua ini, gara-gara lo Saga!" Salsa menyalahkan Saga. Seharusnya kisah putih abu-abunya tak berakhir semudah membalik gorengan. Salsa tak bisa membayangkan tanpa Arsen yang selama ini membayarnya makan di kantin juga memberikan contekan matematika saat Salsa pusing tujuh putaran dengan rumus rumit itu.
Saga terkekeh senang merasa menang dengan kesedihan Salsa. Gadis itu sudah membuatnya repot sendiri di pagi hari harus menjemput ke rumah tingkat dua seperti istana di negeri dongeng namun berakhir berangkat sendiri karena Salaa kabur dengan Arsen. Saga juga mikir-mikir buat hemat bensin.
"Bagus kalau kamu putus sama Arsen. Lagipula dia itu selingkuh diam-diam di belakang kamu," ucap Saga dengan santainya, tak ada rasa bersalah membuat Salsa menangis seperti anak kecil kehilangan balon warna-warninya.
"Gak percaya," Salsa menggeleng. Meskipun ia mulai kepo tinggi dengan ucapan Saga, selama ini Arsen tak pernah dekat dengan perempuan lain hanya dirinya saja begitulah yang selalu Arsen ucapkan ketika bersama dengannya.
"Nanti kita buktikan. Arsen itu gak pantes buat kamu."
Salsa tidak yakin dengan Saga, Arsen selalu memberikan kepercayaan dan janji. Sifatnya yang dingin dan tidak mudah akrab dengan orang lain membuat Salsa yakin Arsen tak akan selingkuh hanya karena cantik dan menarik.
"Kenapa Saga sama Salsa gak pacaran aja ya?"
"Kalian itu cocok banget!"
"Gak usah sama Arsen lagi deh. Dia kalau di klub ceweknya banyak."
Sahutan suara para siswi yang suka menggosip itu membuat hati Salsa panas. Apa benar? Bukti saja tidak ada, jadi Salsa tak bisa mempercayainya dengan mudah.
Sedangkan Arsen sekarang berada di warung belakang sekolah, dengan para teman-teman geng SMP-nya dulu. Semuanya berkumpul lengkap dengan seragam yang berbeda.
"Kenapa? Ada masalah ya?" tanya Yudha yang memakan tempe mendoan kesukaannya.
Arsen mengangguk. "Ternyata Salsa selama ini diam-diam pacaran sama Saga di belakang gue. Lucu ya?" Arsen terkekeh miris, meskipun apa yang di katakan Saga memang benar jika dirinya ini playboy. Tapi hati Arsen menetap dan merasa nyaman untuk Salsa. Sungguh, pasangan Arsen yang lain tidak sama dengan Salsa yang ceria dan hangat. Itulah yang membuat Arsen bisa jatuh cinta sedalam ini dengan Salsa.
Rio menepuk bahu Arsen memberikan ketabahan. "Wajar aja Salsa jadi rebutan semua cowok di sekolah lo. Selain perhatian, Salsa bisa jaga hati dan setia."
Arsen menatap Rios tajam. "Gue gak percaya definisi setia!"
Rio berpindah tempat duduk di sebelah Yudha, kalau Arsen mengamuk seperti ini sebaiknya jaga jarak daripada harus menjadi sasaran bogeman mentah.
"Jangan gegabah dengan keputusan lo. Dengerin ya, gak mungkin Saga jatuh cinta sama Salsa karena selama ini cuma Clara yang deket sama Saga. Bisa aja Clara pacar Saga juga kan?" Yudha memberikan nasehat juga pencerahan kepada Arsen. Agar laki-laki itu paham bahwa menyia-nyiakan Salsa sama saja membuang berlian langka tanpa mau menjaganya.
Arsen mengangguk. "Bener juga. Gue seharusnya gak melepaskan Salsa buat Saga. Dia belum tentu bisa bahagiain Salsa."
"Gak balikan aja?" usul Yudha memberikan ide cemerlang.
Arsen mengembangkan senyumannya. "Wah! Mau lah balikan sama Salsa. Lagipula gue masih cinta sama dia."
Rio mendengus kesal. "Yeah ternyata Arsen susah move on. Ku kira di lupain ternyata masih ngangenin," Rio bersiul menggoda Arsen yang sekarang menatapnya tajam.
"Apasih. Gak jelas kalian berdua. Males ah, gue mau minum dulu," Arsen melangkah masuk ke dalam warung Bu Sarmintul. Tenggorokannya haus ingin menyegarkan sesuatu yang membuatnya tenang. Balikan dengan Salsa, ide Yudha itu terngiang-ngiang di kepalanya. Benar, Arsen tidak bisa melupakan Salsa begitu saja apalagi dalam waktu yang singkat.
***
Salsa terpaksa duduk sendirian di bangku paling belakang yang selalu kosong. Karena Arsen sudah memutuskan hubungannya, maka Salsa juga bisa menjauh dari Arsen meskipun hatinya merasa berat karena masih mencintai Arsen.
"Salsa, kenapa kamu pindah? Disini aja sama aku," Arsen menahan pergelangan tangan Salsa yang mengemasi barang-barangnya seperti buku tulis dan pulpen. Namun Salsa menyingkirkan tangannya, matanya sama sekali tak menatap Arsen.
Merasa di abaikan, Arsen meraih tas Salsa dan menahannya. Meskipun Salsa mendesis kesal dan meminta tas lucu berwarna pink itu tak membuat Arsen memberikannya dengan mudah.
"Aku mau kita balikan," akhirnya Arsen berani mengatakan hal itu pads Salsa meskipun takut jika Salsa akan menolaknya karena sudah terlanjur sakit hati.
"Terus kamu yang tadi bilang aku ada rasa sama Saga? Hanya karena aku deket dengan Saga sampai kamu tega putusin aku Arsen," Salsa mengatakan itu dengan suara bergetarnya, ingin menangis namun ia harus terlihat kuat di hadapan Arsen.
"Maaf," Arsen menunduk. Merasa bersalah telah menyakiti perempuan sebaik Salsa yang memiliki hati tulus tak pernah berpikiran mengkhianatinya.
"Jadi-kamu gak mau ya balikan sama aku?" tatapan Arsen mengiba. Mencari sebuah harapan di kedua mata Salsa yang sayu itu.
"GAK!" Salsa meraih kasar tasnya dan segera berpindah ke bangku belakang menghindari Arsen. Mulai detik ini aku dan kamu itu orang asing! Serunya dalam hati.
Merasa geram karena niat baiknya ditolak mentah-mentah, Arsen berusaha tenang meskipun hatinya di selimuti emosi.
'Tunggu nanti. Salsa, aku akan membuatmu menyesal,' batinnya. Sudah cukup kesabarannya habis, ia kira Salsa akan kembali menerimanya dengan baik namun Salsa memilih pergi dan menjauh.
***
Bersambung...